Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Sedekah Laut Tambaklorok Semarang: Nelayan Melarung Kepala Kerbau dan Sesaji ke Laut

Inilah suasana pelaksanaan Sedekah Laut dan Bumi Warga Tambaklorok Semarang pada Minggu (25/5/2025). Nelayan melarung kepala kerbau.

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: deni setiawan
TRIBUN JATENG/REZANDA AKBAR
SEDEKAH LAUT - Kepala kerbau dan beragam sesaji dilarung bersama bangkrak oleh para nelayan Tambaklorok Semarang ke tengah laut, Minggu (25/5/2025). Ini adalah bagian sedekah laut sebagai kegiatan adat warga Tambaklorok Semarang. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Dari ujung gang sempit Tambaklorok, Semarang, warga berbondong-bondong menuju gapura kampung. 

Aroma dupa, suara barongan, dan tabuhan terbangan mengiringi langkah mereka yang perlahan menuju dermaga. 

Di tengah arak-arakan, bangkrak usungan persegi berwarna merah dan putih menjadi pusat perhatian. 

Baca juga: PSIS Kalah Lagi, Barito Putera Tetap Degradasi Meski Menang di Stadion Jatidiri Semarang

Baca juga: Peradi Kota Semarang Gandeng Tiga Universitas untuk Tingkatkan Kualitas Advokat

Di dalamnya, kepala kerbau dengan bunga melati yang dironce mengalung di tanduk kerbau dan beberapa bagian tubuh kerbau diletakkan rapi, dikelilingi sesaji seperti rokok, nasi tumpeng, ingkung, kopi, buah, empon-empon telur ayam kampung, dan jajan pasar.

“Sebenarnya tidak hanya kerbau, namun ada bagian kakinya, terus badan, leher, dan sebagainya itu satu persatu."

"Jadi seperti melambangkan satu kerbau utuh," jelas Achmad Sujud, Panitia Pelaksana Sedekah Laut dan Bumi Tambaklorok Semarang, Minggu (25/5/2025).

“Ini sudah turun-temurun."

"Kami tidak bisa ambil dari laut tanpa memberi kembali."

"Sedekah ini bentuk rasa syukur dan permohonan keselamatan nelayan kepada alam," sambungnya.

Sedekah laut tahun ini terasa lebih istimewa.

Warga akhirnya bisa menggelar ritual lengkap setelah absen selama pandemi. 

Bagi banyak keluarga nelayan, acara ini bukan seremoni adat, tetapi bagian dari irama hidup.

Sebuah titik dimana mereka merasa dekat dengan alam, leluhur, dan Tuhan.

“Alhamdulillah bisa diadakan lagi,” kata Siti Kholifah, warga Tambaklorok asal Demak yang ikut prosesi bersama suaminya, seorang nelayan yang sudah bertahun-tahun menggantungkan hidup dari laut Semarang

“Kalau dulu pas Covid-19 tidak ada, rasanya seperti ada yang hilang."

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved