Berita Semarang
Update Bocah SD Lewat Sungai di Semarang: Warga Minta Juladi Angkat Kaki, Mediasi Gagal
Kasus bocah SD yang harus menyusuri sungai ke sekolah di Semarang berbuntut panjang. Warga kini minta ayah bocah itu pindah.
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- Kasus bocah SD di Kota Semarang yang harus menyusuri sungai demi ke sekolah karena akses jalan ditutup akibat sengketa lahan, kini memasuki babak baru yang lebih memanas.
Video JES (8 tahun) yang viral saat melewati sungai telah membuka mata publik soal konflik lahan dan hak akses yang belum terselesaikan di Kelurahan Bendan Ngisor, Semarang, Jawa Tengah.
Sayangnya, alih-alih menemukan titik damai, masalah ini justru semakin melebar. Juladi Boga Siagian, ayah dari bocah tersebut, kini diminta warga RT 07/ RW 01 Kelurahan Bendan Ngisor untuk angkat kaki dari lingkungan mereka.
Spanduk berisi penolakan terhadap keberadaan Juladi terpasang jelas di depan rumahnya.
“Warga menolak Juladi Boga Siagian. Diminta segera pindah,” begitu bunyi banner.
Alasan Penolakan Warga
Menurut Ketua RT setempat, Sugito, permintaan itu merupakan hasil kesepakatan warga yang merasa terganggu oleh keberadaan Juladi.
Anjing peliharaan yang dibiarkan berkeliaran serta kurangnya interaksi sosial menjadi alasan utama. “Anjingnya bikin takut, dan beliau juga tidak pernah bersosialisasi,” ungkap salah satu warga.
Juladi membantah tudingan tersebut, menyatakan bahwa anjingnya dijaga dan hanya dilepas sesekali dengan pengawasan.
Ia juga menyebut bahwa penutupan akses jalan oleh pemilik lahan, Sri Rejeki, telah berdampak langsung pada putrinya yang terpaksa menyeberangi sungai.
Mediasi Gagal, Akses Tetap Tertutup
Sebelumnya, mediasi dilakukan oleh kelurahan dan dihadiri kedua belah pihak. Dua opsi disepakati:
Membuka kembali akses jalan dengan catatan tertentu.
Juladi dan keluarga pindah sementara waktu hingga ada keputusan hukum.
Namun, pengacara pemilik lahan, Roberto Sinaga, menyatakan bahwa opsi pertama ditolak, karena kondisi dinilai sudah tidak kondusif.
“CCTV rusak, warga resah. Maka jalan tetap ditutup,” tegasnya.
Pemilik lahan menegaskan bahwa tanah tersebut adalah aset pribadi yang sah secara hukum, dan mereka berhak menutup akses jika penggunaannya menimbulkan konflik.
Reaksi Pemerintah Kota Semarang
Kepala Dinas Pendidikan Semarang, Bambang Pramusinto, menyayangkan situasi ini karena berpengaruh pada hak pendidikan anak.
“Kami akan cari solusi agar siswa tetap bisa sekolah dengan aman,” ujarnya.
Pihak Pemkot masih terus melakukan pendekatan persuasif.
Namun hingga kini, belum ada keputusan final apakah keluarga Juladi akan pindah, atau akses akan dibuka kembali. (kompas.com)
Baca juga: Percakapan Lengkap Aiptu R Napitupulu Polisi Medan Pungli: "Ada Rp 100 Ribu Berangkat!"
Baca juga: Kelakuan Pengelola Dapur MBG di Purbalingga, Tiba-tiba Jebol Tembok Perumahan Warga Untuk Akses
Baca juga: Demi Dapur MBG, Tembok Pembatas Dijebol Tanpa Izin: Konflik di Perumahan Kalikabong Purbalingga
Unissula: Amnesti Hasto Wujud Pemulihan Demokrasi, Abolisi Tom Lembong Lindungi Kebijakan Publik |
![]() |
---|
Dies Natalis ke-43 SCU, Angkat Tema Pendidikan Personal dan Inklusif yang Mengubah dan Menggerakkan |
![]() |
---|
Harga Emas Antam di Semarang Hari Ini Selasa 5 Agustus 2025, Naik Rp 13.000 per Gram |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Kota Semarang Hari Ini Selasa 5 Agustus 2025: Banyumanik Hujan Petir |
![]() |
---|
Kisah Sosok Setyo Hadi Pemilah Sampah Berangkat Umrah, Berkah Perluasan TPA Blondo Semarang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.