Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Dari Hutan Gunungpati Semarang, Jejak Cinta Putri pada Batik dan Alam yang Kini Tembus Pasar Dunia

Usaha batik yang dirintis sejak 2017 ini telah memiliki 13 karyawan, dimana mayoritas ibu-ibu sekitar yang sebelumnya tak punya penghasilan tetap. 

Penulis: budi susanto | Editor: deni setiawan
TRIBUN JATENG/BUDI SUSANTO
PENJEMURAN - Seorang pekerja di rumah produksi Batik Warna Alam si Putri Jalan Watusari, Kelurahan Pakintelan, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang sedang menjemur batik, Minggu (25/5/2025). Batik ini menggunakan pewarna alam yang didapat dari tanaman di sekitar rumah produksi. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Di tengah rimbunnya pepohonan Gunungpati, Kota Semarang, suara malam bersahutan dengan aroma kayu dan dedaunan basah. 

Namun siapa sangka, dari sebuah rumah sederhana di Jalan Watusari, Kelurahan Pakintelan, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, lahir karya-karya batik alami yang kini mewarnai dunia dari Asia hingga Amerika.

Pemiliknya, Putri Merdekawati, bukan perancang busana atau pebisnis tekstil ternama. 

Baca juga: Ritual Memandikan Perahu Saat Sedekah Laut, Nelayan Tambaklorok Semarang: Biar Berkah dan Selamat

Baca juga: Apitan Warga Ampel Gading Kalisegoro Semarang, Menjaga Budaya Melestarikan Lingkungan

Dia adalah mantan karyawan swasta yang memilih pulang kampung dan memulai segalanya dari nol dengan satu tekad, menciptakan batik yang ramah lingkungan, yang lahir dari akar budaya dan cinta pada bumi.

"Awalnya saya belajar dari teman, sekadar coba-coba."

"Tetapi lama-lama saya merasa ini bukan sekadar kain bermotif, ini adalah cara saya berdamai dengan alam," ujar Putri sambil menunjukkan lembaran batik yang baru selesai dijemur di teras rumah produksinya yang dikelilingi kebun, Minggu (25/5/2025).

Putri tak menggunakan pewarna kimia.

Dia meracik warna dari daun ketapang, batang kayu secang, kayu tegeran, dan aneka tanaman yang ditanam sendiri di pekarangan rumah. 

Bahkan limbah dapur pun dimanfaatkan.

Untuk motif, dia gunakan daun jati, daun kelengkeng, bahkan daun alpukat semuanya dari alam.

Motif batik terus dia kembangkan setiap 2 hingga 3 bulan, mengikuti tren pasar yang dia riset sendiri.

Bagi Putri, motif bukan hanya soal estetika, tetapi cerita. 

"Setiap pola ada kisahnya, ada harapan, ada doa untuk alam dan manusia," katanya.

Usaha yang dia rintis sejak 2017 itu kini memiliki 13 karyawan, dimana mayoritas ibu-ibu sekitar yang sebelumnya tak punya penghasilan tetap. 

Mereka diajak belajar, diberi kesempatan, dan kini ikut menggerakkan roda ekonomi kecil dari pinggiran hutan.

20250525 _ Produk Batik Warna Alam si Putri Gunungpati Semarang
PERLIHATKAN BATIK - Putri Merdekawati pemilik rumah produksi Batik Warna Alam si Putri memperlihatkan koleksi batik alam di rumah batik miliknya di Jalan Watusari, Kelurahan Pakintelan, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Minggu (25/5/2025). Batik tersebut telah tembus ke pasar Eropa, Amerika, dan Asia.

Baca juga: Bukan ke PSIS Semarang 10 Tahun Mendatang Pratama Arhan Diproyeksikan Jadi Bupati Blora

Baca juga: Sedekah Laut Tambaklorok Semarang: Nelayan Melarung Kepala Kerbau dan Sesaji ke Laut

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved