Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Lipsus Tribun Jateng

Jalan Panjang Tawuran Bandarharjo vs Kuningan Semarang Utara : Eksistensi, Stigma dan Korban Jiwa

Dua kelurahan di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang meliputi Bandarharjo dan Kuningan  memiliki

Penulis: iwan Arifianto | Editor: muh radlis
IST
SENJATA TAJAM - Polisi mengambil senjata tajam dari kelompok gangster di Kuningan yang berencana menggunakan alat tersebut untuk tawuran pada akhir tahun 2024. DOK POLSEK SEMARANG UTARA 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Dua kelurahan di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang meliputi Bandarharjo dan Kuningan  memiliki sejarah panjang soal kasus tawuran.

Persoalan  ini sudah mulai muncul sejak tahun 80an dan terus terjadi hingga saat ini.

Setiap pekannya, hampir dipastikan ada tawuran antar dua daerah tersebut. Namun, warga membantah, aksi tawuran tersebut merupakan representasi permusuhan antar dua wilayah.

“Kami akui ada kejadian tawuran di wilayah kami, tapi bukan atas nama wilayah Kuningan dan Bandarharjo melainkan atas nama kelompok,” terang warga RT 8 RW 2, Bandarharjo, Badrus Sopyan (45)  kepada Tribun, Sabtu (27/9/2025). 

Para remaja yang melakukan tawuran sudah tidak mewakili wilayah terbukti pula ketika polisi menangkap seorang remaja berinisial Y pada Jumat (19/9/2025).

Y ditangkap karena melakukan pelemparan bom molotov saat tawuran di Jembatan Boom Lama, Kelurahan Kuningan.

Badrus mengungkap, remaja tersebut merupakan warga Bandarharjo tapi ikut ke kelompok remaja dari Kuningan.

 “Jadi sudah tidak lagi atas nama wilayah melainkan kelompok mana yang merasa mereka nyaman akan dibela,” tuturnya.

Selain itu, kata Badrus, kelompok remaja atau gangster itu melakukan tawuran di wilayah tempat tinggalnya tidak sepenuhnya remaja setempat melainkan remaja dari luar Bandarhajo.

Mereka ada yang berasal dari Pati, Grobogan, Kendal, dan Pekalongan.

Hal ini terungkap saat mereka berhasil ditangkap oleh polisi.  

Ketika polisi memeriksa identitasnya merujuk ke daerah tersebut. “Fenomena ini remaja dari luar daerah ikut tawuran di sini terjadi sejak  2-3 tahun lalu,” katanya.

Selain sudah tidak mewakili wilayah Bandarharjo, motif remaja pelaku tawuran juga telah bergeser.

Menurut Badrus, remaja saat ini yang melakukan tawuran hanya demi konten di media sosial dan eksistensi kelompoknya. Situasi berbeda terjadi pada era tahun 80an sampai 90an. 

Bandrus yang merupakan warga asli Bandarharjo itu mengungkap, dahulu ketika tawuran antar dua wilayah tersebut terjadi karena motif ekonomi seperti konflik lahan parkir, jasa keamanan dan lainnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved