Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Demak

Zayinul Fata: Demak Pernah Jadi Penyangga Pangan Nasional, Saatnya Kita Kembalikan Lagi

Hamparan sawah yang membentang di berbagai penjuru Demak menjadi saksi bisu kejayaan masa lalu sebuah era ketika Demak

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: muh radlis
TRIBUN JATENG
KETUA DPRD DEMAK Zayinul Fata/ Dok Tribun Topic 

TRIBUNJATENG.COM, DEMAK - Hamparan sawah yang membentang di berbagai penjuru Demak menjadi saksi bisu kejayaan masa lalu sebuah era ketika Demak dikenal sebagai lumbung pangan nasional. 


Zayinul Fata, Ketua DPRD Kabupaten Demak, percaya masa itu bukan sekadar kenangan, melainkan sebuah visi yang layak diperjuangkan kembali.


“Demak pada zaman orba adalah penyangga pangan nasional. Lahan Demak itu terluas ketiga di Jawa Tengah. Sawahnya masih luas, potensinya besar,” ujar Zayinul dikutip dari Tribun Topic, Senin (5/5/2025).


Dia menambahkan, saat ini Kabupaten Demak merupakan bagian dari target utama. Perlu diakui, indikator target tersebut berasal dari luasan hamparan lahan hijau di Kabupaten Demak yang sangat mungkin untuk menjadi bagian penyangga pangan nasional.


Hal tersebut mengingat telah ditetapkan garis kerangka program kerja nasional untuk mengejar target swasembada pangan, dengan Kabupaten Demak menjadi satu diantara pilar lainnya.


"Kami dari DPRD Demak akan terus support bagaimana visi-misi kepala daerah tentunya harus kami paksa untuk menuju kesana," tegasnya. 


"Saya yakin dahulu demak berhasil jadi penyangga pangan, maka tidak mungkin jika ini tidak berhasil kita akan genjot untuk ketahanan pangan di daerah ini," sambungnya.


Dia menyebut, meski Demak pernah berjaya, saat ini tantangan utamanya adalah anggaran daerah. Saat ini, Zayinul Fata menyebutkan APBD Demak hanya berkisar Rp600milyar.


Paling besar dari sektor pajak dan retribusi. Sehingga untuk mendukung swasembada pangan, dirasa sangat terbatas.


Namun, keterbatasan itu tak membuatnya patah arang. DPRD Demak menurutnya, terus mendorong agar visi-misi kepala daerah diarahkan kembali ke sektor pertanian. 


“Kita sesuaikan dengan program-program pemerintah supaya mendukung ketahanan pangan. Kalau dulu kita bisa, sekarang pun pasti bisa,” tegasnya.


Salah satu strategi yang dia dorong adalah revitalisasi lahan mati. Di wilayah Bonang, misalnya, sawah-sawah yang tenggelam akibat abrasi mulai disentuh kembali. 


“Kita usulkan ke gubernur. Bahkan tidak perlu anggaran besar, cukup manajemen debit air. Insyaallah ribuan hektare bisa diselamatkan," ujar Zayinul.


Zayinul menyebut aspirasi itu datang langsung dari suara petani. Saat dia turun ke daerah dalam masa reses, keluhan yang terdengar selalu sama.“Kapan lahan kami kembali produktif? Kapan pemerintah hadir?”


Kenangan masa lalu terus hidup di benak mereka. Zayinul mengatakan dahulu orang bangun pagi lihat gabah di rumah. Hidup sederhana, tapi tidak kekurangan.


Lebih jauh, dia mengungkap keprihatinan soal kesenjangan saat ini. 


“Dulu petani bisa menyekolahkan anak sampai jadi profesor, ulama, bahkan dokter. Sekarang, meskipun pendapatan per kapita naik, mereka justru kesulitan menyekolahkan anak,” katanya.


Baginya, saat ini menjadi momentum kembali pada semangat masa lalu pada nilai-nilai yang dihidupi tokoh seperti Sunan Kalijaga dan Sultan Fatah.


“Gendhing Lir-ilir, Tak ijo royo-royo, itu bukan sekadar lagu. Itu ajakan kembali ke pertanian. Jangan salah kiblat pembangunan. Kita punya jutaan hektar sawah, ini yang perlu kembali dimanfaatkan,” serunya.


Zayinul juga menyoroti perlunya teknologi pascapanen agar petani tidak rugi. Terlebih saat ini petani tradisional hanya bisa menanam dan memanen.


Namun ketika masa panen tiba bersamaan, harga hasil panenan malah terjun bebas seakan usaha petani mulai dari pembibitan, perawatan, dan memanen tak dihargai.


Swasembada pangan terwujud sebagaimana dari fungsi penanam dan penghasil padi serta tata kelola distribusi panen yang merata.


Sehingga hal tersebut perlu adanya pengelolaan distribusi hasil panen dengan tujuan untuk stabilitas harga, demi mencapai swasembada pangan.


Dia optimistis, dengan sinergi pemerintah pusat hingga daerah, serta dukungan masyarakat, Demak bisa menjadi contoh nyata bagi daerah lain. 


Terlebih saat ini pemerintah pusat sedang berfokus kepada program Makan Bergizi Gratis (MBG), Zayinul merefleksikan apabila Kabupaten Demak bisa menunjang program tersebut maka ada peluang peningkatan ekonomi tani.


“Kalau berhasil, ini jadi bukti. Masyarakat akan kembali makmur karena pangan mereka cukup, dan petani kembali sejahtera,” tutupnya. (Rad)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved