Berita Semarang
Sri Kusmiati Curiga Kualitas Beras Mulai Turun Akhir-akhir Ini: Sudah Tidak Pulen dan Wangi Lagi
Di antara tumpukan karung beras dan aroma khas gabah yang memenuhi udara, Sri Kusmiati (50) tampak teliti
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Di antara tumpukan karung beras dan aroma khas gabah yang memenuhi udara, Sri Kusmiati (50) tampak teliti memeriksa segenggam beras dari salah satu lapak di Pasar Dargo, Kota Semarang.
Ia tidak terburu-buru. Butiran-butiran beras di telapak tangannya dipandangi lekat-lekat, lalu ia dekatkan ke hidung.
Menurut Sri Kusmiati, saat ini mencari beras dengan uar aroma yang wangi dan rasa yang enak seperti dulu terasa sulit.
Sebagai ibu rumah tangga yang hampir setiap hari bergumul dengan dapur, Kusmiati hafal betul perbedaan kecil dalam bahan pangan yang ia gunakan.
Termasuk soal beras, makanan pokok yang tak bisa ditawar-tawar. Belakangan, ia merasa kualitas beras di pasaran makin menurun.
Aromanya kurang sedap, teksturnya kurang pulen, bahkan ada sedikit bau 'apek'.
“Kalau masak nasi dulu itu wanginya bisa semerbak ke seluruh rumah. Anak-anak langsung lapar begitu mencium baunya. Tapi sekarang? Kadang seperti ada bau apeknya," ujarnya saat di pasar Dargo, Rabu (16/7/2025).
"Dan itu bikin rasanya jadi beda. Apalagi kalau pakai rice cooker, makin terasa anehnya,” keluhnya.
Ia sempat menyinggung soal pernyataan Menteri Pertanian Amran Sulaiman yang menyebutkan bahwa pemerintah telah menemukan indikasi adanya peredaran beras oplosan di pasaran.
Beras-beras itu disebut berasal dari gabungan jenis dan kualitas yang berbeda, yakni premium dengan kualitas yang biasa.
“Resah ya kalau tahu ternyata banyak beras oplosan yang beredar di masyarakat, kami kalau beli beras yang premium itu juga ada harganya tapi kalau isinya ternyata tidak sesuai standarnya ya kecewa," ungkapnya.
Namun tak semua orang di pasar menyambut isu itu dengan keprihatinan. Agus, pedagang beras yang lapaknya tak jauh dari tempat Kusmiati memilih beras, justru menunjukkan sikap sebaliknya, santai dan tak ambil pusing.
“Saya malah ndak ngerti itu maksudnya beras oplosan kayak apa. Yang saya tahu, saya ambil dari pabrik, ya saya jual. Selama ini nggak ada komplain, berasnya bagus-bagus semua,” kata Agus, sambil menghitung uang lembaran puluhan ribu rupiah.
Baginya, selama barang datang sesuai, tidak bau, tidak rusak, dan pembeli tidak mengeluh, maka tak ada alasan untuk ikut resah.
Ia mengaku tidak pernah mencampur-mencampur beras. Prinsipnya sederhana: jual apa yang dikirim.
ATVSI Dorong Revisi UU Penyiaran, FGD Digelar di Semarang |
![]() |
---|
ASN Kota Semarang Wajib Jadi Anggota Koperasi Merah Putih, Simpanan Pokok Dijadikan Modal KKMP |
![]() |
---|
Deteksi Polutan Transparan, Peneliti Smart Materials Research Center Undip Raih Gelar Doktor |
![]() |
---|
Kuliah Umum FTI Universitas PGRI Semarang Tekankan Pentingnya Penerapan K3 di Dunia Konstruksi |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Kota Semarang Hari Ini Jumat 29 Agustus 2025: Sebagian Besar Hujan Ringan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.