Berita Semarang
Perjalanan Jeni Hartati: Dari Kebuntuan Ekonomi ke Pasar Global dengan Kimilanqu
Dengan modal pas-pasan, Jeni mulai mencoba membuat keripik tempe untuk dijual
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Tahun 2009, hidup Jeni Hartati seperti berada pada jalan buntu. Bagaimana tidak, Toko kelontong kecil yang selama ini menopang keluarganya nyaris tak berpengunjung. Usaha fotokopi yang dia jalankan perlahan mati suri.
Sedihnya lagi, suaminya harus dipaksa pensiun dini. Gaji dari karyawan di perusahaan swasta hanya cukup untuk sekadar bertahan hari demi hari.
Di rumah sederhana mereka di Tlogosari Kulon, Semarang, Jeni harus menghadap kenyataan tiga anak masih butuh biaya hidup dan sekolah.
Setiap pagi, dia membuka dompet kosong, menghitung receh sambil berpikir keras bagaimana caranya bertahan satu minggu lagi.
"Mengandalkan gaji saja nggak cukup," kenangnya, suaranya mengecil saat ditemui di Rumah BUMN Semarang, Minggu (27/4/2025).
"Harus ada usaha lain, apa saja, asal halal," tambahnya.
Dalam keputusasaan, ingatannya berlari ke dapur masa kecil. Di sana, ibunya yang dia panggil "Mami" sering membuat keripik tempe tipis, gurih, hanya untuk dibagikan ke saudara-saudara.
Tak pernah dijual, hanya hadiah kecil dari tangan yang penuh cinta. Dari situ, muncul secercah ide, dari tempe bisa jadi jalan keluar.
Dengan modal pas-pasan, Jeni mulai mencoba membuat keripik tempe untuk dijual.
Bukan sekadar meniru ibunya, dia punya misi sendiri mengubah tempe dari lauk makan siang menjadi camilan sehat yang renyah dan tahan lama.
Dia menamai usahanya Kimilanqu atau yang disingkat "Iki Cemilanku", bahasa Jawa untuk "Ini Camilanku".
Usaha yang dia bangun tak ada jalan mulus, tetap saja butuh proses dan tak langsung jadi. Berkali-kali keripik buatannya terlalu keras, kadang terlalu lembek.
Minyak goreng murah membuat hasil gorengan cepat tengik. Tapi Jeni tidak mau menyerah, sedikit demi sedikit, dia 'berinvestasi' untuk memilih minyak kelapa yang lebih mahal, menghindari MSG, menolak bahan pengawet.
"Kita mau sehat, tapi sehat itu mahal," dia tersenyum kecil.
Karena itu, harga Kimilanqu pun otomatis lebih tinggi. Rp22ribu untuk keripik tempe, Rp25ribu untuk keripik kentang.
Tentu terlalu mahal untuk warung-warung kecil, tapi Jeni sadar dirinya membidik pasar berbeda, pasar yang paham bahwa camilan sehat adalah pilihan, bukan kemewahan.

Usaha Penuh Batu Sandungan
Perjalanan Jeni bukan tanpa batu sandungan. Label sablon yang dulu dia pakai untuk kemasan, harus dia tinggalkan ketika tahu tinta bisa menembus makanan. Tambah lagi biaya produksi. Tambah lagi tantangan.
Tapi prinsipnya sederhana, kalau mau jujur jualan sehat, harus sungguh-sungguh sampai ke detail terkecil.
Pada 2011, usahanya pelan-pelan menanjak. Dia mengurus izin usaha, menambah varian produk, membeli alat pemotong tempe otomatis dari modal Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI sebesar Rp 25 juta yang dia ambil setelah pertimbangan matang.
"KUR itu bantu banget, tapi harus dihitung betul. Jangan sampai gali lubang tutup lubang, yang penting untuk usaha dan dimanfaatkan seefektif mungkin," katanya.
Selain itu, Rumah BUMN Semarang membantu sertifikasi halal gratis. Kesempatan ikut pameran BRILianpreneur di Jakarta Convention Center 2022 jadi momen emas. 200 bungkus Kimilanqu habis dalam tiga hari.
"Terharu sekali. Hari terakhir malah saya bisa jalan-jalan, karena barang sudah ludes," Jeni tertawa.
Produk andalannya bahkan menembus pasar Domard di Kuala Lumpur, Malaysia.
Keripik tempe buatan Jeni juga pernah dibawa ke Festival Tong-Tong di Den Haag, Belanda ajang bergengsi bertema Indonesia yang memperkenalkan kuliner, produk, dan budaya Nusantara ke mata dunia.
Sejak membangun usaha Ceriping Sehati pada 2009, Jeni perlahan menapak jalan panjang itu.
Kini, melalui label Kimilanqu, camilan dari dapur sempit di Tlogosari itu telah melanglang buana: Turki, Brasil, Jepang dan terus melaju, menyapa lidah-lidah dunia.
Usaha Jeni merupakan contoh dari buah konsistensi yang berangkat dari kebuntuan hingga menelurkan produk inovatif yang bersaing di tingkat global.
Bantuan Modal dan Naungan Rumah Kreatif BUMN BRI

Tentunya dalam menapaki usahanya, Jeni berani untuk mengambil peluang dan memanfaatkan kesempatan, seperti mengambil KUR melalui bank BRI dalam pengembangan usaha serta menjadi bagian dari Rumah Kreatif BUMN BRI.
Beragam fasilitas dia dapatkan, seperti banyaknya jenis pelatihan yang bisa diikuti untuk peningkatan kualitas produk dan pengelolaan usaha hingga membantu pemasaran.
Bagi pelaku UMKM seperti Jeni, kebutuhan paling mendesak hampir selalu sama tambahan modal untuk bertahan, berkembang, dan bermimpi lebih besar.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang, Margaritha Mita Dewi Sopa, menyebut Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai salah satu jalan yang efektif untuk mengangkat UMKM naik kelas.
KUR sendiri merupakan program pemerintah untuk memperluas akses pembiayaan, disalurkan melalui lembaga keuangan dengan pola penjaminan, dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Mita mengungkapkan, cukup banyak pelaku UMKM di Semarang yang telah memanfaatkan KUR untuk menambah kapasitas usaha mereka.
Dalam berbagai pertemuan dengan pelaku usaha, ia kerap mendengar keluhan yang serupa: keinginan kuat untuk berkembang, namun terhambat keterbatasan modal.
"KUR sangat membantu sekali para UMKM untuk naik kelas. Apalagi, bunga KUR setahun hanya enam persen," kata Mita saat dihubungi Tribun Jateng.
Sementara itu, BRI terus berkomitmen mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dengan menjadikan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai salah satu pilar utama.
Program ini tidak hanya sekadar angka, tetapi sebuah upaya nyata untuk membantu UMKM tumbuh dan berkembang.
Sejak awal tahun 2025, tepatnya antara Januari dan Februari, BRI telah menyalurkan KUR sebesar Rp27,72 triliun.
Ini mencakup 15,84 persen dari total alokasi tahunan Rp175 triliun yang ditetapkan pemerintah. Dalam periode ini, sekitar 649 ribu pengusaha UMKM telah merasakan dampak positif dari program ini.
Menurut Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, pada keterangan resminya, menyampaikan semakin banyaknya pelaku UMKM yang mendapat akses pembiayaan adalah bagian dari upaya BRI untuk memperkuat ekosistem bisnis yang berkelanjutan.
“Kami percaya, semakin luasnya akses pembiayaan melalui KUR, semakin banyak pelaku usaha yang bisa berkembang dan berkontribusi lebih besar dalam ketahanan ekonomi negara,” ungkap Supari. (Rad)
Pemkot Semarang Wajibkan ASN Jadi Anggota KKMP, Wali Kota: Akan Dipantau Kepala Dinas dan Kabag |
![]() |
---|
Sosok Rohmat Sukur, Warga Semarang Terlibat Penculikan Kacab Bank BUMN: Sering Nyupiri Bos |
![]() |
---|
2.800 Mahasiswa Baru Polines Satukan Semangat Lewat Outbound Training |
![]() |
---|
Irwan Hidayat Tekankan Integritas dan Akal Budi di Hadapan Mahasiswa Baru Universitas Telogorejo |
![]() |
---|
Harga Emas Antam Hari Ini di Kota Semarang Kamis 28 Agustus 2025, Naik Rp 4.000 per Gram |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.