Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kuliner

Segarnya ES Campur Pak Wawi Layur, Nostalgia Rasa yang Tak Pernah Tua di Sudut Kampung Melayu

Puluhan orang sabar menanti satu hal yang sama untuk semangkuk es campur legendaris dari Warung Es Pak Wawi Layur.

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM/REZANDA AKBAR D.
ES CAMPUR PAK WAWI - Kuliner pelepas dahaga legenda di Kota Semarang yang terletak sebelah Klenteng Kam Hok Bio Jl. Kp. Lengkong Sop Jl. Layur, Dadapsari, Kec. Semarang Utara, Kota Semarang, Jawa Tengah. 

Antrean panjang bukan pemandangan aneh.

Namun yang datang tak pernah mengeluh. Mereka tahu, waktu tunggu itu sepadan dengan rasa yang mereka dapatkan.

Menariknya, meski serutan es tua itu tetap setia digunakan sejak zaman kakeknya, Warung Es Campur Pak Wawi kini mulai menyesuaikan diri dengan zaman.

Di tengah kesederhanaan bangku plastik dan kayu, juga suara serutan es batu. Terdapat code QRIS dari BRI yang terpampang di meja putih, yang menjadi pembatas pembeli dan pedagang.

Bagi Saodah, menerima pembayaran non-tunai bukan semata soal ikut tren. Tapi bentuk adaptasi pada kebiasaan generasi sekarang yang lebih sering membawa ponsel ketimbang dompet berisi uang kertas.

“Banyak anak muda yang datang, kadang mereka lupa bawa uang tunai. Jadi kami sediain QRIS. Tinggal scan, langsung bisa bayar,” jelasnya.

Saodah juga merasa terbantu, karena biaya administrasi dari QRIS BRI sangat ringan. Dibandingkan dengan manfaat yang dia dan pelanggannya terima.

Di warung kecil itu, sentuhan teknologi hadir tanpa mengusik keaslian. Justru dia menambah kenyamanan pelanggannya untuk membuat cerita-cerita baru tumbuh dari generasi yang berbeda, namun tetap terikat oleh satu rasa yang tak pernah berubah.

Kapsul Waktu Di Sudut Kampung Melayu

Tentu warung tersebut menjelma menjadi kapsul waktu, alat serut es yang digunakan di warung ini masih manual yang terbuat dari besi, berat, dan mulai berkarat. Namun justru di situlah daya tariknya.

Setiap suara yang dihasilkannya seperti membangkitkan ingatan.

Dia telah melihat ratusan, bahkan ribuan wajah anak-anak kecil dengan seragam sekolah, remaja jatuh cinta, orang tua yang kembali membawa cucunya, semua pernah berdiri di hadapannya.

Serutan itu menjadi saksi sejarah yang tak tertulis. Dia tahu betul aroma sirop yang dulu lebih encer, atau mangkuk yang berganti warna. Tapi satu yang tetap yakni rasa.

Warung Es Campur Pak Wawi adalah contoh kecil bagaimana kuliner bisa menjadi warisan. Dia tidak didirikan dengan niat menjadi legenda, tapi tumbuh dari ketekunan dan kesetiaan menjaga rasa.

Warung yang menjadi kapsul waktu itu telah menyatu dengan kehidupan warga. Dia hadir saat suka dan duka, menjadi teman setia dalam cerita-cerita kecil yang begitu berarti.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved