Berita Viral
7 Pantangan Malam 1 Suro 2025: Larangan Berpergian Jauh hingga Berkata Kasar
Malam 1 Suro dianggap sebagai malam sakral. Banyak orang Jawa menjaga diri dengan tidak melakukan hal-hal tertentu.
7 Pantangan Malam 1 Suro 2025: Larangan Berpergian Jauh hingga Berkata Kasar
TRIBUNJATENG.COM - Inilah 7 pantangan malam 1 Suro. Tahun ini, 1 Suro atau 1 Muharram jatuh pada 27 Juni 2025.
Dengan demikian malam 1 suro diperingati Kamis, 26 Juni 2025 malam.
Malam 1 Suro tahun ini bertepatan dengan malam jumat kliwon.
Baca juga: Catat! Inilah Tanggal dan Rute Kirab 1 Suro 2025 di Keraton Surakarta
Dalam kalender Jawa, malam 1 Suro adalah malam yang sangat penting.
Malam ini menandai pergantian tahun Jawa.
Namun, bagi banyak orang Jawa, malam ini bukan hanya soal hitungan tanggal.
Malam 1 Suro dianggap sebagai malam yang penuh dengan energi spiritual dan kekuatan gaib.
Karena itu, ada beberapa larangan atau pantangan yang dipercaya turun-temurun.
Berikut adalah tujuh pantangan malam 1 Suro yang masih dipercaya dan dijaga oleh masyarakat Jawa sampai sekarang:
1. Tidak Boleh Keluar Rumah Sembarangan
Pada malam 1 Suro, orang Jawa biasanya memilih untuk tetap di rumah.
Keluar rumah tanpa alasan penting dianggap berbahaya.
Banyak orang percaya bahwa pada malam ini, makhluk halus dan roh leluhur sedang berkeliaran.
Jika keluar rumah sembarangan, seseorang bisa saja mengalami gangguan gaib.
Bahkan, ada yang percaya bahwa orang dengan hari lahir tertentu (weton) bisa menjadi sasaran ilmu hitam atau tumbal pesugihan.
Karena itu, malam ini diisi dengan doa, tirakat, atau menyepi di rumah.
2. Dilarang Menggelar Hajatan atau Pesta Pernikahan
Malam 1 Suro bukan waktu yang tepat untuk merayakan sesuatu.
Pesta seperti pernikahan, khitanan, atau syukuran besar biasanya dihindari.
Menurut sejarah, Sultan Agung dari Mataram pernah melarang rakyatnya mengadakan hajatan di malam ini.
Tujuannya agar malam 1 Suro digunakan untuk berdoa dan merenung.
Meskipun dalam Islam tidak ada larangan menikah di bulan Muharram, masyarakat Jawa tetap menjaga tradisi ini sebagai bentuk rasa hormat terhadap malam suci.
3. Tidak Disarankan Pindah Rumah atau Membangun Rumah
Pindah rumah atau memulai pembangunan rumah baru di malam 1 Suro dianggap membawa kesialan.
Banyak orang percaya bahwa kegiatan seperti itu bisa mendatangkan penyakit, rezeki seret, atau masalah yang tidak diduga.
Oleh karena itu, jika ada rencana pindah rumah atau membangun rumah, biasanya akan ditunda sampai hari-hari biasa setelah 1 Suro lewat.
4. Jangan Berisik atau Berkata Kasar (Mengumpat)
Malam 1 Suro adalah malam yang sunyi.
Banyak orang memilih untuk diam atau berbicara dengan pelan.
Tertawa keras, marah-marah, atau berkata kasar dianggap tidak sopan.
Hal ini karena malam 1 Suro diyakini sebagai malam untuk menyucikan diri dan menghormati alam gaib.
Menjaga lisan dan sikap menjadi hal yang sangat penting pada malam ini.
5. Hindari Bepergian Jauh
Melakukan perjalanan jauh pada malam 1 Suro juga menjadi salah satu pantangan.
Masyarakat percaya bahwa malam ini rawan terjadi hal-hal tidak diinginkan.
Bisa kecelakaan, tersesat, atau terkena gangguan makhluk halus di perjalanan.
Karena itu, banyak orang memilih untuk tetap di rumah bersama keluarga dan tidak ke mana-mana.
6. Larangan Marah atau Mengeluarkan Emosi Negatif
Selain menjaga suara dan sikap, masyarakat Jawa juga diajarkan untuk menjaga hati.
Tidak boleh marah, tidak boleh iri, dan tidak boleh menyimpan dendam pada malam ini.
Emosi negatif dipercaya bisa menarik energi buruk.
Malam 1 Suro sebaiknya digunakan untuk introspeksi dan memperbaiki diri.
7. Larangan Menjemur atau Menggantung Pakaian di Luar Rumah
Pantangan ini mungkin terdengar sepele, tapi masih banyak yang mempercayainya.
Menjemur pakaian atau menggantung barang di luar rumah saat malam 1 Suro dianggap bisa mengundang makhluk halus masuk ke rumah.
Konon, makhluk-makhluk itu bisa "menumpang" pada pakaian yang tergantung.
Karena itu, semua benda biasanya sudah diambil sebelum malam tiba.
Pantangan-pantangan di atas mungkin tidak berlaku bagi semua orang.
Namun, bagi masyarakat Jawa yang masih memegang tradisi dan budaya leluhur, malam 1 Suro adalah waktu yang harus dihormati.
Menjaga diri dan bersikap hati-hati bukan hanya soal percaya atau tidak percaya, tapi juga bagian dari cara menjaga hubungan dengan alam dan leluhur.
Asal Usul Kalender Jawa
Kalender Jawa lahir dari gagasan Sultan Agung, penguasa besar Kerajaan Mataram yang memerintah antara tahun 1613 hingga 1645.
Dalam upayanya untuk menyatukan budaya lokal dengan ajaran Islam, Sultan Agung menciptakan sistem penanggalan baru yang menggabungkan kalender Saka dari tradisi Hindu dengan kalender Hijriah milik umat Islam.
Hasilnya adalah sistem penanggalan Jawa yang unik, di mana tanggal 1 Suro selalu bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah.
Bagi masyarakat Jawa, malam 1 Suro bukan sekadar awal tahun baru, tetapi merupakan malam yang penuh makna spiritual.
Malam ini diyakini sebagai saat yang tepat untuk merenung, mengevaluasi diri, dan memperbaiki hati.
Banyak orang Jawa menjalani malam ini dengan cara bertirakat, yaitu menahan hawa nafsu dan menjalani laku prihatin, serta bermeditasi atau berdoa dalam keheningan.
Tujuan dari semua ini adalah untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mengenang jasa para leluhur yang telah mewariskan nilai-nilai luhur kehidupan.
Semangat menyambut malam 1 Suro tidak hanya terasa di satu wilayah saja, melainkan tersebar luas di berbagai daerah di Pulau Jawa.
Daerah-daerah yang masih kuat menjaga budaya warisan Mataram biasanya memiliki ritual khusus untuk memperingatinya.
Di Keraton Surakarta, Solo, masyarakat dan keluarga keraton menggelar Kirab Pusaka Malam 1 Suro.
Acara ini terdiri dari arak-arakan membawa pusaka-pusaka keraton, termasuk dua ekor kebo bule (kerbau albino) yang dikeramatkan.
Kebo bule dianggap sebagai simbol kekuatan dan kesucian, serta diyakini membawa keberkahan bagi siapa pun yang melihatnya.
Sementara itu, Keraton Yogyakarta mengadakan tradisi Mubeng Beteng dan Tapa Bisu.
Dalam ritual ini, para peserta berjalan kaki mengelilingi benteng keraton sepanjang malam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Keheningan selama ritual dilakukan sebagai bentuk laku batin dan latihan spiritual untuk membersihkan diri dari hal-hal negatif, baik dari dalam maupun luar diri.
Di wilayah Cirebon, Jawa Barat, Keraton Kanoman merayakan malam 1 Suro dengan menggelar pembacaan Babad Cirebon, yaitu kisah sejarah dan asal-usul Cirebon.
Pembacaan ini menjadi ajang mengenang perjuangan leluhur serta menanamkan kembali nilai-nilai moral dan spiritual yang terkandung dalam sejarah kerajaan.
Sementara di Magetan, Jawa Timur, masyarakat melaksanakan upacara Andum Berkah Bolu Rahayu.
Dalam tradisi ini, bolu atau kue tradisional dibagikan kepada masyarakat luas.
Bolu tersebut diyakini telah diberkahi doa-doa kebaikan, sehingga siapa pun yang memakannya diharapkan akan mendapatkan keselamatan, rezeki, dan kedamaian di tahun yang baru. (*)
kapan malam 1 suro 2025
Malam 1 Suro
pantangan malam 1 suro
7 Pantangan Malam 1 Suro 2025
larangan malam 1 suro
mitos 1 suro 2025
tribunjateng.com
Heboh Praktik Percaloan Calon Pekerja Pabrik di Brebes, Oknum Perekrut Minta Rp2 Juta |
![]() |
---|
Viral Pemotor Terobos Masuk Tol Gegara Ikuti Petunjuk Google Maps, Ditanya Polisi Hendak Lamar Kerja |
![]() |
---|
Rafa Disepelekan Saat Digigit Ular hingga Meninggal, Keluarga Sepakat Damai dengan Dokter RSUD |
![]() |
---|
Makin Runyam, Warga Kompak Pasang Spanduk Usir Ayah Bocah SD Semarang yang Susuri Sungai ke Sekolah |
![]() |
---|
Besok Selasa 5 Agustus Hari Terpendek 2025, Benarkah Berdampak ke Jaringan Listrik dan Komunikasi? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.