Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kebakaran Sumur di Blora

Sejak 1893 Blora Jadi Pusat Pengeboran Minyak Mentah, Kini Dikejutkan Tragedi Kebakaran Sumur

Kabupaten Blora, Jateng, bukan hanya dikenal sebagai daerah penghasil kayu jati, tetapi juga menyimpan sejarah

|
Penulis: budi susanto | Editor: muh radlis
IST
SUMUR MINYAK - Boorterrein BPM di Tjepoe (Cepu), Jawa Tengah - foto area pengeboran atau drilling site yang diabadikan pemerintahan kolonial pada 1931. (Dok KTLV) 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kabupaten Blora, Jateng, bukan hanya dikenal sebagai daerah penghasil kayu jati, tetapi juga menyimpan sejarah panjang dalam industri minyak bumi Indonesia. 

Sejak era kolonial Belanda pada akhir abad ke-19, wilayah ini tercatat sebagai salah satu pusat pengeboran minyak mentah pertama di Jawa.

Catatan sejarah yang dihimpun Tribunjateng.com, Senin (18/8/2025) menyebutkan, sumur minyak Ledok-1 di Cepu mulai dibor pada tahun 1893 oleh perusahaan Belanda Dordtsche Petroleum Maatschappij (DPM). 

Sumur inilah yang menjadi tonggak awal produksi minyak komersial di Blora dan sekitarnya.

Dokumen resmi pemerintah kolonial Hindia Belanda memperkuat catatan tersebut.

Dalam laporan tahunan Verslag van de Mijnbouw in Nederlandsch-Indie (1894-1900) serta Koloniaal Verslag, pemerintah Belanda melaporkan adanya aktivitas eksplorasi minyak di Ledok dan Randublatung, Blora.

Tak hanya itu, laporan teknis berjudul Geologische beschrijving van het petroleumgebied van Kedewan, Ledok en Randublatung (1907) yang kini tersimpan di perpustakaan Technische Hoogeschool Delft (TU Delft), Belanda, juga memberikan gambaran detail mengenai kondisi geologi ladang minyak Cepu-Ledok.

Hingga kini, sumur-sumur tua peninggalan kolonial masih dapat dijumpai di Ledok, Semanggi, dan Trembes. 

Setelah era nasionalisasi pada 1960-an, pengelolaan lapangan minyak tersebut dilanjutkan oleh Pertamina Cepu, meski sebagian sumur tua masih dioperasikan secara tradisional dengan sistem bagi hasil bersama masyarakat.

 

- Tragedi Kebakaran Sumur Tua di Blora


Di balik catatan sejarah panjang itu, Blora kembali menjadi sorotan setelah kebakaran sumur minyak tua terjadi di Dukuh Gendono, Desa Gandu, Kecamatan Bogorejo, Minggu (17/8/2025) siang.

Kebakaran dahsyat itu menewaskan tiga orang dan membuat dua warga lainnya harus dirujuk ke rumah sakit di Yogyakarta akibat luka bakar serius.

Hingga Senin (18/8/2025) siang, api masih belum berhasil dipadamkan.

Warga sekitar terpaksa mengungsi ke rumah saudara maupun area perkebunan.

Sebagian bahkan menyelamatkan barang-barang berharga, termasuk ternak seperti sapi dan kambing. 

Kepanikan melanda karena kobaran api berada di area padat penduduk yang juga memiliki beberapa titik sumur minyak lainnya.

Tim gabungan dari damkar, BPBD, kepolisian, dan TNI terus berjaga di lokasi untuk memastikan api tidak merembet ke rumah-rumah warga.

Namun, derasnya semburan minyak dan gas dari perut bumi membuat upaya pemadaman berlangsung sangat sulit.

 

- Antara Sejarah dan Ancaman


Tragedi ini seakan menjadi ironi bagi Blora. Di satu sisi, daerah ini adalah saksi lahirnya industri perminyakan di Indonesia sejak 1893. 

Namun di sisi lain, hingga kini masih menghadapi risiko besar dari sumur-sumur tua yang dikelola secara manual.

Pemerintah daerah bersama Pertamina dan aparat terkait kini tengah melakukan investigasi, sembari menyiapkan langkah strategis untuk mengurangi risiko kebakaran sumur minyak di masa mendatang.

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved