Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Dari Simpul Ke Simpul: Kisah Perempuan Semarang yang Mengubah Benang Menjadi Peluang Global

Pada bulan April ini, Indah menanggung beban manis 200 tas yang akan dikirim ke Dubai harus selesai tepat waktu

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM/REZANDA AKBAR D
PRODUK UMKM - Indah Prihatiningsih (60), pemilik Ekkyta Collection memamerkan beragam produk buatannya mulai dari rajutan hingga pakaian dari kain perca di rumahnya yang beralamat di Kampoeng Semawis Blok M 21, Kedungmundu, Semarang. (TRIBUNJATENG.COM/REZANDA AKBAR D.) 

Dia mengatur ritme hidupnya seperti orang kantoran bangun subuh, mulai bekerja jam delapan, dan tak berhenti sampai sore, bahkan terkadang bekerja hingga mentari terbenam.

Setiap pagi, rumah Indah berubah menjadi tempat produksi. Di sudut ruang tamu, di atas meja kayu yang sudah tergores di sana-sini, gulungan benang, gunting, dan jarum crochet berserakan.

Kadang-kadang cucu-cucunya datang bermain, duduk di lantai sambil memperhatikan sang nenek membuat rajutan rumit yang mereka belum benar-benar mengerti.

“Aku memang mendisiplinkan diri. Seperti orang kerja beneran,” katanya, masih sambil membentuk simpul, tak pernah berhenti.

Bantu Para Perempuan Agar Berdaya

PRODUK UMKM - Indah Prihatiningsih (60), pemilik Ekkyta Collection memamerkan beragam produk buatannya mulai dari rajutan hingga pakaian dari kain perca di rumahnya yang beralamat di Kampoeng Semawis Blok M 21, Kedungmundu, Semarang. (TRIBUNJATENG.COM/REZANDA AKBAR D.)
PRODUK UMKM - Indah Prihatiningsih (60), pemilik Ekkyta Collection memamerkan beragam produk buatannya mulai dari rajutan hingga pakaian dari kain perca di rumahnya yang beralamat di Kampoeng Semawis Blok M 21, Kedungmundu, Semarang. (TRIBUNJATENG.COM/REZANDA AKBAR D.) (TRIBUNJATENG.COM/REZANDA AKBAR D)

Selama menapaki perjalanan usahanya, Indah tak pernah pelit berbagi. Dengan senyum hangat dan tangan terbuka, dia membagikan pengalaman jatuh bangunnya kepada para ibu rumah tangga, perempuan-perempuan yang seperti dirinya dulu, sedang mencari jalan untuk berdiri lebih tegak.

Tak hanya di lingkungannya sendiri. Indah kerap diundang untuk melatih ibu-ibu PKK, dari sudut-sudut Semarang hingga kota-kota lain. 

Bagi Indah, setiap simpul yang dia ajarkan bukan sekadar keterampilan tangan, melainkan juga jembatan menuju kemandirian.

Belakangan, langkahnya menapak lebih jauh. Indah rutin berbagi kisah dan keahlian kepada para penghuni Lapas Wanita di Kota Semarang

Di balik jeruji dan tembok tinggi, Indah menanamkan harapan lewat rajutan agar kelak, saat pintu kebebasan terbuka, mereka tidak lagi pulang dengan tangan kosong. 

Melainkan dengan keyakinan bahwa mereka bisa menciptakan hidup baru dari benang-benang sederhana yang dulu mungkin mereka abaikan.

"Saya masih aktif saat ini mengajar rajutan di lapas wanita. Ya saya berharap mereka setelah kembali ke masyarakat bisa lebih mandiri dan bermanfaat bagi masyarakat," ujar Indah.

Selain membuat beragam produk rajutan mulai dari wall decor, home decor, hingga tas dan pakaian Indah juga menemukan cara lain untuk merajut nilai dari apa yang sering dianggap tak berguna.

Dengan tangan terampilnya, perempuan yang pernah berprofesi sebagai assisten apoteker ini mengubah kain perca dan sisa bahan menjadi pakaian yang elegan dan penuh karakter.

Bagi Indah, setiap potongan kain sisa memiliki sisi uniknya dan karakternya tersendiri. Indah menyatukan kain perca dengan jahitan penuh kesabaran, membentuk, kemeja, blus, atau rok yang bukan hanya indah dipandang, tapi juga membawa pesan tentang keberlanjutan. 

Melalui karya-karya ini, Indah ingin mengajarkan bahwa keindahan tidak harus lahir dari sesuatu yang baru dan mahal. Dia percaya, kreativitas dan ketulusan tangan manusia jauh lebih berharga daripada bahan apa pun. 

Tembus Pasar Dunia dengan BRI EXPO(RT)

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved