Berita Purbalingga
Pengambilan Air di Tuk Sikopyah, Wujud Rasa Syukur Masyarakat di Lereng Gunung Slamet
Prosesi pengambilan air dari mata air Tuk Sikopyah, menjadi salah satu ritual sakral yang berlangsung dalam rangkaian kegiatan Festival Gunung Slamet
Penulis: Farah Anis Rahmawati | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, PURBALINGGA — Prosesi pengambilan air dari mata air Tuk Sikopyah, menjadi salah satu ritual sakral yang berlangsung dalam rangkaian kegiatan Festival Gunung Slamet ke-8, Sabtu (5/7/2025).
Usai mengambil mata air, sebanyak 140 warga yang mengenakan pakaian adat, berjalan sepanjang 3 kilometer sembari membawa lodong bambu, untuk membawa air suci tersebut ke pusat acara yang terletak di kawasan wisata D'Las Serang.
Syamsuri, salah satu sesepuh di Desa Serang menyatakan, ritual ini dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur warga atas limpahan rezeki berupa air yang terus mengalir.
Menurutnya, air dalam Tuk Sikopyah tidak pernah mengering dan terus mengalir meskipun mengalami musim kemarau panjang.
Selain sebagai wujud syukur karena mata air tersebut tidak pernah kering, ia juga menyebut ritual ini dilaksanakan untuk mengenang para nenek moyang, yang dahulunya mengambil air menggunakan lodong bambu.
"Waktu itu belum ada ember atau wadah-wadah yang lain, sehingga nenek moyang kita mengambil air itu pakai lodong dari bambu. Ini juga sebagai cara untuk mengenang tradisi dari nenek moyang kita," jelasnya.
Kemudian, menurut sesepuh desa yang lain, Madyusro, ritual ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 1984. Namun karena saat ini terdapat Festival Gunung Slamet, maka ritual ini dirangkaikan dengan kegiatan festival.
Madyusro mengatakan, dahulu masyarakat desa sekitar menggelar ritual ini dengan melakukan manakiban, mujahadah, dan doa bersama di masjid sebelum mengambil mata air.
"Tuk Sikopyah ini juga menjadi salah satu jantungnya sumber mata air dari Gunung Slamet, yang mengalir ke beberapa desa seperti Serang, Kutabawa, Siwarak dan sebagian daerah Pemalang," katanya.
Lebih lanjut, usai iring-iringan warga yang membawa air suci dari Tuk Sikopyah tiba di pusat acara, prosesi pun dilanjutkan dengan menuangkan air tersebut kedalam dua wadah khusus. Tak ketinggalan, Bupati Purbalingga Fahmi Muhammad Hanif dan Wakil Bupati Purbalingga Dimas Prasetyahani, juga turut mengikuti prosesi tersebut.
Prosesi penuangan air pun berlangsung dengan khidmat, dan kemudian dilanjutkan dengan prosesi ruwatan oleh Ki Dalang Sutama yang meruwat mata air dari energi negatif.
Usai prosesi tersebut selesai, kegiatan pun diakhiri dengan perebutan gulungan sayuran hasil bumi dan pembagian nasi 3G.
Baca juga: KSAL Cup Kendal Lebih Menantang, Mulyani Kesulitan Taklukkan Sirkuit di Lokasi Tambang
Baca juga: KSAL Cup Kendal Lebih Menantang, Mulyani Kesulitan Taklukkan Sirkuit di Lokasi Tambang
Baca juga: 19 Ekor Kerbau dan 72 Kambing Dipotong untuk Nasi Berkat Buka Luwur Sunan Kudus
Bupati Purbalingga Umumkan Pengusulan 2.848 Tenaga Non ASN Jadi PPPK Paruh Waktu |
![]() |
---|
Nasib Ali Staf Dinaker Purbalingga Setelah Penantian 20 Tahun, Masuk Daftar Usulan PPPK Paruh Waktu |
![]() |
---|
Tergiur Upah Rp100 Ribu Per Titik, Sopir Travel Asal Pemalang Jadi Kurir Sabu di Purbalingga |
![]() |
---|
Pencari Kerja Asal Purbalingga Meningkat, Pemohon SKCK Hingga Agustus Tembus 7.288 Blangko |
![]() |
---|
Kelurahan Purbalingga Kulon Berhasil Masuk Lima Besar Penilaian Kampung Pancasila Zona Jawa-Bali |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.