Tribunjateng Hari ini
Lutfia Sering Lihat Kobaran Api saat Malam
Lutfia (30) tak pernah menyangka ketenangan tempat tinggalnya akan terusik oleh asap tebal yang kini nyaris hadir setiap hari.
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: M Syofri Kurniawan
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Lutfia (30), warga Perumahan Klipang, Semarang, tak pernah menyangka ketenangan tempat tinggalnya akan terusik oleh asap tebal yang kini nyaris hadir setiap hari.
Asap pekat itu datang dari arah Brown Canyon, sebuah kawasan yang selama ini dikenal sebagai destinasi wisata alam di wilayah Rowosari, Tembalang.
Meski secara jarak Klipang dan Brown Canyon terpaut sekitar 2,7 kilometer jika ditempuh melalui jalan raya, kenyataannya, asap dari lokasi terlihat jelas, dan gangguannya begitu nyata ia rasakan.
Baca juga: Viral! KIW Edge Semarang, Kini Jadi Tempat Nongkrong Favorit Pencinta Sunset
Dari halaman rumahnya yang menghadap ke hutan kecil dengan sebagian terlihat destinasi wisata Brown Canyon, Lutfia bisa melihat jelas kepulan asap yang membumbung dari area penggalian tanah tersebut.
"Bau asap itu sampai ke dalam rumah. Asapnya tebal sekali. Saya punya anak. Karena ada anak kecil juga kan, jadi terganggu," katanya, saat ditemui Tribun Jateng, di rumahnya, Minggu (3/8).
Menurut dia, asap kerap muncul menjelang malam hingga pagi hari. Bahkan, dari rumahnya, kobaran api terkadang terlihat jelas di kejauhan saat malam.
Lutfia pun tak jarang menemui serpihan hitam sisa pembakaran yang terbawa angin di lantai rumahnya. Ia juga menemui bau asap menempel di pakaian yang ia jemur di halaman rumah.
"Apinya sampai kelihatan kalau malam. Kalau asapnya, biasanya terlihat sore sampai malam, pagi masih ada. Tapi entar kalau sudah jam segini (siang-Red) sudah lumayan hilang," bebernya.
Lutfia menuturkan, kejadian itu mulai terasa sejak awal 2024. Sebelumnya pada 2023 saat dirinya mulai menempati rumah tersebut, ia belum mengalami hal itu.
Ia menduga asap tersebut berasal dari aktivitas pembakaran di tempat pembuangan akhir (TPA) liar di sekitar Brown Canyon. Kondisi itupun membuatnya semakin resah. Terlebih, ia memiliki anak yang masih Batita.
Lutfia menyebut anaknya sempat mengalami batuk karena asap yang ditimbulkan tersebut. "Saya punya anak usia 1 tahun. (Efek yang ditimbulkan sejauh ini-Red) mungkin batuk-batuk kecil ya," ucapnya.
Lantaran khawatir efek yang ditimbulkan dari asap tebal tersebut, Lutfia pun mengaku tak jarang mengungsi di rumah orang tua yang jauh dari lokasi perumahan.
"Antisipasinya, saya ngungsi ke rumah orangtua. Sering. Sampai sini pun kalau jam berapa gitu pernah asapnya kelihatan hitam," keluhnya.
Senada, Dedi (32), satpam di perumahan sekitar Klipang, mengeluhkan asap tebal yang hampir seringkali menyelimuti lingkungan mereka.
“Biasanya seminggu dua kali. Kalau sudah sore dibakar, malamnya langsung tebal asapnya,” tuturnya, saat ditemui di pos satpam.
Polisi Periksa Enam Saksi terkait Pelajar di Sragen yang Meninggal Usai Ikut Latihan Silat |
![]() |
---|
Islah Pasca-Muktamar ke 10 di Jakarta, Taj Yasin Kejar Upaya PPP Kembali ke Senayan |
![]() |
---|
Tak Ada Pengunjung, Kini Tinggal Tersisa Sepi di Gumuk Reco Sepakung |
![]() |
---|
168 Siswa di Karanganyar Diduga Keracunan MBG, SPPG Langsung Ditutup |
![]() |
---|
Dapat Bantuan Rumah Apung, Kini Muslim Tak Pusing untuk Terus Meninggikan Rumah karena Rob |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.