Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

Belajar dari Pangeran Diponegoro, BI Jateng Tekankan Pentingnya Integritas untuk Pembangunan Ekonomi

BI Jateng menekankan pentingnya kesadaran sejarah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.

TRIBUN JATENG / EKA YULIANTI FAJLIN
BERIKAN PLAKAT - Kepala Perwakilan BI Jateng, Rahmat Dwisaputra memberikan plakat kepada  Peter Carey selaku narasumber dalam Serial Bedah Buku Bank Indonesia Jateng dengan tema “Refleksi Tiga Jalan (Sejarah, Sains, dan Filsafat) Menuju Bangsa Beradab”, di Semarang, Selasa (26/8/2025). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah (BI Jateng) menekankan pentingnya kesadaran sejarah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Kepala Perwakilan BI Jateng, Rahmat Dwisaputra mengatakan, Bank Indonesia terus mendorong pertumbuhan ekonomi lewat sejarah.

Diantaranya, melalui platform Jasirah (Jejak Wisata Sejarah). 

Baca juga: Bank Indonesia Tegal Gelar Capacity Building Bijak Manfaatkan AI dalam Ekspansi Bisnis

Pihaknya mendorong masyarakat dapat mengunjungi situs-situs sejarah. Menurutnya, situs sejarah bukan hanya memiliki nilai spiritual, tetapi juga menggerakkan ekonomi masyarakat.

"Mobilitas orang ke situs sejarah akan menciptakan pergerakan ekonomi, dari transportasi hingga UMKM sekitar. 

Dari sisi spiritual, masyarakat juga bisa lebih mengenal dan menginternalisasi nilai para tokoh bangsa,” jelasnya, saat Serial Bedah Buku Bank Indonesia Jateng dengan tema “Refleksi Tiga Jalan (Sejarah, Sains, dan Filsafat) Menuju Bangsa Beradab”, di Semarang, Selasa (26/8/2025).

Menurut dia, pembangunan ekonomi tidak bisa dilepaskan dari kesadaran sejarah dan nilai-nilai luhur bangsa. 

Melalui refleksi nilai-nilai perjuangan bangsa, pembangunan ekonomi diharapkan tidak hanya berorientasi pada infrastruktur fisik, tetapi juga pada pembentukan karakter masyarakat yang disiplin dan berintegritas.

"Apapun profesinya, baik pegawai negeri maupun pengusaha, nilai luhur seorang pahlawan dan cara berpikir kritis dari sejarah, filsafat, dan sains sangat penting. Itulah yang akan membentuk individu tangguh, berani, dan rela berkorban untuk bangsanya," ujarnya.

Pada seri kedua ini, BI Jateng menghadirkan sejarawan Professor Peter Carey yang memaparkan refleksi dari buku 1830. 

Carey menggambarkan Pangeran Diponegoro sebagai sosok penuh integritas, berani, dan teguh dalam menegakkan kebenaran, meski harus menghadapi kekalahan.

“Sejarah Diponegoro menunjukkan bahwa kemenangan bukan segalanya. Yang lebih penting adalah keberanian menjaga martabat dan meninggalkan teladan moral," ujar Rahmat.

Acara yang digelar di Kopi Nako Semarang ini dihadiri lebih dari 200 peserta luring dan daring, meliputi akademisi, komunitas sejarah, pegiat literasi, hingga perwakilan pemerintah daerah. 

Rahmat berharap, bedah buku ini dapat menjadi ruang dialog lintas generasi, menggali warisan sejarah sekaligus merumuskan narasi kebangsaan yang inklusif.

Melalui presentasinya “Back to the Future: Reflections on the Java War (1825–30) and the Life of Prince Diponegoro”, Peter Carey menggambarkan Pangeran Diponegoro sebagai sosok berintegritas tinggi, penuh keteguhan dan keberanian, serta dikenal lugas dalam menyampaikan pandangan. 

Sosok Pangeran Diponegoro tidak segan menunjukkan kekecewaan secara terbuka ketika menghadapi hal yang dianggap menyimpang dari nilai moral. 

Dari karakter yang tegas dan jujur itu, Carey menegaskan pentingnya warisan moral Diponegoro berupa integritas, keteguhan, pengorbanan, dan keberanian menegakkan kebenaran meski menghadapi kegagalan. 

"Diponegoro menunjukkan kepada kita bahwa sejarah bukan hanya tentang kemenangan, tetapi tentang keberanian menjalani takdir, menjaga martabat, dan meninggalkan teladan bagi generasi mendatang,” ungkap Carey.

Buku “1830” sendiri menawarkan sembilan “pisau bedah” yang mengajak pembaca meninjau kembali warisan kolonial dan dampaknya terhadap cara pandang bangsa Indonesia hingga kini. 

Baca juga: Komitmen Jadi Modal Penting Kembangkan Potensi Desa Wisata di Wilayah Kerja Bank Indonesia Tegal

Melalui refleksi sejarah ini, masyarakat diharapkan tidak sekadar mengingat simbol-simbol masa lalu, tetapi juga mengolahnya sebagai pelajaran untuk menghadapi tantangan zaman, termasuk arus digitalisasi dan polarisasi opini di ruang publik.

Serial bedah buku BI Jateng masih akan berlanjut. 

Setelah membahas sains dan sejarah, seri ketiga mendatang akan menyoroti filsafat, yang diyakini dapat membantu bangsa menimbang nilai, mencari arah hidup, dan membangun keseimbangan antara rasionalitas, spiritualitas, dan kesadaran sejarah menuju peradaban yang berkelanjutan. (eyf)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved