Ramadan 2025
Sejarah Masjid Agung Semarang tak Lepas dari Berdirinya Kota Semarang
Masjid Agung Semarang merupakan masjid tertua di Kota Semarang juga memiliki sejarah panjang dan terkait erat dengan sejarah berdirinya kota Semarang.
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Catur waskito Edy
Sementara pintunya berbentuk rangkaian daun waru, melambangkan arsitektur khas Persia atau Arab.
Kompleks Masjid dibatasi pagar tembok dan pagar besi. Pintu masuk utama berupa gerbang masuk gapura dan pada samping terdapat pintu gapuro yang lebih kecil dengan ornamen sejenis.
Pintu gapuro ini kemudian menjadi model pembuatan gapuro-gapuro kampung di sekitar Masjid.
Masjid Agung Semarang memiliki peranan penting dalam penyebaran agama Islam di kota Semarang, Bahkan Masjid ini juga dianggap sebagai simbol perbauran masyarakat antar-etnis.
Sebab sejak dahulu sekitar Alun-alun dekat Masjid bermukim warga dari berbagai etnis.
Di sebelah utara yang berbatasan dengan Kali Semarang dan pelabuhan, merupakan perkampungan warga etnis Arab dan Koja.
Di sebelah barat daya merupakan kawasan Kota Lama bermukim etnis Belanda, sebelah barat bermukim etnis Melayu dan sebelah selatan bermukim etnis Pribumi Jawa yang membaur ke timur bersama etis China.
Hingga kini, di sekitar Masjid masih terdapat kawasan Pecinan Semarang.
"Dengan fakta itu, Masjid Agung Semarang sejak jaman dahulu sudah melaksanakan dakwah Islam yang teduh dan mengayomi semua etnis," jelas Muhaimin.
Hingga saat ini belum diperoleh keterangan atau data akurat kapan Masjid Agung Semarang mulai dibangun dan didirikan.
Muhaimin menjelaskan berdasarkan catatan-catatan sejarah dan cerita-cerita tutur yang dijadikan dasar rujukan, Masjid ini didirikan pertama kali pada pertengahan abad XVI masehi, atau pada masa kesultanan Demak.
Alkisah seorang dari kesultanan Demak bernama Maulana Ibnu Abdus Salam, yang lahir di Pasai dengan nama asli Sayyid Abdul Qodir, putra dari Maulana Ishaq mendapat perintah dari Sunan Kalijaga untuk menggantikan kedudukan Syekh Siti Jenar yang ajarannya dianggap menyimpang.
Bersama putranya, Pangeran Made Pandan, beliau meninggalkan Demak menuju ke daerah barat di suatu tempat perbukitan di daerah Pragota yang sekarang bernama Bergota Kelurahan Randusari.
"Dahulu daerah Pragota berada sangat dekat dengan garis pantai. Menurut R.W. Van Bamellen geolog asal Belanda, wilayah Semarang pada saat itu berbeda dengan sekarang," katanya.
Di kala itu garis pantai masih jauh menjorok ke dalam hingga ke kaki bukit Gajahmungkur, Mugas, Mrican, Gunung Sawo Simongan dan bukit-bukit lain sekitarnya.
Mana yang Lebih Utama: Qodho Puasa Ramadan atau Puasa Syawal 6 Hari? Ini Penjelasannya |
![]() |
---|
Salat Idulfitri di Alun-Alun Purbalingga, Forkopimda Ajak Warga Jaga Silaturahmi |
![]() |
---|
Jelang Lebaran, Penjual Ayam Merah Hidup Banjiri Pinggir Jalan Kendal |
![]() |
---|
Jadwal Imsak dan Buka Puasa Hari Ini Terakhir Jakarta, Ramadhan Hari ke-30 Minggu 30 Maret 2025 |
![]() |
---|
Jadwal Imsak dan Buka Puasa Hari Ini Terakhir Banda Aceh, Ramadhan Hari ke-30 Minggu 30 Maret 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.