Berita Jateng
Karena Opsen Pajak, Mimpi Djohan Tertahan di Layar Ponsel
Djohan masih ingat betul malam itu. Ia duduk di ruang tamu rumah sederhananya di kawasan Semarang Barat, menatap layar ponsel dengan harap-harap cemas
Penulis: budi susanto | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Djohan masih ingat betul malam itu. Ia duduk di ruang tamu rumah sederhananya di kawasan Semarang Barat, menatap layar ponsel dengan harap-harap cemas.
Di layar kecil itu, sebuah gambar mobil pick-up berwarna putih terpampang jelas kendaraan impian yang selama berbulan-bulan ia incar demi mengembangkan usahanya.
Sebagai pelaku usaha dekorasi pernikahan, Djohan butuh kendaraan niaga yang kuat, tangguh, dan hemat bahan bakar.
Selama ini, ia hanya mengandalkan jasa sewa atau meminjam kendaraan teman untuk mengangkut kursi, tenda, dan perlengkapan pesta lainnya. Namun makin hari, ia merasa kebutuhan itu tak bisa lagi ditunda.
“Saya sudah simpan link-nya di bookmark. Beberapa kali saya buka-buka, ngitung-ngitung cicilan, berharap bisa masuk,” ujarnya saat berbincang dengan Tribunjateng.com, Selasa (8/7/2025).
Namun harapan itu mulai terkikis. Harga kendaraan kini makin mahal, bahkan terus merangkak naik.
Belum selesai menghadapi tekanan ekonomi akibat perlambatan global, kini muncul tambahan beban baru, opsen pajak.
“Kalau harganya tidak masuk ya lebih baik tidak jadi beli saja,” ucap Djohan dengan nada kecewa.
Kebijakan opsen pajak yang mulai diterapkan di Jawa Tengah sejak April lalu menambah harga mobil baru hingga 5 persen.
Bagi pengusaha kecil seperti Djohan, angka itu bukan sekadar tambahan biasa. Itu bisa berarti kehilangan kesempatan.
“Hasil opsen pajak juga untuk apa dan manfaatnya untuk wirausaha seperti saya apa? Saya heran kalau buat kebijakan kok selalu memberatkan masyarakat,” tambahnya dengan nada getir.
Djohan masih menyimpan link mobil itu di gawainya. Ia belum menghapusnya seolah masih memberi ruang pada harapan kecil, bahwa suatu hari nanti ia bisa mewujudkan impian sederhana, memiliki kendaraan sendiri untuk mengantar hasil jerih payahnya.
Di layar ponsel, mobil itu masih mengilap. Tapi di dunia nyata, mimpi Djohan sementara harus diparkir.
Djohan bukan satu-satunya yang merasakan dampaknya. Menurut Imron Santoso, General Manager PT Sunmotor Indosentra Trada, tren penurunan minat beli kendaraan, khususnya mobil niaga, sangat terasa sejak kebijakan opsen diberlakukan.
“Hal itu membuat calon pembeli menunda pembelian,” jelas Imron.
Sebagai main dealer Suzuki untuk wilayah Semarang Raya hingga Karesidenan Pati, ia menyebut bahwa kendaraan niaga menyumbang sekitar 45 persen dari total penjualan. Kini, pasar tersebut ikut lesu karena daya beli menurun dan harga tak lagi bersahabat.
Yang lebih memberatkan, hanya Jawa Tengah yang sudah menerapkan opsen pajak. Daerah lain seperti Jawa Timur, Jawa Barat, hingga Yogyakarta masih menunda pelaksanaannya.
“Kami berharap industri otomotif disuport kebijakan yang lebih pro,” imbuhnya.
Baca juga: Segini Besaran Gaji Ketua RT Terbaru di Kabupaten Kendal Jawa Tengah
Baca juga: Sebanyak 413 Peserta Ikuti Kejurkab Bulutangkis PBSI 2025, Total Hadiah Capai Rp24 Juta
Baca juga: "Saya Minta Seumur Hidup" Ayah Gamma Tanggapi Tuntutan Jaksa ke Aipda Robig
Wagub Jateng Lepas Penerbangan Perdana Semarang-Kuala Lumpur, Masyarakat Sambut Antusias |
![]() |
---|
Mengikat Umat Selama 18 Tahun, Maulid Nabi di MAJT Semarang Jadi Bukti Cinta Tak Memandang Jarak |
![]() |
---|
Momen Libur Panjang Maulid Nabi, Pertamina Jamin Ketersediaan Energi di Jateng DIY |
![]() |
---|
Pemprov Jateng Ringankan Beban Warga, Pangan Murah Diserbu Masyarakat |
![]() |
---|
Daftar Tunjangan Perumahan Pimpinan DPRD Jateng yang Nilainya Fantastis, Sumanto: Ditunda |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.