Lipsus Tribun Jateng
Jalan Panjang Tawuran Bandarharjo vs Kuningan Semarang Utara : Eksistensi, Stigma dan Korban Jiwa
Dua kelurahan di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang meliputi Bandarharjo dan Kuningan memiliki
Penulis: iwan Arifianto | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Dua kelurahan di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang meliputi Bandarharjo dan Kuningan memiliki sejarah panjang soal kasus tawuran.
Persoalan ini sudah mulai muncul sejak tahun 80an dan terus terjadi hingga saat ini.
Setiap pekannya, hampir dipastikan ada tawuran antar dua daerah tersebut. Namun, warga membantah, aksi tawuran tersebut merupakan representasi permusuhan antar dua wilayah.
“Kami akui ada kejadian tawuran di wilayah kami, tapi bukan atas nama wilayah Kuningan dan Bandarharjo melainkan atas nama kelompok,” terang warga RT 8 RW 2, Bandarharjo, Badrus Sopyan (45) kepada Tribun, Sabtu (27/9/2025).
Para remaja yang melakukan tawuran sudah tidak mewakili wilayah terbukti pula ketika polisi menangkap seorang remaja berinisial Y pada Jumat (19/9/2025).
Y ditangkap karena melakukan pelemparan bom molotov saat tawuran di Jembatan Boom Lama, Kelurahan Kuningan.
Badrus mengungkap, remaja tersebut merupakan warga Bandarharjo tapi ikut ke kelompok remaja dari Kuningan.
“Jadi sudah tidak lagi atas nama wilayah melainkan kelompok mana yang merasa mereka nyaman akan dibela,” tuturnya.
Selain itu, kata Badrus, kelompok remaja atau gangster itu melakukan tawuran di wilayah tempat tinggalnya tidak sepenuhnya remaja setempat melainkan remaja dari luar Bandarhajo.
Mereka ada yang berasal dari Pati, Grobogan, Kendal, dan Pekalongan.
Hal ini terungkap saat mereka berhasil ditangkap oleh polisi.
Ketika polisi memeriksa identitasnya merujuk ke daerah tersebut. “Fenomena ini remaja dari luar daerah ikut tawuran di sini terjadi sejak 2-3 tahun lalu,” katanya.
Selain sudah tidak mewakili wilayah Bandarharjo, motif remaja pelaku tawuran juga telah bergeser.
Menurut Badrus, remaja saat ini yang melakukan tawuran hanya demi konten di media sosial dan eksistensi kelompoknya. Situasi berbeda terjadi pada era tahun 80an sampai 90an.
Bandrus yang merupakan warga asli Bandarharjo itu mengungkap, dahulu ketika tawuran antar dua wilayah tersebut terjadi karena motif ekonomi seperti konflik lahan parkir, jasa keamanan dan lainnya.
Total Ada 12 Ribu Pekerja Migran Indonesia di Korea Selatan Berstatus Ilegal Alias Bulbob |
![]() |
---|
Ahli Gizi Unsoed: Program MBG Baik, tapi Belum Cukupi Kebutuhan Gizi Harian Anak |
![]() |
---|
Roti Jamuran dan Kotak Makan Bau Sabun, Berikut Ini Catatan Buruk Program MBG di Banyumas |
![]() |
---|
Berbagai Keluhan MBG di Banyumas: Makanan Hambar, Porsi Kurang, dan Distribusi Tak Merata |
![]() |
---|
CURHAT Tri Wasana Warga Semarang “Menggeh-menggeh” Kuliahkan Anak di Kampus Negeri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.