Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Angka DBD di Kota Semarang Turun Berkat Inovasi Ckrawala Buana

Angka demam berdarah dengue (DBD) di Kota Semarang turun berkat inovasi Ckrawala Buana. 

Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: muh radlis
IST
CEK JENTIK - Petugas Dinkes Kota Semarang mengecek jentik nyamuk. (Dok Dinkes Kota Semarang). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Angka demam berdarah dengue (DBD) di Kota Semarang turun berkat inovasi Ckrawala Buana. 


Ckrawala Buana merupakan inovasi dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang yang telah berjalan sejak 2023.

Inovasi ini langkah adaptif berbasis data layanan bernama Ckrawala Buana yakni analisis situasi kesehatan masyarakat dengan sistem kerentanan wilayah kesehatan berbasis analitik data pelayanan. 


Kepala Dinkes Kota Semarang, Moh Abdul Hakam menyampaikan, perubahan iklim bukan sekadar isu lingkungan, tapi juga mengancam kesehatan masyarakat.

Meningkatnya suhu, kelembaban ekstrem, serta pola curah hujan yang tak menentu mempercepat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, vektor utama DBD. Kota Semarang, sebagai wilayah pesisir dengan topografi perbukitan dan dataran rendah, termasuk daerah dengan potensi tinggi terdampak penyakit berbasis iklim tersebut. 


"Inovasi ini lahir dari kebutuhan akan sistem yang mampu merespons cepat dinamika penyakit berbasis iklim," terang Hakam, Rabu (14/5/2025). 


Melalui integrasi data kesehatan dan informasi cuaca, Ckrawala Buana tidak hanya memetakan risiko, tetapi juga memperkuat respons deteksi dini dan intervensi terfokus pada wilayah paling rentan secara kolaboratif.

Menurut Hakam, salah satu kekuatan Ckrawala Buana terletak pada kemampuannya membaca potensi risiko wilayah.


"Dengan integrasi data spasial, peta kerentanan wilayah terhadap DBD diperbarui secara periodik sebagai dasar pengambilan keputusan," imbuhnya.


Data terbaru tahun 2025 menunjukkan sejumlah wilayah dengan potensi dampak DBD tinggi, antara lain, Cangkiran, Polaman, Bulustalan, Lamper Kidul, Terboyo Kulon, Karangturi, Kebonagung, Rejomulyo, Brumbungan, Miroto, Kranggan, Purwodinatan, Kauman, Bangunharjo, Kembangsari, Pandansari, Pendrikan Kidul, Cabean, dan Randugarut.


"Pemetaan ini menjadi panduan penting bagi berbagai pihak untuk menyesuaikan intervensi. tidak hanya untuk tim kesehatan, tapi juga masyarakat sebagai garda terdepan dalam pemberantasan sarang nyamuk," imbuh Hakam.


Inovasi Ckrawala Buana, lanjut dia, membuktikan efektivitasnya. Berdasarkan data Dinkes Kota Semarang, angka Incidence Rate (IR) DBD menurun dari 23/100.000 penduduk pada 2023, menjadi 19 pada 2024. Kini, turun lagi, hanya 4 hingga April 2025.


Tak hanya itu, case fatality rate (CFR) juga menunjukkan penurunan signifikan dari 16 kasus kematian di tahun 2023, menjadi 6 kasus di 2024, dan hanya 2 kasus hingga April 2025. 


Penurunan ini menjadi indikasi keberhasilan pendekatan Ckrawala Buana dalam membaca tren penyakit dan menyesuaikan strategi respons sebelum lonjakan kasus terjadi.

Partisipasi aktif warga menjadi penentu utama keberlanjutan dan dampak dari inovasi ini.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved