Juga, dibantu oleh saudaranya yang pandai memasak ayam bakar.
”Jujur ya, bukan bermaksud sombong, sejak awal buka, rumah makan ini sudah ramai,” kata bapak beranak satu ini.
Dwi mengenang sejak pertama kali buka bisnis ayam bakar, 90 porsi ayam bakar langsung habis.
Kendati laris pada hari pertama, Dwi tidak mau langsung puas.
Dia menyuruh pelayan-pelayan menanyakan kepada pelanggan apa kritik dan saran pada Ayam Bakar Babeh.
”Dari situ, kami bisa belajar dan menyiapkan yang terbaik,” ungkapnya.
Dwi mengaku tidak ada bumbu rahasia dalam memasak ayam bakar di rumah makannya.
Bahkan, dia tidak tahu apa perbedaan ayam bakar Babeh dengan di rumah makan lain.
”Cuma kalau ayam bakar di sini, bumbunya saya tambahi kacang biar tambah kental,” katanya.
Kini, Dwi sangat bersyukur ayam bakarnya disukai banyak orang.
Ditambah juga karyawannya tidak banyak yang keluar.
Sebagian karyawan tersebut juga saksi hidup bagaimana Dwi berjuang menjalankan bisnis ayam bakar tersebut.
Perlakukan Karyawan Seperti Keluarga
Sumaryono atau yang diakrab Arya, ingat betul bagaimana hari pertama berjualan ayam bakar Babeh.
Rumah makan Babeh masih berbentuk gubuk.