TRIBUNJATENG.COM-- Kisah perjuangan pahlawan Polri bernama Iptu Jama'ari dibuat film. Seperti apa kisahnya?
Sebuah film berjudul 'Lumajang Berdarah' saat ini sedang dilakukan proses syuting.
Film itu mengisahkan perjuangan Iptu Jama'ari dan pasukannya di era penjajahan Belanda.
Melansir humas.polri.go.id, suara letusan senjata api terdengar beberapa kali di hutan jati dekat Desa Penanggal Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang yang merupkaan tempat syuting berlangsung, Minggu, 21 Juli 2019.
• Sebelum Jadi Korban Truk Tabrak Puskesmas Mojosongo, Icha Mestinya Ujian Skripsi Hari Ini
• Jadi Model Elle, Aksi Luna Maya Dipuji 26 Artis Indonesia
• Hati-Hati, Minum Paracetamol Berlebih dapat Sebabkan Penyakit Hepatitis B
• Video Detik-detik CCTV, Kecelakaan Mobil Kadispora Kota Semarang : Sopir Diduga Alami Microsleep
Para pemeran film berpakaian zaman perjuangan lengkap dengan bambu runcing.
Beberapa lagi orang-orang berpakaian seperti orang Belanda dulu hilir mudik di kawasan tersebut menyita perhatian masyarakat.
"Kapolres Lumajang, Jawa Timur, AKBP Muhammad Asral Sahban, S.H., S.I.K., bersama dengan komunitas “Sahabat MAS” dan Cantas Film membuat sebuah film tentang perjuangan Pahlawan Polri bernama IPTU Jama’ari, sosoknya dikenal heroic dimasa mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Kisahnya akan dikemas ulang menjadi sebuah film yang nantinya dapat menjadi pengingat sejarah pada generasi penerus bangsa. .
Mengenang jasa para Pahlawan Bangsa," tulis akun Instagram @divisihumaspolri yang memposting video saat syuting berlangsung.
Kapolres Lumajang sendiri memerankan tokoh Iptu Jama’ari, tokoh perjuangan yang harus gugur bersama dengan 18 anggotanya di sekitaran Desa Tumpeng Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang.
Pertempuran sengit antara Mobrig yang dipimpin Iptu Jamaari melawan tentara Belanda tercatat terjadi pada tanggal 13 November 1947, di sekitaran Desa Tumpeng.
Pertempuran tak seimbang tersebut mendesak Jamaari dan pasukan nya hingga kehabisan peluru.
Namun api kemerdekaan masih tetap berkobar di hati dan jiwa para pejuang Indonesia tersebut.
Bersenjatakan parang serta sangkur yang mereka bawa, para pejuang bertempur habis habisan tanpa memikirkan desingan peluru yang mengarah pada mereka.
Sempat membunuh 10 orang musuh dengan parangnya, akhirnya Iptu Jama’ari pun harus roboh setelah dadanya diterjang oleh peluru lawan.