Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Semarang

Kisah Firman Setiaji Sulap Konflik Lingkungan Rawa Pening Jadi Ladang Rezeki Masyarakat Lokal

Firman Setiaji pemuda berusia 34 tahun mampu mengatasi permasalahan lingkungan Rawa Pening atau danau di Jawa Tengah

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: rival al manaf
DOKUMEN FIRMAN SETIAJI
OLAHAN ENCENG GONDOK - Firman Setiaji saat menunjukan hasil Produk Bengok Craft yang dibuat dari Enceng gondok kering sehingga menjadi beragam produk fasyen yang bisa digunakan dan memiliki nilai estetik. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Firman Setiaji pemuda berusia 34 tahun mampu mengatasi permasalahan lingkungan Rawa Pening atau danau di Jawa Tengah dengan luas 2.670 hektare itu, untuk menjadikan ladang rezeki bagi para masyarakat sekitar.

Berangkat pada tahun 2019, ketika itu kondisi danau Rawa Pening di Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, yang tak jauh dari rumah Firman Setiaji seharusnya bewarna biru berubah menjadi hijau. Bukan tanpa alasan hal itu disebabkan tumbuhnya Enceng Gondok yang menjadi gulma menutupi sebagian besar daerah Rawa Pening.

Enceng Gondok yang begitu masif tentunya berdampak pada tempat tumbuh ikan yang menyebabkan jumlah ikan menjadi terus berkurang, sehingga berdampak kepada berkurangnya mata pencaharian para nelayan lantaran kesulitan untuk mencari ikan.

Baca juga: Jelang Lebaran, Kapolda Jateng Cek Kesiapan Pos Pengamanan di Jalan Tol Trans Jawa

Baca juga: Operasi Ketupat Candi 2025 Polres Karanganyar: Libatkan 486 Personel Gabungan

Baca juga: Kronologi Kebakaran di Sidanegara Cilacap, Bermula dari Teledor Tinggalkan Kompor Saat Memasak

Melihat kondisi yang memprihatinkan itu, Firman mulai tergerak untuk mendirikan ruang kreatif yang memanfaatkan Enceng Gondok sebagai bahan utamanya untuk dijadikan produk aneka kerajinan, sebagai usaha perekonomian kreatif berbasis kerakyatan agar meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar.

"Bengok Craft berdiri untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar, dengan ikut membuat produk kreasi Enceng Gondok. Saya ingin memberikan impact bahwa ekonomi kreatif juga bisa berkembang di suatu desa," kata Firman Setiaji, Rabu (12/3/2025).

Selain itu, dirinya juga menginginkan agar masyarakat tumbuh kepedulian terhadap ekosistem di Rawa Pening sehingga bisa kembali bening seperti sediakala.

"Kami juga ingin mengamankan kepedulian masyarakat secara umum terhadap rawa pening. Rawa ne resik, rezekine apik," sambungnya.

Firman mengatakan pemanfaatan enceng gondok ini mampu menghidupi masyarakat sekitar pada kawasan Rawa Pening, sebagian masyarakat nelayan bisa kembali untuk mencari ikan tanpa terhalang oleh penuhnya enceng gondok.

Sebagian masyarakat lainnya, ikut berkontribusi dalam membuat produk kerajinan berbahan enceng gondok. Saat ini, Firman menyebut sekira 15an orang ikut andil dalam pembuatan produk kreatif berbahan enceng gondok kering itu.

"Warga lokal, kami buat klastering untuk masyarakat di kawasan rawa pening, kaya Tuntang kemudian Banyubiru dan lainnya. Ada yang buat setengah jadi, rakit kemudian ada yang menjahit," jelasnya.

Mereka memiliki tugasnya masing-masing untuk menyulap gulma menjadi produk berkualitas seperti menjadi tas, dompet, topi, pakaian, dan lainnya yang memiliki nilai jual tinggi. Dibutuhkan proses yang cukup panjang, mulai dari penjemuran, pemilihan, pengolahan, penganyaman.

Firman mengatakan untuk produk berbahan enceng gondok itu mampu bertahan 5-10 tahunan, asal disimpan ditempat yang kering agar lebih awet. Untuk harga peritem berkisar Rp50ribu-Rp200ribu tergantung dari tingkat kesulitannya. 

Penjualan dari Bengok Craft itu diminati masyarakat di Indonesia, produknya laris terjual di kota-kota besar seperti Jabodetabek, Surabaya, Bandung bahkan juga rutin untuk menjual di lima negara seperti Jepang, Singapore, Itali, Spanyol.

"Kami penjualan bisa di toko offline dan online. Di akun Instagram kami bengokcraft ada linktrenya, bahkan kami juga mulai produksi majalah online untuk mengedukasi dan mengenalkan produk kami," ujarnya.

Untuk penjualan lokalnya, Firman Setiaji mengatakan perbulan berkisar 40 kali transaksi baik jumlah kecil ataupun besar seperti transaksi retail ataupun non retail. Jika dihitung perbuah maka sampai ratusan item.Sedangkan penjualan di lima negara itu, mencapai lima koli setiap kirimnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved