Horizzon
Sebelum Revolusi Silent
Simbol bajak laut merupakan satire dari salah kelola negara yang ulang tahun yang ke-80 akan kita peringati, pada 17Agustus tahun ini
Penulis: Ibnu Taufik Juwariyanto | Editor: abduh imanulhaq
Oleh: Ibnu Taufik Juwariyanto, Pemimpin Redaksi Tribun Jateng
KATANYA, bendera berlatar belakang hitam dengan gambar tengkorak yang marak berkibar di bulan Kemerdekaan ini merupakan adaptasi dari tokoh komik asal Jepang, Monkey D Luffy. Singkatnya, dari penelusuran yang saya lakukan, itu adalah tokoh bajak laut.
Yang menjadi seksi untuk dikaji adalah, kenapa juga simbol-simbol jahat bajak laut ini tetiba berkibar bersamaan dengan momen sakral peringatan kemerdekaan kita. Bukan hanya bersamaan, tapi lebih tepatnya sebagian dari kita justru merayakan kemerdekaan dengan mengibarkan bendera bajak laut, baik beriringan dengan merah putih maupun sebagai pengganti merah putih.
Dari berbagai pemikiran, rasanya saya tak bisa menghindar bahwa simbol bajak laut merupakan satire dari salah kelola negara yang ulang tahun yang ke-80 akan kita peringati, pada 17Agustus tahun ini.
Saya juga yakin, tak semua yang sibuk membicarakan soal bendera bajak laut ini paham asal-usul dan cerita aslinya. Namun mereka, baik yang sekadar mendiskusikan atau yang sudah terang-terangan mengibarkan di momentum kemerdekaan ini sepakat soal maknanya, yaitu ketidakpuasan.
Bagi saya, ini adalah ekspresi sebagian warga negara tentang cara kelola negara yang sudah melenceng. Dan saya teringat dengan pernyataan Jean-Jacques Rousseau, yang menjelaskan secara gamblang, bagaimana sebuah negara didirikan.
Filsuf sekaligus komposer asal Geneva, Swiss, ini dengan lugas menjelaskan bagaimana sebuah negara dibentuk atas dasar kontrak sosial. Apa yang dikemukakan oleh Rousseau ini menurut saya adalah teori yang paling cocok untuk menggambarkan bagaimana bangsa dan negara ini berdiri hingga saat ini.
Menurut Rousseau, terbentuknya sebuah negara bermula dari kesepakatan dari individu-individu di dalam masyarakat yang mengikatkan diri dalam sebuah kesepakatan untuk tujuan lebih aman, dan berujung kesejahteraan.
Teori kontrak sosial dari Jean-Jacques Rousseau inilah yang menurut saya paling pas untuk menggambarkan bagaimana Republik Indonesia berdiri yang ulang tahunnya ke-80 akan segera kita peringati 17 Agustus 2025 mendatang.
Perasaan yang sama atas penjajahan kolonial, tinggal di kawasan yang sama di Nusantara, berikut akar budaya yang sama yang tentu kesamaan akan cita-cita menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia membuat negara ini berdiri.
Sejarah tahun 1928, ketika pemuda-pemuda dari seluruh Nusantara berkumpul di Jakarta, pada 27-28 Oktober, dengan melahirkan Sumpah Pemuda.
Teori Rousseau ini, menurut saya, lebih pas dibanding teori lain tentang berdirinya negara, seperti teori hukum alam versi Plato dan Aristoteles. Atau, paham teokrasi yang dikemukakan oleh Fredericus Julius Stahl, yang kemudian dipegang oleh negara-negara monarki, seperti Inggris dan lainnya.
Teori terakhir terbentuknya sebuah negara adalah teori kekuatan yang dikemukakan oleh Jean Bodin, Oppenheimer, dan Chris Jenks.
Dan teori ini rasanya menjadi menarik jika dikaitkan dengan fenomena bendera One Piece yang marak menjelang ulang tahun kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia.
Menggunakan makna bebas, teori kekuatan menyebut bahwa negara terbentuk lantaran kelompok tertentu memiliki dominasi terhadap kelompok lain sehingga terbentuklah sebuah negara. Meski pemikiran ini lebih tepat untuk menjelaskan terbentuknya Israel ataunegara-negara kolonial lainnya, praktik yang lebih sederhana terjadi di negara yang terbentuk atas kesepakatan sosial layaknya Indonesia.
Saya rasa, tak ada yang bisa menyangkal bahwa kekuatan-kekuatan besar, yaitu kekuatan oligarki sedang mengakui sisi kesepakatan suci yang dibuat oleh pendiri bangsa ini. Saya harus katakan, praktik pengkhianatan ini sesungguhnya sudah ada sejak kesepakatan dibuat. Hanya saja cara dan bentuknya yang barangkali semakin ke sini semakin ngawur.
Pengingkaran atas kesepakatan ini sebenarnya bisa diantisipasi dengan hukum yang tegak berdiri sehingga keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai tujuan kesepakatan tetap bisa tegak berdiri. Namun jika hukum juga sudah dikuasai, maka tak heran rasanya jika perlawanan mulai muncul. Bendera One Piece bajak laut adalah satu di antara bentuk perlawanan yang muncul.
Masalahnya, pengkhianat atas kesepakatan suci berdirinya negara ini saat ini melekat pada kekuasaan. Situasi itulah yang membuat mereka dengan mudahnya menarasikan sebagai penjaga keutuhan negara sekaligus dengan mudahnya menuding pihak lain yang ingin menyuarakan keresahan atas bangsa ini sebagai sesuatu yang dianggap membahayakan.
Bendera One Piece bajak laut harus dimaknai sebagai indikator pengingat atas melencengnya pengelolaan negara ini. Fenomena ini harus dimaknai serius, sebelum nanti lahir orang-orang yang meyakini bahwa negara ini hanya bisa diatasi oleh orang-orang yang menyuarakan revolusi dalam kesenyapan atau revolusi silent. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.