Berita Pendidikan
Waspada "Bom Waktu" Dendam Korban Perundungan di Sekolah: Begini Strategi Pencegahannya
Perundungan (bullying) bukanlah sekadar kenakalan remaja, melainkan sebuah tindakan kekerasan berulang yang meninggalkan luka mendalam.
Penulis: Raf | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM - Perundungan (bullying) bukanlah sekadar kenakalan remaja, melainkan sebuah tindakan kekerasan berulang yang meninggalkan luka mendalam.
Di lingkungan sekolah, perundungan sering kali dianggap masalah sepele, padahal dampaknya bisa menumbuhkan dendam panjang yang berujung pada tindakan nekat dan berbahaya, baik bagi pelaku, korban, maupun komunitas sekolah.
Penting bagi seluruh elemen sekolah—siswa, guru, dan orang tua—untuk memahami bahwa pencegahan perundungan adalah investasi dalam keselamatan kolektif.
Seperti kasus yang terjadi di SMAN 72 Jakarta, pelaku diduga siswa XII melakukan balas dendam dengan meledakkan sekolahnya di tiga titik yakni musala, kantin dan tempat kumpul siswa pada Jumat (11/7/2025).
Baca juga: 11 Identitas Terduga Pelaku Perundungan Timothy Mahasiswa FISIP Unud
Dampak Jangka Panjang: Mengapa Korban Bisa Bertindak Nekat
Korban perundungan seringkali mengalami trauma psikologis yang kompleks. Jika rasa sakit, dipermalukan, dan ketidakberdayaan ini tidak diatasi dengan benar, ia dapat bermetamorfosis menjadi energi negatif yang sangat destruktif.
1. Akumulasi Rasa Sakit dan Ketidakadilan
Perundungan yang berulang menciptakan rasa ketidakadilan yang mendalam. Korban merasa tidak ada tempat yang aman dan tidak ada yang membelanya. Rasa sakit yang terakumulasi ini bisa memicu keinginan untuk "membalas" atau mengakhiri rasa sakitnya dengan cara yang ekstrem.
2. Kehilangan Kontrol dan Identitas
Pelaku perundungan mengambil kontrol dari korban. Dalam upaya untuk mendapatkan kembali kendali atas hidup mereka, sebagian korban mungkin merencanakan tindakan yang sama-sama agresif atau membahayakan diri sendiri/orang lain, seringkali jauh setelah peristiwa perundungan berakhir.
3. Pemicu Tindakan Berbahaya
Beberapa studi psikologi dan kasus kriminalitas di sekolah menunjukkan korelasi antara riwayat perundungan parah dengan tindakan balas dendam. Tujuannya bukan lagi sekadar memberi pelajaran, tetapi menciptakan kerusakan setara dengan rasa sakit yang dialaminya, termasuk kekerasan fisik, vandalisme, atau dalam kasus terburuk, ancaman keselamatan nyawa.
Strategi Edukasi Pencegahan yang Efektif
Pencegahan yang efektif harus melibatkan pendekatan menyeluruh, bukan hanya menghukum pelaku, tetapi mengubah budaya sekolah.
1. Membangun Budaya Empati dan Inklusivitas
| Wamenkes Dorong Poltekkes Kemenkes Semarang Cetak Tenaga Kesehatan Siap Lapangan, Soroti Kasus MBG |
|
|---|
| Sosok Della Maulidya, Alumni Unissula Jadi Inspiring Mother 2025 |
|
|---|
| UPGRIS Masuk 10 Kampus Swasta Unggulan ASEAN dengan Lulusan Paling Siap Kerja |
|
|---|
| Guru Besar Unissula Prof Henry Indraguna Dorong Pendidikan Hukum Humanis di Perguruan Tinggi |
|
|---|
| Undip Canangkan Gerakan Zero Waste, Ubah Sampah anorganik Jadi BBM dan paving |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/20251107_-Pelaku-Peledakan-SMAN-72.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.