UKSW SALATIGA
Sustainable Development Field School Berakhir, Pesan Mahasiswa Bangun Isu Pembangunan Berkelanjutan
Kegiatan Sustainable Development Field School Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) resmi berakhir.
Penulis: Laili Shofiyah | Editor: M Zainal Arifin
TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Setelah dua pekan jalani kegiatan Sustainable Development Field School, dua puluh sembilan peserta gabungan Fakultas Interdisiplin (FID) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dan The University of Sydney (USYD), Australia, secara resmi menutup rangkaian kegiatan bersama di Revel Eatscape, belum lama ini.
Setelah usai menjalani ujian esai pada Sabtu pagi di kampus UKSW, para peserta Kelas Lapangan Pembangunan Berkelanjutan ini bersama-sama menuju Revel Eatscape Restoran yang terletak di Kelurahan Randuacir, Kecamatan Argomulyo, Salatiga.
Di bawah naungan Center for Sustainable Development Studies (CSDS) FID, acara penutupan berupa pembagian sertifikat dan sesi foto bersama ini terasa hangat dalam suasana keakraban setelah empat belas hari menjalani padatnya program kegiatan.
Dalam acara tersebut hadir pula Ketua Program Studi Magister Studi Pembangunan Yesaya Sandang, S.H., M. Hum, Ph.D., Wakil Dekan FID Titi Susilowati Prabawa, S.Pd., M.A., Ph.D., Dosen Program Studi Destinasi Pariwisata Linda Susilowati, S. Psi., M.Si., dan Rio Giovano Setiawan, S.Pd., M.Si., serta Dosen Universitas Sydney Associate Professor Jeff Neilson.
Observasi Lapangan
Seusai acara, Dosen pengampu Sustainable Development Field School Linda Susilowati, menjelaskan bahwa kegiatan kolaborasi ini telah memasuki tahun ketiga dalam upaya mengusung isu-isu krusial pembangunan berkelanjutan.
Salah satunya yakni fenomena banjir rob di pesisir utara Jawa yang berdampak di beberapa kota, di antaranya Semarang dan Demak.
“Setibanya di Semarang kita melakukan eksplorasi isu lingkungan dan bertemu dengan stakeholder terkait."
"Secara khusus kita membicarakan banjir rob serta melakukan observasi langsung di lapangan."
"Kita juga bertemu Non-Governmental Organization (NGO) WALHI di Demak untuk membahas soal ini,” ujar Linda Susilowati.
Baca juga: Rektor UKSW Wisuda 602 Mahasiswa, Ajak Jadi Creative Minority yang Membanggakan dan Memberi Dampak
Selain studi lapangan dan materi di kelas, CSDS FID juga mengajak peserta melakukan live-in selama tiga hari di Desa Keditan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang.
Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan riset dampak perubahan iklim serta implikasinya terhadap para petani.
“Setelah kembali ke Salatiga dan materi kelas, para mahasiswa juga melakukan live-in di Keditan selama tiga hari penuh."
"Kegiatan ini adalah riset lapangan akan agrarian change, perubahan iklim serta dampaknya kepada para petani kecil di desa,” tambah Linda Susilowati.
Ia menekankan bahwa kerja sama internasional ini memiliki manfaat nyata bagi kedua universitas, yakni mahasiswa USYD dapat mengembangkan isu-isu di negara Global South, sementara mahasiswa UKSW dapat menggali wawasan berbasis kurikulum internasional.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.