Longsor Gunung Kuda
Puji Siswanto Pahlawan Longsor Gunung Kuda, Ia Tewas Tertimbun Setelah Selamatkan Banyak Nyawa
Kini setelah Puji tiada, terungkap cerita bagaimana teriakan Puji saat longsor Gunung Kuda menyelamatkan banyak nyawa
TRIBUNJATENG.COM - Tim SAR gabungan melanjutkan pencarian korban longsor tambang galian C di Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Selasa (3/6/2025).
Pada hari sebelumnya, Senin (2/6/2025), dua korban tewas kembali ditemukan.
Yakni atas nama Sudiono (51), warga Desa Girinata, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon dan Fuji Siswanto (50), warga Leuwimunding, Kabupaten Majalengka.
Dengan demikian, total korban meninggal dalam longsor tersebut menjadi 21 orang.
Dengan demikian kini tersisa empat orang korban lagi yang masih dalam proses pencarian.
Puji Siswanto menjadi korban meninggal ke-21 yang Tim SAR gabungan
Baca juga: Update Longsor Tambang Gunung Kuda Cirebon: 17 Tewas, 8 Masih Tertimbun, Evakuasi Terkendala Cuaca

Kini setelah Puji tiada, terungkap cerita bagaimana teriakan Puji saat longsor Gunung Kuda menyelamatkan banyak nyawa.
Kerabat Puji, Ema Setia Laksana mengungkap pada hari kejadian longsor, Jumat (30/6/2025), Puji berangkat kerja seperti biasa.
Pukul 05.00 WIB, Puji sudah berpamitan dan berangkat dari rumahnya di Desa Parungjaya, Leuwimunding, Majalengka, ke lokasi tambang Gunung Kuda, mencari nafkah untuk keluarganya.
Meski dengan gaji harian Rp 100 ribu - Rp 150 ribu per hari, Puji tetap bekerja di lokasi tambang dengan rajin.
Mencoba mencukupi kebutuhan istri dan anaknya dengan penghasilannya yang tak menentu itu.
"Enggak ada firasat apa-apa, biasa aja. Cuma pamit kerja kayak biasanya," tutur kerabat korban, Ema Setia Laksana, Senin (2/6/2025) malam, dilansir Tribun Jabar.
Lalu saat bekerja di tambang, tiba-tiba tanah mulai retak dan bebatuan bergeser.
Tak langsung menyelamatkan diri, Puji justru berteriak meminta teman-temannya di lokasi tambang untuk cepat berlari menjauh.
Namun kala rekan-rekan Puji berhasil menyelamatkan diri berkat teriakan pria 50 tahun itu, Puji sendiri tak bisa selamat.
Longsor terjadi begitu cepat hingga material longsor menimbun tubuh Puji.
Rekan Puji yang selamat pun datang ke rumah duka, mengaku jika tak ada teriakan Puji, mungkin ia tak akan selamat.
Ema merasa kepergian Puji usai ia menyelamatkan teman-temannya ini memang sudah kehendak Allah SWT.
"Operator nya datang ke sini kemarin, selamat. Sampai di sini sama istrinya nangiS-nangis. Karena tanpa diberitahu kernetnya (Puji), mungkin dia juga seperti apa nasibnya."
"Ya mungkin Allah SWT berkehendak lain, beliau menyelamatkan yang lain, suruh lari, mas Puji-nya sendiri enggak bisa lari," tutur Ema.
Jasad Puji Ditemukan di Bawah Bucket Alat Berat
Tim SAR gabungan menemukan jasad Puji di bawah bucket alat berat, pada Senin (2/6/2025).
Jenazah Puji pun dibawa ke rumah duka, tapi sudah tak ada lagi air mata yang mengiringinya.
Ema menyebut, semenjak keluarga tahu Puji menjadi korban longsor Gunung Kuda, setiap hari keluarga menangisinya.
Kini setelah jasad Puji tiba di rumah duka, sudah tak ada lagi tangis dan yang tersisa hanya doa tulus untuk Puji.
"Setiap hari menangis. Tapi begitu jasad datang, sudah... sudah tidak bisa menangis lagi. Tangisnya habis. Yang tersisa hanya doa," ucap Ema lirih.
Sebelumnya, Sujiarti kakak Puji Siswanto mengungkap pihak perusahaan belum memberikan penjelasan apapun terkait tragedi longsor yang menimpa adiknya itu.
Tak ada juga perwakilan perusahaan yang menghubungi pihak keluarga.
Bahkan ketika Sujiarti dan keluarga lainnya hadir langsung memantau proses pencarian di lokasi longsor.
"Belum ada yang menghubungi keluarga dari pihak perusahaan atau PT itu belum ada sama sekali."
"Kalau dari perusahaan belum sama sekali, cuma kita di lapangan untuk mengikuti pencarian itu, memantau, selama tiga hari ini sudah," ungkap Sujiarti, Minggu (1/6/2025).
Atas dasar itu Sujiarti berharap agar pihak perusahaan bisa mempertanggungjawabkan tragedi longsor ini.
Pihak keluarga juga menunggu tindakan pasti dari perusahaan terkait kejadian longsor ini.
Karena hingga kini pihak perusahaan masih belum memberikan informasi apapun kepada keluarga korban.
"Terus untuk kedua kalinya dari PT atau perusahaannya itu mempertanggungjawabkan. Ada tanggung jawabnya, nanti tindakannya seperti apa, kita belum dikasih tahu sama sekali," imbuhnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Kisah Puji, Korban Longsor Gunung Kuda Cirebon yang Menyelamatkan Orang Lain Sebelum Gugur.
Dedi Mulyadi akui pemerintah lalai

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menggelar pertemuan bersama keluarga korban longsor tambang galian C Gunung Kuda, Cirebon, pada hari ini Senin (2/6/2025).
Sembari menahan tangis, Dedi Mulyadi mengaku longsor di tambang Gunung Kuda terjadi karena kelalaian pemerintah.
Sebab, menurutnya, pemerintah dan negara tidak hadir dalam memberikan tindakan nyata pada peristiwa yang menimbulkan korban jiwa.
Untuk itu, Dedi Mulyadi sebagai Gubernur Jabar pun akan bertanggung jawab dalam membiayai sekolah dan kebutuhan anak-anak para korban longsor.
"Seluruh anak-anak yang di bawah umur baik yang sekolah maupun yang tidak sekolah semuanya menjadi tanggung jawab saya untuk makan dalam setiap harinya. Pak Sekda tolong dicatat, kepala dinas mencatatkan yang sekolah untuk tetap bersekolah."
"Yang SD tetap sekolah SD, yang masuk SMP masuk SMP, yang SMA masuk SMA enggak boleh putus sekolahnya dan semuanya menjadi tanggung jawab gubernur untuk makan dan pendidikannya, karena ini kelalaian kami."
"Kelalaian negara tidak hadir memberikan tindakan yang nyata terhadap sebuah peristiwa yang akan dan pada akhirnya menimbulkan korban jiwa," kata Dedi, dilansir Kompas TV, Senin.
Lebih lanjut, Dedi meminta agar keluarga korban tidak perlu khawatir untuk biaya makan dan sekolah anak-anak mereka.
Pasalnya, semua itu akan ditanggung oleh Dedi Mulyadi.
"Jadi Ibu enggak usah khawatir terhadap makan dan susu anak-anaknya saya menanggung seluruh biaya hidup anak-anaknya dan saya menanggung biaya pendidikannya," jelas Dedi.
Setelah terjadi longsor, izin tambang Gunung Kuda langsung dicabut oleh Gubernur Jabar Dedi Mulyadi.
Izin tambang dicabut karena buruknya standar keselamatan tambang dan peringatan yang diabaikan oleh pengelola.
“Cara kerjanya tidak memiliki standar keamanan sebagai pengelola tambang."
"Jadi, tiga tahun yang lalu sudah saya ingatkan,” ujar Dedi Mulyadi kepada wartawan.
Penyelidikan Lanjut
Polisi terus mendalami penyidikan kasus longsor tambang di Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, yang menewaskan puluhan pekerja.
Sejumlah pihak dari instansi terkait mulai dari Perhutani, Dinas ESDM, hingga Kementerian disebut bakal dipanggil untuk dimintai keterangan.
Kapolresta Cirebon, Kombes Sumarni mengatakan, penyidik saat ini masih mengembangkan perkara hukum bencana longsor yang terjadi pada Jumat (30/5/2025) pagi itu.
“Ya terkait perkembangan kasus hukum bencana longsor Gunung Kuda, penyidik tentunya terus mengembangkan kasus ini,” ujar Sumarni saat diwawancarai di Mapolresta Cirebon, Senin (2/6/2025).
Ia menyebut, polisi akan memeriksa sejumlah saksi korban, termasuk mereka yang selamat dan mengalami luka.
Selain itu, instansi-instansi terkait yang mengurusi perizinan tambang dan pengawasan juga tak luput dari proses penyelidikan.
“Nanti akan dipanggil beberapa saksi, pihak-pihak terkait lainnya."
"Baik itu dari saksi korban, korban kan ada yang selamat yang mengalami luka akan kita mintai keterangan."
"Kemudian dari dinas instansi terkait juga akan kita panggil atau periksa,” ucapnya.
“Ada dari Perhutani, Dinas ESDM, baik provinsi maupun pemda Kabupaten Cirebon, kemudian Dinas Lingkungan Hidup termasuk kita akan mintai keterangan juga sebagai saksi dari pihak Kementerian, Inspektur tambang,” tambah Sumarni.
Pemanggilan itu, kata Sumarni, untuk mendalami sejauh mana proses pemberian izin dan pengawasan yang dilakukan terhadap aktivitas tambang di Gunung Kuda sebelum peristiwa maut tersebut terjadi.
Sebelumnya, Polresta Cirebon telah menetapkan dua tersangka, yaitu AK (59), pemilik tambang warga Desa Bobos dan AR (35), pengawas tambang asal Desa Girinata.
Keduanya terbukti tetap menjalankan kegiatan pertambangan meskipun telah menerima dua surat larangan resmi dari Kantor Cabang Dinas ESDM Wilayah VII Cirebon.
“Modusnya, tersangka AK dan AR tetap menjalankan kegiatan pertambangan, meski sudah ada dua surat larangan resmi dari Kantor Cabang Dinas ESDM Wilayah VII Cirebon,” jelas Sumarni dalam konferensi pers di Mapolresta Cirebon, Minggu (1/6/2025).
Surat larangan tersebut masing-masing dikeluarkan pada 6 Januari 2025 dan 19 Maret 2025, ditujukan kepada pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP), yakni Koperasi Pondok Pesantren Al-Azhariyah. Namun larangan itu tidak diindahkan.
“AK justru memerintahkan AR untuk terus menjalankan operasional tambang tanpa memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3),” katanya.
Dari hasil penyidikan sementara, polisi menyebut belum menutup kemungkinan adanya tersangka baru dalam kasus ini.
“Kalau nanti berkembang bisa saja (nambah tersangka), apakah benar dilakukan pengawasan yang benar dan seterusnya, kita masih dalami,” ujarnya.
Akibat kelalaian tersebut, terjadi longsor yang menyebabkan korban jiwa, luka-luka dan kerugian materil berupa alat berat serta truk pengangkut material.
Polisi menyita tujuh unit kendaraan berat, dokumen perizinan, serta surat larangan dari instansi terkait sebagai barang bukti.
AK dan AR dijerat dengan pasal berlapis, di antaranya Pasal 98 ayat (1) dan (3), serta Pasal 99 ayat (1) dan (3) UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara dan denda hingga Rp 15 miliar.
Mereka juga dijerat Pasal 35 ayat (3) jo Pasal 186 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebagaimana diubah UU No. 6 Tahun 2023, serta pasal-pasal terkait pelanggaran K3 dan kelalaian penyediaan APD.
“Perbuatan para tersangka ini tidak hanya melanggar hukum, tapi juga mengorbankan nyawa orang lain. Kami akan proses tuntas,” ucap mantan Kapolres Subang itu.
Sementara itu, hingga hari ke-4 pencarian, total korban tewas yang berhasil ditemukan menjadi 21 orang.
Dua korban terbaru yang ditemukan adalah Sudiono (51), warga Desa Girinata, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon dan Fuji Siswanto (50), warga Leuwimunding, Kabupaten Majalengka.(TribunJabar.id)
Alasan Pencarian Korban Longsor Gunung Kuda Dihentikan Sementara, Longsor Susulan Sering terjadi |
![]() |
---|
Update Longsor Gunung Kuda Cirebon Hingga Minggu Siang, 19 Orang Ditemukan Tewas |
![]() |
---|
"Mau Kirim Uang" Kisah Pilu Fitria Anak Korban Longsor Gunung Kuda Cirebon Mengenang Ayahnya |
![]() |
---|
Daftar Identitas 14 Korban Tewas Longsor Galian C Gunung Kuda Cirebon, 4 Orang Luka-luka |
![]() |
---|
Update Longsor Gunung Kuda Cirebon, 14 Tewas 8 Masih Hilang, Sebelum Kejadian Sudah Ada Garis Polisi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.