Wabah Virus Corona

Ilmuwan Iwan Ariawan Prediksi Puncak Penyebaran Corona di Bulan Ramadhan dan Berakhir di Mei-Juni

Editor: galih permadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi virus corona yang telah menginfeksi sejumlah siswa Setukpa di Sukabumi

Ilmuwan Iwan Ariawan Prediksi Puncak Penyebaran Corona di Bulan Ramadhan dan Berakhir di Mei-Juni

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Berbagai cara dilakukan untuk memutus rantai penyebaran virus Corona.

Selain menjaga kebersihan dan social distancing, cara yang juga ampuh untuk mengurangi penyebaran virus Corona adalah tidak beraktivitas di luar rumah.

Namun langkah tersebut dikhawtirkan tidak lagi efektif saat Ramadhan yang jatuh di bulan April hingga Mei.

BREAKING NEWS, 2 Pasien Dinyatakan Positif Corona di Demak, Pulang dari Jakarta, Sekda: Status Siaga

Pengakuan Penggali Kubur Jenazah Pasien Virus Corona: Ketika Ambulans Tiba, Jantung Berdegub Cepat

2,5 Tahun Gaji Disumbangkan Tangani Virus Corona, Wabup Cilacap : Alhamdulillah Istri juga Ridho

2 Kecamatan di Kota Semarang Masih Bersih dari Wabah Corona, Tembalang Terbanyak

Pasalnya seperti yang diketahui, bulan Ramadhan identik dengan melakukan kegiatan keagamaan secara bersamaan, buka puasa bersama hingga kumpul dengan sanak saudara dan mudik.

Hal itu pun membuat sebagian pakar merasa cemas, hingga buka suara.

Nah, salah satunya dalah seorang pakar Epidemiologi Universitas Indonesia, Iwan Ariawan.

Menurutnya puncak penyebaran virus Corona di Indonesia kemungkinan besar terjadi di bulan April ini, seperti yang diungakapkannya saat menjadi narasumber di acara Kompas TV program Sapa Indonesia Malam, Minggu (5/4/2020).

"Pada model kami, jika pemerintah tidak melakukan apa-apa, jadi dalam skenario terburuk itu kita akan mencapai puncak dari epidemi corona pada pertengahan April," kata Iwan.

Sang Pakar Epidemiologi kembali menjelaskan dari hasil penelitiannya, puncak Covid-19 ini bisa saja bergeser jika pemerintah melakukan intervensi yang tepat.

"Kemudian, kalau dari model itu puncaknya juga akan bergeser, puncak ini bergeser itu lebih baik. Karena memberikan kesempatan kita untuk bersiap-siap," kata Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia tersebut.

"Karena yang mengkhawatirkan dari masalah epidemi Covid-19 adalah jumlah pasien yang nanti butuh perawatan di rumah sakit dan perlu perawatan intensif, ini yang akan membebani fasilitas kesehatan kita," tambahnya.

Nah, selain itu Iwan Ariawan mengatakan apabila pemerintah bisa menangani wabah ini dengan baik, maka wabah virus Corona di Indonesia diperkirakan akan akan usai pada akhir Mei atau awal Juni.

 "Kalau dari model yang kami buat dilakukan intervensi yang baik, ini kasusnya akan berkurang di akhir Mei atau awal Juni. Tapi dengan catatan itu intervensinya dilakukan dengan intensif dan kita bisa menjaga penyebarannya," ucap Iwan.

Tapi walau begitu, Iwan mengingatkan agar masyarakat tidak melakukan mudik Lebaran terlebih dahulu, karena hal itu justru akan menyebarluaskan virus Corona.

"Yang mengkhawatirkan itu ada bulan Ramadan, ada Lebaran di mana ada kebiasaan kita di mudik, pulang kampung itu jadi sarana penyebaran Covid-19 ini," ungkapnya.

Himbauan Tak Mudik

 Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengajak masyarakat tak mudik, demi mencegah risiko penyebaran Virus Corona.

"Kuatkan bahwa kita tidak akan bepergian, tidak mudik, karena ini akan menambah risiko," ujar Yuriato di Kantor BNPB, Jakarta, Senin (6/4/2020).

Menurut Yurianto, langkah tersebut merupakan bagian dari kebijakan pemerintah tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Yurianto menyebut langkah ini merupakan cara yang ampuh untuk memutus mata rantai penyebaran Virus Corona.

Cara agar penyebaran virus ini terhenti yakni dengan mengurangi interaksi antar-masyarakat.

"Ini adalah tindak lanjut dari upaya untuk menjaga jarak, secara fisik."

"Secara lebih besar lagi agar kita yakini bahwa transmisi dari orang yang sakit kepada orang yang sehat bisa kita hentikan," ucap Yurianto.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto meminta masyarakat yang terlanjur mudik ke kampung halaman, agar tetap menjaga jarak.

Menurutnya, hal ini perlu dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran Virus Corona di desa-desa.

"Tetap bahwa siapapun kalau kemudian melakukan, terpaksa melakukan bepergian, maka tetap yang harus dilakukan jaga jarak di dalam berkomunikasi."

"Silakan, kalau sudah ada di kampung jaga jarak," kata Yurianto di Kantor BNPB, Jakarta, Senin (6/4/2020).

Selain itu, Yurianto meminta warga tidak melakukan interaksi secara langsung atau menjaga jarak dengan kerabat atau keluarganya.

Dirinya bahkan meminta masyarakat untuk tidak bersalaman dengan kerabatnya.

"Sementara tidak boleh salaman, rajin cuci tangan."

"Bahkan menurut saya, jelaskan ke saudara kita di kampung, jelaskan," tutur Yurianto.

Dirinya mewanti-wanti meski masyarakat tidak merasakan gejala terjangkit Covid-19, bisa menjadi pembawa atau carrier virus tersebut.

Yurianto mengatakan cara penyebaran ini memiliki risiko yang tinggi, jika masyarakat yang mudik tidak menaati peraturan physical distancing.

"Ini yang kemudian bisa jadi potensi, untuk terjadinya sumber penyebaran baru di kampung kita."

"Apalagi kalau kita tidak menjaga physical distancing," papar Yurianto.

Achmad Yurianto menegaskan, banyak risiko penularan Virus Corona yang dapat terjadi saat seseorang pulang kampung atau mudik.

Menurut Yurianto, risiko penularan dapat terjadi saat pemudik memulai perjalanannya dari kota ke kampung halaman.

"Selalu kami katakan bahwa risikonya terlalu tinggi kalau kita harus bepergian dalam situasi yang seperti ini," ujar Yurianto di Kantor BNPB, Jakarta, Senin (6/4/2020).

Menurut Yurianto, ada rangkaian perjalanan yang ditempuh seseorang selama mudik.

Selama perjalanan, pemudik berpotensi besar bertemu orang yang berisiko menularkan atau tertular Virus Corona dari kita.

Penularan bisa terjadi di terminal atau stasiun, jika kita memilih mudik menggunakan transportasi umum.

Risiko penularan dapat berlanjut saat kita berada di dalam kendaraan umum.

"Begitu sampai terminal, saya akan bertemu banyak orang yang saya enggak tahu apakah mereka sakit atau tidak."

"Begitu saya naik kendaraan, saya juga enggak tahu yang seperti apa di dalam kendaraan," beber Yurianto.

"Apalagi kendaraan bus yang tertutup dengan AC."

"Ya sirkulasi udara di situ yang berputar di situ saja," tambah Yurianto.

Selain itu, penularan juga bisa terjadi ketika droplet pemudik yang terjangkit Virus Corona menempel pada bagian transportasi umum.

Menurutnya, hal ini dapat menjadi media penularan bagi pemudik.

"Katakan ada orang yang lain sakit dan sebagainya, batuk, mengenai kursi tempat duduk dan sebagainya, pintu kita pegang."

"Sangat mungkin kita berisiko tertular," tutur Yurianto.

Penyebaran Virus Corona oleh pemudik tidak hanya berhenti ketika seseorang dalam perjalanan.

Penyebaran juga dapat terjadi ketika seseorang tersebut sudah berada di kampung halaman.

Yurianto mengatakan proses penularan Virus Corona dapat terjadi saat seseorang makan bersama dengan keluarga.

"Kemudian katakan yang sederhana, namanya pulang kampung sama-sama makan bareng-bareng dalam satu meja."

"Kita batuk, mencemari alat makan yang lain, rak sendok, semua akan menggunakan itu, pasti akan menyebar," beber Yurianto.

56 Persen Warga Takkan Mudik

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Doni Monardo mengatakan, sebanyak 56 persen warga di perkotaan tidak akan mudik.

Hal itu berdasarkan data yang disampaikan Plt Menteri Perhubungan Luhut Pandjaitan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Data itu disampaikan Doni Monardo seusai menggelar rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Senin (6/4/2020).

"Dari data yang tadi dilaporkan Menko Maritim Investasi sebagai Plt Menhub, bahwa dari data yang berhasil dikumpulkan, sebanyak 56 persen masyarakat sudah sadar."

"Sudah tahu tentang bahaya Covid-19. Dan 56 persen menyatakan tidak akan mudik," ungkap Doni Monardo.

Sementara, menurutnya terdapat 37 persen masyarakat yang belum mudik, dan 7 persen masyarakat sudah terlanjur mudik.

Bagi yang sudah terlanjur mudik, Doni Monardo hanya menyarankan kepada pimpinan daerah agar memberdayakannya pada sektor pekerjaan di bidang pertanian, peternakan, dan perikanan.

"Program yang bisa meningkatkan ketahanan pangan nasional," katanya.

Sejauh ini, menurut Doni Monardo, sejumlah pemerintah daerah telah menyiapkan diri dengan menerapkan protokol kesehatan pada warga yang baru tiba dari perkotaan.

Salah satunya, menerapkan isolasi mandiri kepada warga.

"Kepala desa bisa memanfaatkan karang taruna kemudian posyandu dan juga unsur TNI-Polri seperti Babinkamtibmas dan Babinsa."

"Untuk bersama-sama melakukan isolasi mandiri bagi warga yang baru tiba."

"Di beberapa daerah sudah berjalan."

"Dan saya selaku kepala gugus tugas menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para kepala desa, kepada lurah, dan juga kepada daerah-daerah yang sudah melakukan hal ini," ucapnya.

Artikel ini telah tayang di Stylo.grid.id dengan judul  Waspada! Bulan Ramadhan Dikhawatirkan Jadi Sarana Penyebaran Virus Corona, Simak Penjelasan Pakar Epidemiologi

Mudik ke Semarang Bakal Dicegat Polisi di Perbatasan, Ini Alasannya

Masih Ingat Driver Ojol Ditipu Penumpang Setelah Antar Sejauh 230 Km? Begini Nasibnya Sekarang

Bisnisnya Kena Imbas Virus Corona, Daniel Mananta: Mungkin Masih Bisa Nafas 6 Bulan ke Depan

Tragedi Anak Angkat Bunuh Tebas Balita dan Ibu Pakai Parang, Pelaku Lalu Sembunyi di Hutan

Berita Terkini