Opini
Adaptasi, Inovasi, dan Resiliensi: Membentuk Gen Z menghadapi Dunia Kerja yang Kompetitif
Adaptasi, Inovasi, dan Resiliensi: Membentuk Gen Z menghadapi Dunia Kerja yang Kompetitif
Oleh: Yeni Priatna Sari
Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan Politeknik Harapan Bersama (Poltek Harber)
TRIBUNJATENG.COM - Tantangan dunia kerja saat ini semakin kompleks dengan hadirnya kompetisi global yang mendorong individu untuk bersaing tidak hanya di tingkat lokal tetapi juga internasional. Perubahan teknologi yang sangat cepat menuntut kemampuan adaptasi dan penguasaan keterampilan digital, sementara dinamika ekonomi yang fluktuatif mengharuskan generasi muda untuk memiliki strategi resiliensi yang kokoh. Generasi Z, yang notabene saat ini merupakan generasi kelahiran tahun 1997 s.d. 2012 saat ini ada yang masih menjadi mahasiswa dan ada yang sudah mulai memasuki dunia kerja.
Gen-Z memiliki peran strategis dalam membentuk tenaga kerja modern karena karakteristik mereka yang unik. Sebagai generasi yang tumbuh bersama perkembangan teknologi,
”Gen-Z yang digital native seharusnya mahir dalam memanfaatkan inovasi digital untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja”.
Sekaligus, Gen-Z juga memiliki tantangan besar sebagai digital native, akan adanya budaya yang berdampak buruk bagi mereka seperti adanya fenomena overthinking, kurang memperhatikan etika digital dan juga fenomena brain rot. Brain rot sebenarnya istilah lama yang gaungkan kembali oleh Oxford University Press sebagai Word of The Year di tahun 2024. Brain rot adalah kemunduran mental dan Intelektual akibat berjam-jam menggulir IG Reels - Tiktok, tanpa berpikir. Khususnya konten yg remeh, kualitas rendah, tidak penting.
Menyelenggarakan pendidikan bagi Gen-Z yang memiliki segala keunikannya dan mempersiapkan mereka untuk menjadi generasi masa depan yang mampu bertanggung jawab atas kehidupan mereka menjadi sebuah tantangan tersendiri. Tiga kemampuan yang dapat menjadikan Gen Z menjadi generasi yang siap menghadapi dunia kerja diantaranya adalah adaptasi, inovasi dan resiliensi. Meningkatkan kemampuan beradaptasi, berinovasi sekaligus membentuk mental yang resilien dalam menghadapi tantangan masa depan merupakan tantangan bagi semua lembaga pendidikan di berbagai tingkatan.
Adaptasi: Kemampuan Menyesuaikan Diri di Era Perubahan Cepat
Adaptasi merupakan kemampuan kunci untuk menghadapi perubahan yang tak terelakkan di dunia kerja modern. Adaptasi mencakup kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru, seperti lingkungan kerja yang dinamis atau tuntutan tugas yang berubah. Selain itu, adaptasi juga mencakup kemahiran dalam memanfaatkan teknologi terkini yang terus berkembang serta memahami dan menghormati budaya kerja yang beragam. Gen-Z memiliki kemampuan untuk dapat tetap relevan, fleksibel, dan produktif di tengah arus transformasi global.
Akan tetapi tantangan Gen-Z adalah mengatasi kondisi internal pribadi yang sering kali bersikap pragmatis, berharap hasil yang instan serta kurang sabar akan proses. Beberapa strategi untuk meningkatkan kemampuan adaptasi dapat dilakukan dengan beberapa langkah praktis. Salah satunya adalah dengan belajar keterampilan baru melalui upskilling dan reskilling. Upskilling adalah menambah skill bagi mahasiswa, tidak hanya belajar dari mata kuliah yang diberikan, akan tetapi juga mengikuti sertifikasi kompetensi yang sesuai dengan bidang keilmuan serta mengikuti re-skilling untuk mempelajari skill lain yang dibutuhkan dalam bekerja.
Inovasi: Kreativitas Sebagai Nilai Tambah di Tempat Kerja
Inovasi menjadi penting dalam dunia kerja ketika persaingan di dunia usaha semakin kompleks. Konsep inovasi mengacu pada kemampuan untuk menciptakan solusi baru atau memperbaiki proses yang sudah ada, sehingga menghasilkan cara kerja yang lebih efisien dan efektif. Dalam konteks persiapan mahasiswa menghadapi dunia kerja, inovasi menjadi keterampilan penting yang dapat membantu mereka berkontribusi secara signifikan di tempat kerja. Mahasiswa yang mampu berpikir kreatif dan menawarkan ide-ide segar tidak hanya meningkatkan nilai diri mereka, tetapi juga membantu organisasi untuk terus berkembang dan beradaptasi di tengah persaingan global.
Gen-Z memiliki keunggulan dalam inovasi bekerja karena mereka tumbuh di era digital yang penuh dengan kemajuan teknologi dan ide-ide kreatif. Keseharian mereka yang akrab dengan perangkat digital dan media sosial menjadikan mereka generasi yang cepat memahami dan memanfaatkan teknologi modern. Selain itu, pola pikir yang terbuka terhadap perubahan dan keberanian untuk bereksperimen membuat Gen-Z mampu menciptakan solusi inovatif yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja masa kini.
Lembaga pendidikan memiliki tantangan berupa menciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan ide-ide cemerlang yang muncul dari keunikan Gen-Z. Diantaranya adalah mendekatkan Gen-Z dengan kegiatan mempublikasikan kegiatan dalam media sosial. Kegiatan ini dirancang untuk menarik perhatian publik secara luas melalui konten kreatif, penggunaan tren terkini, dan interaksi yang kuat dengan audiens. Kampanye semacam ini tidak hanya meningkatkan branding dari kampus atau kegiatan mahasiswa tetapi juga dapat mendorong penjualan atau pengenalan produk secara signifikan. Selain itu dengan mengikutkan kompetisi-kompetisi keilmuan yang memancing ide mahasiswa yang out of the box.
Mendorong inovasi di kalangan Gen-Z dapat dimulai dengan membiasakan diri berpikir di luar kotak (out-of-the-box), yaitu berani mengeksplorasi ide-ide baru yang tidak konvensional dan menawarkan pendekatan berbeda dalam menyelesaikan masalah. Selain itu, berkolaborasi dengan rekan kerja lintas generasi juga menjadi langkah penting, karena memungkinkan pertukaran perspektif yang kaya dan pengalaman yang beragam. Kombinasi kreativitas Gen-Z dengan wawasan dan pengalaman generasi sebelumnya dapat menghasilkan solusi inovatif yang lebih matang dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja.
Resiliensi: Ketangguhan Mental untuk Menghadapi Tekanan Kerja
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.