Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Readers Note

Readers Note Denny Susanto : Pengasuhan Anak Usia Dini Berbasis Komunitas

Kualitas generasi penerus bangsa menuju Indonesia Emas 2045 adalah upaya yang dipertaruhkan dan harus diperjuangkan sekarang

|
IST
RUMAH ANAK - Observasi dan kunjungan studi Tanoto Fellow di Rumah Anak SIGAP Bandarharjo, Kota Semarang, beberapa waktu lalu. Kunjungan ini untuk mendalami pengasuhan anak usia dini berbasis komunitas. 

Oleh: Denny Susanto, Tanoto Fellow

KUALITAS generasi penerus bangsa menuju Indonesia Emas 2045 adalah upaya yang dipertaruhkan dan harus diperjuangkan sekarang. Pengasuhan anak usia dini, terutama pada Seribu Hari Pertama Kehidupan/Seribu HPK (dimulai sejak janin dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun) menjadi krusial dalam menentukan kualitas calon penerus bangsa di masa mendatang. Periode ini berperan besar dalam membentuk perkembangan otak, termasuk fungsi kognitif, bahasa, dan sensori, yang sangat menentukan kemampuan belajar dan kualitas hidup anak di masa depan. 

Studi Developmental Science and the Media: Early Brain Development oleh Thompson dan Nelson (2001) menemukan bahwa perkembangan jaringan otak paling pesat terjadi sejak usia nol hingga dua atau tiga tahun pertama kehidupan, yang disebut synaptic blooming (peningkatan sinaps otak secara pesat). Fungsi kognitif, bahasa, penglihatan, dan pendengaran mengalami puncak perkembangan pada rentang usia ini. Setelah usia tiga tahun, mulai terjadi pemangkasan jaringan otak yang disebut synaptic pruning (penyusutan sinaps otak). Perkembangan otak anak telah mencapai 80 persen pada usia tiga tahun dan akan mencapai 90 % pada usia lima tahun.

Hilangnya fungsi otak yang optimal akibat pengasuhan yang tidak tepat merupakan kerugian besar bagi masyarakat. Sebagai contoh, studi longitudinal oleh Walker et al (2021) di Jamaika menunjukkan bahwa kemampuan kognitif dan psikososial di usia dewasa lebih tinggi secara signifikan pada kelompok yang memperoleh intervensi pengasuhan yang optimal saat berusia dini. Dampak tumbuh kembang dan fungsi otak yang tidak optimal akan menghambat kemampuan anak, menurunkan tingkat kecerdasan, prestasi di sekolah, serta durasi pendidikan. Dalam jangka panjang, hal ini akan memengaruhi produktivitas kerja serta kualitas hidup rendah yang berkontribusi terhadap kemiskinan dan ketimpangan sosial di masa mendatang. Dampak tumbuh kembang dan fungsi otak yang tidak optimal akan menghambat kemampuan anak, menurunkan tingkat kecerdasan, prestasi di sekolah, serta durasi pendidikan. Dalam jangka panjang, hal ini akan memengaruhi produktivitas kerja serta kualitas hidup yang rendah, yang berkontribusi terhadap kemiskinan dan ketimpangan sosial di masa mendatang. Maka, intervensi maksimal sangat penting dilakukan pada masa ini.

Pengasuhan Anak Usia Dini Holistik Berbasis Komunitas
Attanasio et al. (2022) mengemukakan bahwa individu dengan capaian dan kemampuan yang rendah dari latar belakang tidak mampu membentuk lingkaran kemiskinan yang berdampak antar generasi. Laporan Global Report on Early Childhood Care and Education dari UNICEF dan UNESCO menekankan bahwa anak-anak dari keluarga miskin menjadi kelompok rentan yang perlu perhatian. Pengasuh dari keluarga miskin sering kali kurang memahami pentingnya aktivitas dan dukungan untuk perkembangan anak usia dini, ditambah dengan kemampuan yang terbatas dan lingkungan sekitar yang tidak mendukung. Intervensi menjadi sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kemampuan orang tua dalam menyediakan lingkungan yang responsif dan mendukung secara emosional serta memastikan kesempatan yang merangsang perkembangan bagi anak-anak mereka.

Pengasuhan anak usia dini secara holistik menurut Nurturing Care Framework meliputi lima aspek, yaitu kesehatan yang baik, gizi yang cukup, keselamatan dan keamanan, pengasuhan yang responsif, dan kesempatan untuk pembelajaran dini. Kelima aspek tersebut sangat penting karena saling memengaruhi dan mendukung tumbuh kembang anak. Anak perlu memperoleh pengasuhan dengan dukungan yang optimal. Kemampuan pengasuh di rumah, pemberdayaan komunitas masyarakat, ketersediaan layanan pendukung, hingga dukungan kebijakan dan peraturan dari pemerintah menjadi faktor yang memungkinkan pengasuhan anak usia dini yang optimal.

Komunitas sangat penting dalam mendukung pengembangan intervensi pengasuhan anak usia dini di tingkat lokal, terutama sebagai pendukung integrasi kelima aspek pengasuhan holistik yang mencakup kesehatan, gizi, keselamatan, pengasuhan responsif, dan pembelajaran dini. Kesadaran dan keterlibatan komunitas dalam perencanaan dan implementasi sangat penting dalam menentukan keberlangsungan suatu program berbasis komunitas. Hayden dan Wai (2013) berpendapat bahwa program pengasuhan dan pengembangan anak usia dini dengan pendekatan berbasis komunitas menjadi kesempatan besar untuk menganalisis isu-isu di masyarakat. Pendekatan ini juga mendukung rancangan dan pengelolaan program di tingkat lokal. Dengan demikian, program berbasis komunitas sangat erat kaitannya dengan akuntabilitas, efisiensi, partisipasi, pemberdayaan masyarakat, serta keberlanjutan. Program pengasuhan anak usia dini yang berkualitas harus mengandalkan kekuatan komunitas dan mampu mengintegrasikan kelima aspek pengasuhan yang holistik.

Praktik Baik Pengasuhan Holistik
Inisiasi dari Tanoto Foundation bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat lokal di Kota Semarang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, dan Kabupaten Banyumas dalam Program Rumah Anak SIGAP (Siapkan Generasi Anak Berprestasi) memberikan contoh praktik baik pengasuhan anak usia dini holistik berbasis komunitas. Program ini mendukung tumbuh kembang anak yang optimal sesuai usianya. Advokasi dilakukan melalui pendekatan sistematis, seperti pelibatan pemangku kepentingan dalam diskusi strategis, penyusunan kebijakan berbasis data, dan penggalangan dukungan komunitas. Hasil konkretnya mencakup peningkatan anggaran untuk program pengasuhan, pelatihan kader komunitas, serta terciptanya kolaborasi lintas sektor yang mendukung keberlanjutan program.

Kader kesehatan di komunitas dilibatkan menjadi fasilitator melalui berbagai pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan kompetensi para kader dalam pengasuhan anak usia dini yang holistik. Kemitraan juga dilakukan dengan pemerintah desa atau kelurahan setempat, Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan berbagai instansi lainnya untuk mendukung layanan pengasuhan anak usia dini yang holistik dan berkelanjutan. Intervensi yang dilakukan berfokus pada edukasi dan peningkatan kapasitas pengasuh secara sistematis dan terstruktur. Para pengasuh juga difasilitasi untuk melakukan stimulasi sesuai usia dan tahap perkembangan anak, dibantu oleh fasilitator terlatih.

Studi yang dilakukan oleh Tanoto Foundation, Australian Council for Educational Research (ACER) Indonesia, dan Myriad Research (2024) menunjukkan bahwa program Rumah Anak SIGAP memberikan dampak positif terhadap praktik pengasuhan dan perkembangan anak. Proporsi anak dengan skor tumbuh kembang sesuai usia pada kelompok peserta Rumah Anak SIGAP, yaitu sebesar 56 % , lebih tinggi dibandingkan kelompok bukan peserta, yaitu sebesar 39 % . Studi kualitatif lainnya juga menunjukkan perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku pengasuh terhadap anak melalui intervensi program Rumah Anak SIGAP. Pengasuh menjadi lebih percaya diri, responsif, dan mampu menerapkan interaksi bermakna, stimulasi tumbuh kembang, hingga gizi seimbang. Selain itu, terdapat dampak positif yang lebih luas, meliputi adanya dukungan sosial melalui Rumah Anak SIGAP sebagai sarana berbagi informasi, dukungan emosional, hingga peningkatan keterlibatan suami dalam pengasuhan anak.

Komitmen dan Kolaborasi Sebagai Kunci Keberlanjutan
Studi oleh Attanasio et al. (2022) di Kolombia menemukan bahwa kolaborasi dengan pemerintah sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan inisiatif terkait pengasuhan anak usia dini. Kolaborasi ini melibatkan program pemerintah yang sudah ada serta pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Selain itu, komitmen pemangku kepentingan dari tingkat pusat hingga daerah, melalui dukungan kebijakan yang terarah, memiliki peran penting dalam membangun ekosistem yang mendukung pengasuhan usia dini secara aktif dan positif. Legitimasi politik turut menentukan keberlanjutan suatu program berbasis komunitas karena berhubungan dengan adaptasi program terhadap kebijakan dan regulasi pemerintah.

Melihat pentingnya pengasuhan anak usia dini dalam membentuk generasi Indonesia Emas 2045, program intervensi holistik berbasis komunitas menjadi langkah strategis yang tidak dapat ditawar. Contoh praktik baik seperti Program Rumah Anak SIGAP menunjukkan dampak nyata. Termasuk bagaimana intervensi holistik berbasis komunitas mampu memberikan dampak nyata pada tumbuh kembang anak dan praktik pengasuhan yang lebih baik. Namun, keberhasilan ini perlu diperluas melalui kolaborasi dan komitmen lintas sektor, termasuk dukungan kebijakan, pendanaan, serta peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengasuhan di masa kritis seribu HPK. Dengan membangun ekosistem yang mendukung pengasuhan usia dini, Indonesia memiliki peluang besar untuk memutus lingkaran kemiskinan antar generasi dan menciptakan masyarakat yang cerdas, produktif, dan berdaya saing, demi terwujudnya Indonesia Emas 2045. (*)

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved