JOMBANG, TRIBUNJATENG.COM -- Dua agenda besar dilakukan oleh Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah hari ini. Di Jombang, anggota NU mulai menjalani Muktamar setelah dibuka Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) Sabtu lalu.
Sedangkan Muhammadiyah akan memulai muktamar di Makassar hari ini yang rencananya juga akan dibuka Jokowi
Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) di Jombang, Jawa Timur, berlangsung panas. Sidang pleno I, Minggu (2/8), yang membahas tata tertib mulai berlangsung, diwarnai hujan interupsi.
Saking semangatnya para muktamirin (peserta muktamar) mengajukan pendapat, terjadi rebutan mikropon. Pembahasan satu pasal, yakni pasal 14 tentang pimpinan sidang, berlangsung berlarut-larut dan hingga dua jam tidak tuntas.
Sidang pleno lanjutan dibuka sekitar pukul 14.50 WIB oleh Slamet Effendy Yusuf sebagai pimpinan sidang. Hujan interupsi langsung bermunculan. Muktamirin berebut menyampaikan pendapat untuk mengkritisi pasal yang ada di draft tata tertib.
Slamet Effendy Yusuf, Ketua Pelaksana Steering Committee (SC/panitia pengarah), didampingi Ketua Umum PBNU KH Said Agil Siradj, Katib Syuriah KH Yahya C Staquf, serta beberapa pengurus PBNU lainnya. Pembahasan pasal 14 yang dimulai pukul 15.00 tak juga tuntas hingga jarum jam menunjuk pukul 17.00.
Draft pasal itu berbunyi, "Pimpinan sidang ditetapkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama."Selain berebut bicara, peserta juga berebut mik yang jumlahnya sembilan buah.
Tak pelak beberapa mik akhirnya sempat hilang sehingga yang difungsikan hanya empat. Petugas Banser ikut turun tangan menenangkan para peserta. Ketika ketegangan di dalam sidang mengarah menjadi tak terkendali, beberapa muktamirin langsung mengumandangkan bacaan salawat, diikuti muktamirin lainnya.
Ada dua arus besar pendapat yang mengemuka. Satu kubu setuju pada isi pasal tersebut, sedang kubu lainnya menolak dan minta redaksi diubah menjadi, "Pimpinan sidang dipilih dan ditetapkan oleh muktamirin."
Ketika suasana makin panas, seorang peserta asal Jatim menyampaikan win-win solution berbagai pendapat yang muncul. Selain itu, peserta dari Sulawesi Utara juga menyampaikan usulan solusi. "Usulan solusi dari Jawa Timur dan Sulawesi Utara nanti akan dibahas dalam forum lobi," kata Slamet Effendy Yusuf
Akhirnya, Slamet menskorsing sidang hingga pukul 20.00. Setelah membaca surat Wal Asyri, sidang pleno pertama kembali ditunda. Penundaan ini merupakan yang ketiga. Penundaan pertama dilakukan ketika terjadi keruwetan tempat duduk peserta yang tidak tertib. Penundaan kedua saat pimpinan sidang melakukan pendataan peserta secara manual.
KH Malik Madany Bukan Diculik
ISU penculikan sempat berbedar di arena Muktamar ke-33 NU di Jombang. Namun pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, KH Solahuddin Wahid (Gus Solah), menyatakan isu penculikan terhadap KH Malik Madany (Katib Am PBNU) yang beredar melalui SMS itu tidak benar.
Menurut adik kandung KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tersebut Kiai Malik hanya diajak pergi ke suatu tempat oleh Katib Syuriah KH Yahya Staquf. "Jadi bukan menculik, Kiai Yahya itu mengajak pergi ke suatu tempat untuk berbicara tentang sesuatu hal," kata Gus Solah, dalam jumpa pers di Media Center Muktamar NU, gedung SMAN 1 Jombang, Minggu (2/8).
Nama Yahya Staquf memang menyebar lewat SMS dan BBM. Isinya, Malik Madani diculik oleh Yahya Staquf beberapa saat setelah KH Malik adu mulut dengan panitia pendaftaran peserta muktamar, di GOR Merdeka, Sabtu.