Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Lipsus Tribun Jateng

Roti Jamuran dan Kotak Makan Bau Sabun, Berikut Ini Catatan Buruk Program MBG di Banyumas

Sejumlah catatan buruk pernah mewarnai pelaksanaannya, mulai dari penghentian operasional dapur, distribusi makanan, hingga komplain

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG/Permata Putra Sejati
MBG DI SMA - Sejumlah siswa SMAN2 Purwokerto saat mengambil kotak makan program Makan Bergizi Gratis (MBG), Selasa (19/8/2025). Sejauh ini sekolah juga melakukan pemeriksaan dan SEO keamanan dan kelayakan MBG. 

TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Banyumas menuai sorotan. 


Sejumlah catatan buruk pernah mewarnai pelaksanaannya, mulai dari penghentian operasional dapur, distribusi makanan, hingga komplain siswa atas kualitas menu yang disajikan.


Program yang diluncurkan pemerintah pusat meningkatkan gizi anak sekolah ini dijalankan oleh Badan Gizi Nasional melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di masing-masing daerah. 


Di Banyumas, dapur MBG pertama dijalankan oleh SPPG Kelurahan Kranji, Kecamatan Purwokerto Timur.


Namun, sejak awal pelaksanaannya pada Februari 2025, program ini belum sepenuhnya berjalan mulus.


Dapur MBG di Kranji sempat berhenti beroperasi akibat kendala teknis, sehingga mengganggu distribusi makanan untuk ribuan siswa penerima manfaat.


Setidaknya 2.670 pelajar dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari TK, SD Negeri 1 Kranji, SMP Negeri 8 Purwokerto, hingga SMK Negeri 2 Purwokerto, terdampak akibat penghentian sementara operasional dapur tersebut.


Kasus Roti Jamuran di SMAN 2 Purwokerto. 


Masalah lain yang mencoreng program MBG adalah penemuan makanan tak layak konsumsi di sekolah.


Kejadian itu terjadi Selasa (27/5/2025) seorang siswa SMAN 2 Purwokerto membagikan temuan roti sandwich berjamur ke media sosial Instagram. 


Roti rasa cokelat tersebut tercatat memiliki masa kedaluwarsa hingga 30 Juli 2025, namun dalam kondisi berjamur saat diterima siswa.


Temuan ini menjadi perhatian karena menyasar makanan yang dikonsumsi pelajar.


Irsyam Priadi, Wakil Kepala SMAN 2 mengataman saat itu siswa sedang mengikuti ujian. 


Menanggapi temuan itu, pihak sekolah langsung melaporkannya ke SPPG dan Dinas Kesehatan Banyumas.


"Kami pantau, dan alhamdulillah tidak ada anak yang mengalami gangguan kesehatan, tidak ada yang mengeluh pusing atau mual," ujar Irsyam. 


Selain soal keamanan makanan, kualitas dan selera menu MBG juga dikeluhkan siswa. 


Pihak sekolah mencatat pada awal pelaksanaan, banyak makanan tidak habis karena menu tidak sesuai selera anak.


"Ayam gorengnya terlalu kering, pepaya tidak berasa, apel kecil. Makanan berkuah juga kalau sudah ditutup jadi aromanya seperti basi," ungkap Irsyam.


Pihak sekolah bahkan sempat menemukan bau sabun pada makanan, yang diduga berasal dari kotak makanan yang tidak dicuci bersih.


Pernah juga ditemukan ulat pada buah, yang membuat anak merasa jijik dan enggan makan.


Untuk itu, pihak sekolah mulai menerapkan SOP quality control dengan membuka sampel makanan, mencium aroma, dan mencicipi sebelum dibagikan ke siswa.


"Ini semua proses learning by doing," katanya.


MBG dinilai membantu tapi perlu perbaikan.


Meski berbagai catatan buruk muncul, pihak sekolah tetap menilai MBG memberikan manfaat, terutama bagi siswa dari keluarga kurang mampu.


"Ada beberapa anak yang dari latar belakang ekonomi kurang mampu. Dengan adanya MBG itu jelas sangat membantu," ujar Irsyam, Selasa (19/8/2025). 


Di SMAN 2 Purwokerto, sebelum program MBG diterapkan, sekolah sudah memiliki program makan bergizi setiap Jumat bernama Jurasik (Jumat Bergizi Asik).


Dengan program MBG, para siswa kini menerima paket makanan terdiri atas makanan kering, buah, dan susu. 


Meski demikian, sekolah berharap adanya evaluasi dari pihak SPPG secara berkala, termasuk keterlibatan ahli gizi dan akademisi untuk menilai dampak MBG terhadap prestasi dan konsentrasi belajar siswa.


Irsyam mengakui, dari pantauan sekolah, MBG memberi dampak positif terhadap kehadiran dan energi anak, meskipun sebagian tetap jajan di kantin karena merasa porsi tidak cukup.


Adapun total penerima MBG di sekolah ini kini mencapai 1.181 siswa. 


Tribunbanyumas mencoba menghubungi seorang Kepala SPPG Brobahan, Luky Ayu Parwatiningsih untuk konfirmasi dan meminta tanggapan dan perkembangan atas segala keluhan MBG di Banyumas akan tetapi tidak mendapat tanggapan dan respon. (jti) 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved