Kisah Pilu Nenek Hidup Sebatang Kara di Pekalongan, Cuma Gubug Reyot Jadi Teman Setia Tiap Hari

Penulis: Indra Dwi Purnomo
Editor: deni setiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNJATENG.COM, KAJEN - Perempuan lanjut usia, Daryuni (55), hidup sebatang kara di Dusun Kepuh, RT 03 RW 02 Desa Doro, Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan.

Tanpa keluarga dan sanak saudara, Daryuni sehari-hari nyaris hidup dalam kesunyian di dalam rumah reyotnya.

Daryuni telah lama hidup sendirian sejak sang suami meninggal dunia.

Bahkan selama menikah, dia dan suami tak memiliki anak.

Ezechiel NDouassel Bisa Leluasa Hengkang, Persib Bandung Ajukan Syarat Khusus Ini

Resmi! Klub Kebanggaan Masyarakat Jepara Berubah Nama, Kini Bernama Persijap Oasis Water

Saat Tribunjateng.com, Jumat (17/1/2020) datang ke lokasi, rumah yang ditinggali Daryuni sangat memperihatinkan.

Rumah yang berukuran sekira 4x6 meter itu hanya berisi ranjang kayu sederhana serta kasur tipis di atasnya.

Di tempat itulah setiap harinya Daryuni beristirahat.

Tidak hanya itu, rumah Daryuni tergolong memperihatinkan.

Tak hanya berukuran kecil, lantainya pun seluruhnya berupa tanah padat.

Kemudian dinding terbuat dari potongan bambu, pintu rumah itu hanya berupa tripleks tipis.

Widyantoro Masih Tunggu Tawaran Klub, Pasca Habisnya Kontrak Sebagai Asisten Pelatih PSIS Semarang

Jadi Pemain ke 28 PSIS Semarang, Abanda Sebut Sudah Lama Ingin Bergabung, Tapi Dihalangi Persik

Saat musim hujan seperti sekarang, angin dingin kerap menyerobot masuk dari celah bilik dan atap pun bocor.

Daryuni menceritakan, sudah enam tahun dirinya tinggal di tempat itu dan tanpa didampingi siapapun.

"Tidak punya anak saya. Suami juga sudah meninggal," kata Daryuni kepada Tribunjateng.com, Jumat (17/1/2020).

Menurutnya, sebelum sakit ia bekerja sebagai pencari daun cengkeh kering dimana perkilogram dihargai Rp 2 ribu.

Bahkan, untuk dapat mendapatkan uang itu dirinya membutuhkan waktu sekira 3 hari.

BNN Jateng Bocorkan Peta Rawan Edar Narkoba, Gubernur Ganjar Justru Kaget Obat Batuk Buat Ngefly

Sekda Yakin Kehadiran KEK Kendal Bisa Tumbuhkan Ekspor Produk Lokal, Caranya Begini

"Saya sering sakit-sakitan. Ini saja saya sesak nafas dan badannya panas. Sehingga saya tidak bekerja."

"Untuk kebutuhan sehari-hari, hanya mengandalkan pemberian belas kasih dari tetangga" ungkapnya.

Daryuni mengungkapkan, ia belum mendapatkan bantuan kesehatan ataupun yang lainnya.

"Jika ada uang, saya periksa. Kalau tidak mempunyai uang ya tidak periksa," tuturnya.

Saat disinggung mengenai mandi dan MCK, Daryuni mengatakan tidak mempunyai MCK.

Untuk urusan buang hajat besar, dia harus ikut ke rumah tetangganya.

"Listrik di rumah saja ikut musala," jelasnya.

Jembatan Begal Pekalongan Kondisinya Kian Memprihatinkan, Bupati Asip Janji Perbaiki Waktu Dekat Ini

Penjelasan Lengkap BMKG - Efek Badai Tropis Claudia, Curah Hujan Berkurang di Jawa Tengah

Dirinya berterima kasih kepada kepolisian yang setiap minggunya memberikan bantuan sembako dan makanan.

"Setiap Jumat, bapak-bapak polisi sering memberikan beras dan lauk. Saya ucapkan terima kasih," tambahnya.

Sementara itu, Kapolsek Doro AKP Aries Tri mengatakan, kegiatan berbagai setiap Jumat itu memang dilakukan pihaknya.

Hal ini dimaksudkan sebagai wujud kepedulian terhadap sesama, khususnya yang membutuhkan di sekitaran lingkungan kerja Polsek Doro.

"Program tersebut mengutamakan sasaran warga tidak mampu yang hidup serba keterbatasan," ungkapnya.

Tahun Ini, IAIN Salatiga Beralih Status Menjadi UIN, Prof Saerozy Sebut Proposal Sudah di Kemenag

Kasus Dugaan Rudapaksa di Kendal Belum Clear, Penasehat Hukum Datangi Propam Jateng

Adanya kondisi ini Polsek Doro merasa prihatin, pihaknya terkait turut membantu apa yang dialami Daryuni.

"Ketika kami datang, pasti yang diceritakan Daryuni yaitu atap rumah yang bocor."

"Kami hanya bisa membantu sebisanya."

"Sedangkan, Daryuni butuh penanganan secara kompleks dan perlu dukungan semua pihak," tambahnya. (Indra Dwi Purnomo)

Berita Terkini