Berita Pekalongan
Wali Kota Aaf Kukuhkan Pengurus FKUB Baru : Pekalongan Harus Jadi Contoh Toleransi
Pemerintah Kota Pekalongan kembali menegaskan komitmennya, dalam menjaga dan memperkuat kerukunan antarumat beragama.
Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, PEKALONGAN - Pemerintah Kota Pekalongan kembali menegaskan komitmennya, dalam menjaga dan memperkuat kerukunan antarumat beragama.
Hal ini ditandai dengan dikukuhkannya Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Pekalongan masa bhakti 2025-2030 oleh Wali Kota Pekalongan, Achmad Afzan Arslan Djunaid, Kamis (26/6/2025) di aula KPU Kota Pekalongan.
KH Achmad Marzuqi kembali dipercaya sebagai Ketua FKUB untuk periode lima tahun ke depan, melanjutkan peran strategis dalam membina harmoni sosial dan keberagaman.
Wali Kota yang akrab disapa Mas Aaf menegaskan, bahwa FKUB memiliki peran vital sebagai garda terdepan dalam menjaga toleransi dan mencegah gesekan berbasis perbedaan keyakinan.
Ia berharap, pengurus yang baru mampu menjadikan Pekalongan sebagai kota percontohan dalam membangun kehidupan masyarakat yang inklusif dan damai.
"Kota Pekalongan harus bisa jadi contoh toleransi dan kerukunan bagi daerah lain.
Kehadiran FKUB sangat penting untuk memastikan perbedaan tidak menjadi sumber konflik, tapi kekuatan untuk bersatu," ujar Mas Aaf saat rilis yang diterima Tribunjateng.com, Jumat (27/6/2025).
Ia juga mengapresiasi semangat regenerasi dalam kepengurusan FKUB kali ini, yang turut melibatkan tokoh-tokoh muda.
Menurutnya, pelibatan generasi muda merupakan langkah strategis untuk membangun budaya toleransi sejak dini dan menghadapi tantangan sosial ke depan yang semakin kompleks.
'kami bersama Forkopimda dan Kementerian Agama akan terus mendukung program-program FKUB.
Semangat kolaborasi lintas agama ini, harus menjadi kekuatan utama dalam membangun Kota Pekalongan yang rukun dan aman," imbuhnya.
Sementara itu, K.H. Achmad Marzuqi dalam sambutannya menyoroti perjalanan panjang Kota Pekalongan dalam menumbuhkan budaya dialog dan keberagaman.
Ia mengingatkan bahwa pada awal 2000-an, kota ini pernah menghadapi situasi sosial yang rentan terhadap konflik.
"Dulu Pekalongan dikenal dengan istilah 'sumbu pendek', mudah tersulut karena perbedaan.
Tapi sekarang, berkat usaha bersama pemerintah dan masyarakat, kita sudah jauh lebih matang dalam menyikapi perbedaan," tuturnya.
Nasib Guru Ngaji Cabuli Santri Laki-laki di Pekalongan Terancam Hukuman Maksimal 15 Tahun Penjara |
![]() |
---|
Santri Diduga Jadi Korban Cabul, Kapolres Pekalongan AKBP Turun Tangan |
![]() |
---|
Waspada! 560 Kasus TBC Masih Terdeteksi di Kota Pekalongan |
![]() |
---|
ASN Senior Purna Tugas, 22 PPPK Baru Resmi Mengabdi di Pemkot Pekalongan |
![]() |
---|
PENTING! Warga Pekalongan Diminta Tak Cuma Andalkan Fogging, DBD Sudah Tembus 130 Kasus |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.