Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Demak

Sosok Guru Madin Zuhdi, 30 Tahun Mengabdi Digaji Rp 450 Ribu per Empat Bulan

Di sebuah sudut desa kecil bernama Jatirejo, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, hidup seorang guru Madrasah

Penulis: faisal affan | Editor: muh radlis
IST
SOSOK ZUHDI - Ahmad Zuhdi guru Madin Roudhotul Mutaalimin viral usai diminta ganti rugi karena menampar siswa sebesar Rp 25 juta. (dok. Pemprov Jateng) 

TRIBUNJATENG.COM, DEMAK – Di sebuah sudut desa kecil bernama Jatirejo, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, hidup seorang guru Madrasah Diniyah (Madin) bernama Ahmad Zuhdi.

Usianya sudah 63 tahun. Rambutnya mulai memutih, suaranya pelan dan penuh kesabaran sifat yang ia pertahankan selama lebih dari tiga dekade menjadi pendidik anak-anak kampung.

Namun, di tengah pengabdiannya yang panjang, sebuah insiden yang tak pernah ia bayangkan justru mengubah hidupnya.

Pada Rabu, 30 April 2025, Zuhdi sedang mengajar murid kelas 5 di Madin Roudhotul Mutaalimin.

Pagi itu berjalan biasa saja, hingga tiba-tiba sebuah sandal melayang dan menghantam pecinya.

“Awalnya saya mengajar, tiba-tiba dihantam sandal begitu,” kata Zuhdi saat menggelar konferensi pers di Mushala Desa Jatirejo, Jumat (18/7/2025). Matanya tampak berkaca-kaca saat mengenang momen itu.

Zuhdi lalu menghampiri sekelompok murid yang tertawa-tawa di sudut ruangan. Ia bertanya siapa yang melempar, namun tak seorang pun mengaku.

Merasa dilecehkan dan ingin memberi pelajaran, ia mengancam akan membawa semua ke kantor. Barulah seorang siswa menunjuk temannya, berinisial D, sebagai pelaku.

Sebagai bentuk teguran, Zuhdi menampar D.

“Nampar saya itu nampar mendidik. 30 tahun itu tidak pernah ada yang luka sama sekali,” ucapnya tegas, namun lirih.

Tindakan itu ternyata berbuntut panjang. Tiga bulan kemudian, Zuhdi didatangi keluarga siswa.

Ia dituduh melakukan kekerasan dan diminta membayar uang damai sebesar Rp 25 juta.

“Saya kaget, saya pikir sudah selesai. Tapi malah dimintai uang sebanyak itu,” ungkapnya.

Zuhdi yang hidup sederhana tentu tak sanggup membayar.

Ia kemudian menawar jumlahnya hingga menjadi Rp 12,5 juta.

Meski turun, jumlah itu tetap terasa berat bagi guru yang hanya menerima honor Rp 450 ribu setiap empat bulan.

“Saya punya teman, bisa bantu satu juta. Selebihnya utang. Bahkan saya sempat mikir jual motor,” katanya dengan nada sendu.

Kini, kisahnya menyebar luas di media sosial. Banyak yang bersimpati, banyak pula yang mengutuk kekerasan di dunia pendidikan.

Tapi Zuhdi hanya berharap satu hal agar perjuangannya sebagai guru tak berakhir seperti ini.

“Saya hanya ingin mengajar anak-anak. Itu saja,” ucapnya pelan.(afn)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved