Guru Agama di Banyumas Tega Mencabuli Muridnya Sendiri, Orangtua Korban: Anak Saya Sering Menangis
Tersangka AN adalah guru agama yang diduga melakukan tindakan pencabulan kepada sejumlah muridnya di Desa Panusupan, Kecamatan Cilongok
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, BANYUMAS -- Salah satu orangtua korban menceritakan perilaku aneh anaknya semenjak mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari tersangka AN.
Tersangka AN adalah guru agama yang diduga melakukan tindakan pencabulan kepada sejumlah muridnya di Desa Panusupan, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.
Selama 3 bulan terakhir ini 'R' yang merupakan ibunda dari korban 'G' merasakan hal yang aneh dengan anaknya tersebut.
Dia menceritakan bahwa, anaknya menjadi lebih sensitif, mudah tersinggung dan sering menangis di malam hari tanpa sebab yang jelas.
"Anak saya terkadang sering terbangun lalu menangis malam-malam, terus dia sempat bercerita jika saat kencing merasakan sakit pada kemaluannya," ujar R kepada Tribunjateng.com, Jumat (14/6/2019).
G sendiri adalah salah satu korban dari tiga korban yang diduga menerima tindakan pencabulan dari AN (50) yang merupakan seorang guru ngaji.
Selain terbangun dan menangis di malam hari, korban juga menjadi pribadi yang sensitif dan sering melamun seperti ada tekanan.
"Dia lebih sensitif seperti tertekan, ketika saya suruh mandi anaknya juga seperti takut dan minder," ujar R (ibunda korban).
R menceritakan jika tersangka AN sudah terkenal di wilayah tersebut sebagai seorang guru agama.
Selain bertindak sebagai guru agama dia juga merupakan pemimpin ibadah di tempat para korban tinggal, yaitu di komplek RT 2 RW 7, Desa Panusupan, Kecamatan Cilongok, Banyumas.
Bahkan bukan hanya mengajari agama bagi anak-anak. Tersangka sempat mengajari baca tulis kitab suci untuk masyarakat umum, baik anak-anak ataupun dewasa.
"Biasanya pagi hari mengajar belajar membaca kitab suci, lalu pada sore hari barulah mengajar ilmu agama anak-anak sekitar," ungkap R.
Budi Tartanto salah seorang anggota dari komunitas Cilongok Bersatu (Ciber) yang juga ikut mengawal kasus tersebut menceritakan jika saat ini baru ada 3 keluarga korban yang melaporkan ke pihak kepolisian.
"Sebenarnya masih ada 4 keluarga korban lain yang juga merasakan hal yang sama, namun mereka takut untuk melapor," ujar Budi.
Selain itu, pihak dari keluarga korban ikut menyayangkan mengapa dari tersangka (AN) tidak ada itikat baik meminta maaf dan mendatangi pada orang tua korban.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/ilustrasi-pencabulan-kkk.jpg)