Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Readers Note

Dampak Negatif Screen Time pada Si Kecil

Berdasar data BPS 2024 menunjukkan bahwa 39,71% anak usia dini di Indonesia telah menggunakan smartphone, sementara 35,57% lainnya sudah mengakses

Editor: iswidodo
tribunjateng/dok pribadi
Alathia Gun Atmaja mahasiswa Psikologi Unika Soegijapranata Semarang 

Dampak Negatif Screen Time pada Si Kecil

Oleh Alathia Gun Atmaja
Mahasiswa Psikologi Unika Soegijapranata Semarang

ZAMAN sekarang anak-anak bahkan balita sudah pegang gadget, tentah berupa smartphone, tablet dan lainnya. Berdasar data BPS 2024 menunjukkan bahwa 39,71 persen anak usia dini di Indonesia telah menggunakan smartphone, sementara 35,57 % lainnya sudah mengakses internet.

Fenomena ini dikenal sebagai screen time. Yang memunculkan pertanyaan serius mengenai dampaknya terhadap perkembangan holistik anak. American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan batasan screen time untuk anak usia dini. Tidak ada screen time sama sekali untuk anak di bawah 18-24 bulan (kecuali video chatting), dan maksimal 1 jam per hari untuk anak usia 2-5 tahun, itu pun harus ditemani oleh orang tua. 

Sayangnya, banyak anak yang jauh melampaui batasan ini. Fakta ini diperkuat oleh temuan penelitian di Indonesia. Sebuah riset yang diterbitkan dalam Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini (Nuraini & Wardhani, 2023) menunjukkan bahwa mayoritas anak usia prasekolah di perkotaan sudah terpapar screen time yang signifikan, bahkan sebelum memasuki usia sekolah dasar. 

Perilaku ini seringkali dimulai dari kebiasaan orang tua yang memberikan gawai sebagai pengalih perhatian atau alat edukasi dini. Meskipun terlihat tidak berbahaya, paparan screen time berlebihan pada anak usia dini
menimbulkan serangkaian masalah serius.

Pertama, keterlambatan perkembangan bahasa dan komunikasi. Waktu yang dihabiskan di depan layar mengurangi interaksi langsung dengan orang tua atau pengasuh. Padahal interaksi ini krusial untuk pemerolehan kosa kata dan keterampilan berbicara.

Menurut Puspitasari, Widiarti, dan Subali (2025) anak-anak belajar bahasa secara efektif melalui dialog dan respons, bukan hanya mendengarkan pasif dari media digital.

Kedua, gangguan tidur dan pola makan yang tidak teratur. Cahaya biru yang dipancarkan oleh
layar dapat menekan produksi melatonin, hormon yang mengatur tidur, sehingga anak sulit tidur atau memiliki kualitas tidur yang buruk. Selain itu, kebiasaan makan sambil menonton layar dapat mengganggu sinyal kenyang, berpotensi meningkatkan risiko obesitas.

Ketiga, masalah perilaku dan sosial-emosional. Anak-anak yang terlalu banyak terpapar screen
time cenderung menunjukkan peningkatan agresi, mudah frustasi, dan kesulitan dalam berinteraksi sosial. Mereka mungkin kehilangan kesempatan untuk mengembangkan empati, keterampilan negosiasi, dan pemecahan masalah melalui permainan langsung dan interaksi dengan teman sebaya.

Kurang Memahami

Analisis masalah ini menunjukkan beberapa akar penyebab. Salah satunya adalah kurangnya
pemahaman orang tua tentang dampak negatif screen time pada anak usia dini. Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa otak anak di bawah usia 6 tahun sedang mengalami perkembangan pesat, dan paparan layar berlebihan dapat menghambat proses ini. 

Mereka mungkin percaya bahwa program edukasi di layar cukup untuk merangsang kognisi anak, padahal interaksi nyata jauh lebih efektif.  Selain itu, tekanan sosial dan kemudahan akses juga berperan. Di era digital ini, sangat mudah bagi orang tua untuk memberikan gawai kepada anak, terutama ketika mereka membutuhkan waktu untuk diri sendiri atau saat bepergian. 

Iklan yang masif tentang aplikasi edukatif untuk anak juga dapat menyesatkan orang tua, memberikan kesan bahwa screen time adalah hal yang baik dan diperlukan. Faktor lingkungan dan gaya hidup modern juga tidak bisa diabaikan. Ruang bermain yang terbatas, lingkungan yang kurang aman untuk bermain di luar, serta jadwal orang tua yang padat seringkali membuat screen time menjadi pilihan yang praktis. 

Ini menciptakan lingkaran setan di mana anak semakin bergantung pada gawai untuk hiburan dan stimulasi. Mengatasi masalah screen time pada anak usia dini membutuhkan pendekatan komprehensif dari berbagai pihak, terutama orang tua. 

Jadwal Seimbang

Pertama, edukasi orang tua adalah kunci utama. Kampanye kesadaran yang masif perlu dilakukan untuk menginformasikan bahaya screen time berlebihan dan pentingnya interaksi nyata bagi perkembangan anak. Workshop, seminar, dan materi edukasi yang mudah diakses harus disebarluaskan. 

Kedua, pembatasan screen time yang ketat dan konsisten. Orang tua perlu menetapkan aturan yang jelas mengenai waktu dan jenis konten yang boleh diakses anak. Penting untuk menciptakan jadwal harian yang seimbang antara waktu bermain, belajar, tidur, dan screen time (jika ada). Penerapan "zona bebas layar" di rumah, seperti saat makan atau sebelum tidur, juga sangat dianjurkan.

Ketiga, mendorong aktivitas alternatif yang berkualitas. Ganti screen time dengan kegiatan yang merangsang perkembangan anak, seperti bermain peran, membaca buku bersama, menggambar, bermain di luar ruangan, atau melakukan kegiatan seni. Menyediakan berbagai mainan edukatif dan mendorong interaksi dengan teman sebaya juga sangat penting. Contoh nyata yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah membentuk playground komunal atau fasilitas bermain yang aman.

Keempat, jadilah teladan yang baik. Anak-anak belajar melalui observasi. Jika orang tua sendiri
terlalu sering terpaku pada gawai, anak cenderung meniru perilaku tersebut. Kurangi penggunaan smartphone di depan anak dan tunjukkan bahwa ada banyak cara lain untuk berinteraksi dan bersenang-senang.

Terakhir, kolaborasi antara keluarga, sekolah, dan pemerintah. Sekolah dapat mengintegrasikan pendidikan tentang penggunaan media yang sehat dalam kurikulumnya. Pemerintah dapat mendukung inisiatif yang mempromosikan aktivitas fisik dan kreatif bagi anak, serta mengatur konten digital yang ramah anak. Dengan upaya kolektif, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan mendukung perkembangan optimal anak-anak di era digital ini. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved