Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Banyumas

Bupati Jadi Bapak Asuh Bayi Stunting, Kritik Perguruan Tinggi di Banyumas yang Abai

Pemerintah Kabupaten Banyumas mencatat penurunan angka stunting yang dalam kurun dua tahun terakhir

|
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muslimah
Tribun Jateng/Permata Putra Sejati
STUNTING BANYUMAS - Bupati Banyumas, Sadewo Tri Lastiono saat menandatangani kesepakatan bersama dalam penanganan stunting bersama OPD di Pendopo Si Panji Purwokerto, Selasa (15/7/2025). Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 angka prevelensi stunting Banyumas 19.6 persen. 

TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Pemerintah Kabupaten Banyumas mencatat penurunan angka stunting yang dalam kurun dua tahun terakhir. 

Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, prevalensi stunting di Banyumas berada pada angka 20,9 persen. 

Setahun berselang, angka itu turun menjadi 19,6 persen menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024.

Berdasarkan data terbaru dari aplikasi Intak (Intervensi Stunting Terintegrasi Kabupaten) per Juni 2025 menunjukkan prevalensi stunting di Banyumas menurun hingga menyentuh angka 15,88 persen.

Meski demikian, angka ini masih sedikit lebih tinggi dari target nasional dan provinsi yang ditetapkan sebesar 14 persen untuk Jawa Tengah.

Bupati Banyumas, Sadewo Tri Lastiono, menanggapi kondisi ini dalam acara Diseminasi Program Penurunan Stunting yang digelar pekan ini.

Dalam sambutannya, Sadewo mengaku prihatin karena minimnya keterlibatan perguruan tinggi dalam upaya penanggulangan stunting di Banyumas.

"Scara seperti ini seharusnya jadi forum kolaborasi semua pihak. Tapi dari perguruan tinggi yang datang cuma satu, dari UIN Saizu.

Padahal stunting bukan sekadar isu kesehatan, tapi tanggung jawab bersama," katanya kepada Tribunbanyumas.com.  dalam acara diseminasi Stunting di Pendopo Si Panji Purwokerto, Selasa (15/7/2025).

Sebagai bentuk komitmen pribadi, Sadewo menyatakan akan mengampu lima bayi stunting setiap bulan. 

Dukungan ini sepenuhnya berasal dari uang pribadi, bukan dari APBD, dan bertujuan menjadi contoh nyata bagi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan masyarakat.

"Ini sukarela, tidak ada paksaan. Saya ikhlas. 

Bentuknya bisa dukungan nutrisi atau pelatihan dari dinas terkait. Tapi yang pasti, setiap bulan lima anak saya dampingi," imbuhnya. 

Apabila mengikuti skema Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), biasanya mengalokasikan Rp 2,7 juta per anak selama 6 bulan.

Maka komitmen Bupati Sadewo diperkirakan bernilai Rp13,5 juta per bulan, atau Rp 81 juta selama enam bulan.

Gerakan Genting sendiri menjadi salah satu program unggulan Kabupaten Banyumas dalam menurunkan stunting

Pendekatannya bukan hanya bersifat bantuan langsung, tetapi juga menyasar perubahan pola asuh, edukasi gizi, dan intervensi dini terhadap keluarga berisiko tinggi.

Dalam forum tersebut, Sadewo juga mengkritisi perbedaan metode survei dalam pengukuran stunting

Menurutnya, pendekatan yang berbeda bisa menghasilkan data yang membingungkan publik.

"Kalau surveinya hanya berdasarkan tinggi badan, ya belum tentu itu stunting. Bisa saja cebol tapi gizinya cukup. 

Jadi kita tetap rujuk pada data Kementerian Kesehatan, yang saat ini menyebut angka stunting Banyumas di 19,6 persen," katanya.

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Banyumas, Krisianto, menambahkan subjektivitas tim survei dan kualitas pendampingan di lapangan menjadi faktor yang turut memengaruhi hasil.

"Tim pendamping keluarga apakah benar turun ke lapangan? Apakah pola asuhnya diamati secara menyeluruh? Ini semua memengaruhi hasil akhir. 

Tapi ada juga desa yang justru punya inovasi sendiri," katanya.

Dalam acara tersebut, Pemerintah Kabupaten Banyumas juga memberikan penghargaan kepada desa-desa yang menunjukkan kemajuan signifikan dalam penurunan stunting. Mereka adalah:

  • Desa Karanggayam dan Desa Dermaji, Kecamatan Lumbir
  • Desa Kaliputih, Kecamatan Purwojati
  • Desa Karangjati, Kecamatan Kemranjen
  • Desa Kasegeran, Kecamatan Cilongok

Khusus untuk Kecamatan Cilongok, intervensi dilakukan secara masif karena memiliki 20 desa sasaran, disusul Kecamatan Sumbang dengan 19 desa dan Kembaran dengan 16 desa.

Menurut Krisianto, program-program inovatif seperti pelibatan kader, pelatihan pola makan keluarga, hingga edukasi melalui Posyandu menjadi faktor utama dalam capaian desa-desa tersebut

Dengan tren penurunan yang positif, Sadewo optimistis Banyumas mampu mengejar target provinsi.

"Kalau semua ikut bergerak, saya yakin tahun ini angka stunting Banyumas bisa di bawah rata-rata Jawa Tengah. 

Ini bukan kerja satu dinas, tapi kerja bersama," katanya. (jti) 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved