Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Horizzon

Bahasa Gajah 

Sejak awal PSI menawarkan revolusi dalam tataran cara, menggunakan sistem pemilihan terbuka melalui e-voting

DOK
Ibnu Taufik Juwariyanto, Pemimpin Redaksi Tribun Jateng 

Oleh: Ibnu Taufik Juwariyanto, Pemimpin Redaksi Tribun Jateng

SEJAK awal, saya kurang tertarik untuk mengikuti berita tentang Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang dihelat di Solo 19-20 Juli 2025. Bahkan ketika kawan-kawan Jakarta meminta saya untuk ikut berpikir menyiapkan liputan yang sifatnya ekslusif terkait kongres PSI ini, saya menyikapinya dengan biasa saja. Saya memilih untuk memberikan keleluasaan pada kawan-kawan reporter untuk berimprovisasi dan mengalir mengikuti rangkaian kongres apa adanya. 

Memang, sejak awal PSI menawarkan revolusi dalam tataran cara berdemokrasi. Dalam pemilihan ketua umum yang akhirnya dimenangkan oleh Kaesang Pangarep ini, PSI menggunakan sistem pemilihan terbuka melalui e-voting. 

Cara yang digunakan oleh PSI ini tentu harus diapresiasi sebagai kemajuan dalam proses pemilihan di lingkungan partai politik. PSI harus diakui sebagai partai yang paling demokratis dan modern dalam hal ini. Satu orang satu suara memberi ruang setiap aspirasi di elemen partai terwadahi dan terakomodasi dengan baik hingga muncul sosok ketua yang bakal menahkodai partai. 

Yang juga menyita perhatian saya di kongres PSI di Solo ini adalah munculnya logo baru untuk menggantikan mawar merah yang sebelumnya menjadi logo PSI. Gajah merah, kemudian lokasi kongres di Solo tentu memaksa publik untuk berandai-andai apa yang menjadi langkah partai yang lagi-lagi identik dengan anak-anak muda ini. 

Tentu saya tak ingin terbawa pada akronim liar yang muncul bersamaan dengan peresmian logo gajah merah sebagai logo PSI. Gajah yang kemudian dianalogikan sebagai ‘Gak Ada Ijazah’ menjadi narasi viral yang bahkan menenggelamkan berita tentang terpilihnya Kaesang sebagai ketua Umum PSI

Saya tahu, akronim Gajah sebagai ‘Gak Ada Ijazah’ tentu dialamatkan kepada Joko Widodo, Presiden ketujuh RI, ayah dari Kaesang yang juga menjadi sosok penting di belakang PSI. Bahkan Jokowi juga hadir dan mendeklarasikan diri akan mendukung penuh sekaligus bekerja keras untuk PSI.  

Kalaupun dikaitkan dengan Jokowi, saya lebih tertarik mengaitkannya dengan hal-hal yang lebih konstruktif. Dimana Gajah berkepala merah dan Jokowi bagi saya harus dimaknai sebagai standing Jokowi untuk menjawab PDI Perjuangan, partai yang dulu mengorbitkan Jokowi sejak dari walikota Solo hingga menjadi Presiden RI. 

Gajah berkepala merah harus dimakanai sebagai jawaban Jokowi kepada PDI Perjuangan atas hubungan buruk di akhir kemesraan antara Jokowi dan PDI Perjuangan. Gajah berkepala merah adalah sikap atau standing Jokowi yang benar-benar sudah berada di luar PDI Perjuangan, dan bahkan siap berhadap-hadapan. 

Kongres PSI yang digelar di Solo, yang bertepatan dengan launching logo gajah bagi PSI juga menguatkan narasi tersebut. Gajah Merah alias PSI adalah entitas yang kuat dan dibangun dari Solo yang di dalamnya ada Jokowi yang siap berkontestasi dengan siapapun, termasuk PDI Perjuangan. 

Solo, Gajah dan juga Jokowi juga menjadi pembenar analisa jauh-jauh hari sebelumnya terhadap narasi lama yang tumbuh bersama PSI. Dimana mawar merah itu memang dirawat oleh seorang petani yang kini mulai tumbuh subur. Saya masih ingat betul, petani yang dimaksud sangat diidentikkan dengan sosok Joko Widodo yang kala itu masih berada di dalam kandang banteng. 

Pertanyaannya sekarang adalah, mampukah gajah berkepala merah ini bersaing atau berkompetisi dengan banteng moncong putih? Kita semua tahu, banteng yang menjadi simbol kekuatan PDI Perjuangan lahir dengan sejarah panjang. 

Sejak kelahirannya, PDI Perjuangan sudah lulus dengan berbagai ujian. Mulai dari berhadapan dengan rezim orde baru (PDI), ujian berada di luar pemerintahan hingga ujian dengan dirinya sendiri saat PDI Perjuangan didaulat untuk menahkodai pemerintahan. 

Terkait hal ini, kita tentu menunggu eksistensi Gajah Merah asal Solo di kancah politik nasional. Mereka tidak hanya akan berhadapan dengan Banteng Moncong putih, namun juga dengan partai politik lain, yang semakin ke sini semuanya sudah mengarah ke pragmatisme kekuasaan. 

Terakhir, saya juga tertarik untuk mengutip narasi positif dari logo gajah merah versi Kaesang. Anak mantan presiden yang juga mantan penjual pisang goreng paling sukses di negeri ini mengatakan bahwa logo gajah memiliki arti kekuatan, keteguhan, kecerdasan dan solidaritas. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved