Berita Semarang
Dari Karyawan Jadi Pengusaha Makaroni, Rudy Sulaiman Berbagi Kisah Sukses dan Tips Berwirausaha
Rudy, sapaan akrabnya, memiliki pengalaman 10 tahun di dunia perbankan. Ia pernah bekerja di beberapa bank ternama di tanah air.
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Banting setir dari karyawan kantoran menjadi pengusaha membutuhkan tekad dan keberanian.
Ini yang dialami Rudy Sulaiman, berawal dari karyawan perbankan menjadi pengusaha makaroni yang kini memiliki puluhan reseller.
Rudy, sapaan akrabnya, memiliki pengalaman 10 tahun di dunia perbankan. Ia pernah bekerja di beberapa bank ternama di tanah air.
Sebagai karyawan bank, ia harus bersedia ditempatkan dimana saja, yang berarti harus sering berpindah-pindah dan beradaptasi dengan lingkungan baru. Hal ini membuatnya perlu memikirkan jalan lain. Akhirnya, Rudy memutuskan untuk keluar dan memulai perjalanan baru dalam hidupnya sebagai wirausaha.
"Memilih jadi pengusaha karena waktunya fleksibel. Pendapatan sesuai kemampuan kita atau tak terbatas. Kalau mau pendapatan tinggi ya harus ekstra. Mindset kita harus kreatif," ungkap Rudy, Selasa (29/4/2025).

Usaha makaroni dengan brand D'Makrons ini dirintis sejak 2019. Rudy memiliki hobi nyemil yang menjadi awal mula idenya. Dengan suka membuat makanan ringan, ia mulai bereksperimen membuat makaroni dan melakukan inovasi secara bertahap. Menghadapi kendala trial and error tentu dialami Rudy saat mulai berinovasi membuat produk.
Awalnya, produk makaroninya mengalami kesulitan untuk diterima di supermarket, mengingat sudah ada produk serupa masuk di pasar modern. Namun, dengan tekad dan semangat, pria berusia 37 tahun itu terus berinovasi dan memperbaiki produknya. Setelah beberapa bulan, akhirnya produk D'makrons berhasil tembus ke supermarket.
Saat ini, D'makrons dengan berbagai varian rasa sudah diterima masyarakat, tersebar di seluruh wilayah Jawa melalui supermarket dan pusat oleh-oleh.
"Yang membedakan D'makrons dengan produk lainnya, tingkat teksturnya berbeda, renyahnya beda. Walaupun jenis makaroni bantat, renyahnya krenyes," ungkapnya.

Penjualan D'Makrons juga melalui reseller yang mayoritas mahasiswa. Artinya, hadirnya D'makrons kini tidak hanya menjadi tumpuan hidup Rudy sebagai founder, namun juga para mahasiswa yang sedang belajar berwirausaha.
Sementara, tim produksi, Rudy memiliki empat hingga enam orang. Ia memberdayakan masyarakat sekitar rumah produksi. Ada dua tempat produksi yakni di Semarang dan Boja, Kendal.
Dalam sebulan, produk rata-rata terjual 1.000 pcs dengan omzet mencapai puluhan juta rupiah.
"Omzet naik turun. Harga produk kami dibanderol rata-rata Rp 20 ribu. Kalau reseller, tentu kami jual lebih murah," sebutnya.
Saat ini, Rudy tengah berinovasi membuat produk camilan lain yakni keripik pisang dan keripik tempe. Serta, berekpansi bisnis dengan membuka mitra cabang usaha.
Motivasi Mahasiswa dan Calon Pensiunan Berwirausaha

Di tengah kesibukannya menjalankan usaha makaroni, Rudi tidak lupa untuk berbagi pengalaman dan motivasi kepada mahasiswa dan calon pensiunan di perusahaan. Melalui pelatihan, ia memberikan tips dan strategi untuk mempersiapkan diri sebagai seorang wirausaha yang sukses.
"Untuk menjadi wirausaha, kita harus memiliki mental yang siap jatuh bangun. Kita harus bisa melihat peluang di sekitar kita, memecahkan masalah, dan menemukan solusi," ujarnya.
FutureHub Unwahas, Wadah Akselerasi Talenta Karir dan Kewirausahaan Mahasiswa |
![]() |
---|
Kejari Semarang Kembali Tangkap DPO Kasus Penipuan Apartemen Semarang, Sisa 1 Buron |
![]() |
---|
Pemkot Semarang Gencarkan Pembangunan TPS 3R dengan Fasilitas Lengkap Hingga TIngkat Kelurahan |
![]() |
---|
BI Jateng Bekali Pelaku Fesyen Muslim Bangun Bisnis Berkelanjutan |
![]() |
---|
Pria Warga Panggung Kidul Ditusuk di Bubakan Semarang, Gegara Uang Parkir Rp2.000 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.