Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ramadan 2025

Sejarah Masjid Agung Semarang tak Lepas dari Berdirinya Kota Semarang

Masjid Agung Semarang merupakan masjid tertua di Kota Semarang juga memiliki sejarah panjang dan terkait erat dengan sejarah berdirinya kota Semarang.

|
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM/REZANDA AKBAR D
MASJID AGUNG SEMARANG - Seorang pedagang sedang melintas di Depan Masjid Agung Semarang. Bangunan dengan cirikhas memiliki atap tujug tiga dan juga gapuranya (TRIBUNJATENG.COM/REZANDA AKBAR D.) 

Seiring dengan berjalannya waktu terjadilah pendangkalan dan endapan lumpur hingga timbul suatu dataran baru, kemudian dikenal sebagai kota bawah dari Kota Semarang, yang muncul karena bentukan peristiwa alluvial.

Maulana Ibnu Abdus Salam bersama putranya, Pangeran Made Pandan, membuka hutan dan menyiarkan agama Islam.

Berdasarkan penyelidikan sejarah oleh C. Lekkerkerker dari Nederland Java en Bali Instituut, menyebutkan bahwa hasil usaha mereka, dari waktu ke waktu semakin menampakkan hasil, kondisi daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu banyak tumbuh pohon asam yang keadaan daunnya jarang-jarang atau tidak nggemplok (rimbun).

Dalam bahasa Jawa, asam disebut Asem dan jarang disebut Arang, sehingga untuk menggampangkan sebutan menjadi nama Semarang.

Karena persyaratan peningkatan daerah dapat dipenuhi, maka setelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga, Sultan Pajang mengesahkan Semarang setingkat dengan Kabupaten di bawah Kesultanan Pajang.

Beliau juga mengangkat Pandan Arang II menjadi Bupati Semarang yang pertama.

Peristiwa itu terjadi pada tanggal 2 Mei 1547 atau bertepatan dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 Rabiul Awal 954 H. 

Dengan demikian, pada tanggal itu Secara adat dan politis berdirilah Semarang. Pada perkembangannya, Pemerintah Kota Semarang menetapkan tanggal 2 Mei menjadi Hari Jadi Kota Semarang. 

"Saat itu, Bupati Semarang yang pertama, Pandan Arang II menjadikan Masjid tidak sekedar tempat ibadah dan mengajarkan agama saja, tetapi juga digunakan sebagai pusat kegiatan pemerintahan," ujar Muhaimin.

Seiring dengan perkembangan waktu, daerah Mugas yang masih perbukitan dianggap kurang strategis sebagai pusat pemerintahan, sehingga beliau memindahkannya di daerah yang lebih strategis di Kota Semarang bagian bawah. 

Peta kuno Semarang yang tersimpan di Rijks Archief Belanda menggambarkan bahwa Masjid Semarang dipindah di sebelah timur laut dari Masjid semula, yaitu di wilayah Semarang bagian bawah, di sekitar daerah Pedamaran. 

Daerah tersebut kemudian dinamakan Bubakan, dari kata bubak yang artinya membuka, untuk pusat pemerintahan Kabupaten Semarang. 

Masjid Semarang yang di Bubakan berada di tengah-tengah komunitas orang-orang Belanda di Kota Lama dan komunitas orang-orang Cina di Pecinan, serta komunitas orang-oarang Koja (keturunan Pakistan) di Pekojan. 

Dalam perjalanan sejarah, Bupati Semarang berikutnya adalah Kyai Tumenggung Mertoyudo yang bernama asli Raden Suminingrat, yang bergelar Kyai Tumenggung Adipati Suro Hadimenggolo II.

Pada masa ini terjadi peristiwa kebakaran besar yang memusnahkan Masjid peninggalan Ki Ageng Pandan Arang II yang berada di Bubakan. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved