TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Warga Suwakul, Bandarjo, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang was-was ditolak perawat saat mereka sakit dan harus berobat ke rumah sakit, imbas kasus penolakan jenazah perawat RSUP Dr Kariadi yang meninggal karena corona dimakamkan di TPU Siwarak Suwakul baru-baru ini.
DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jateng pun menegaskan tak akan ada penolakan seperti itu.
Ketua DPW PPNI Jateng, Edy Wuryanto, menjamin perawat tidak ada yang menolak saat ada warga Suwakul yang sakit dan harus berobat ke rumah sakit.
• Driver Ojol yang Viral Protes PSBB Bernada Provokasi Ditangkap Polisi
• Seusai Tahlilan, Hasil Tes Korban Ternyata Positif Covid-19, Warga Satu Kampung Diminta Isolasi
• Tolak Isolasi Mandiri, Tukang Pijat Kontak dengan PDP Corona Dikarantina di RSUD Karanganyar
• Warna Rumah Sri Puji di Pantirejo Diubah Satgas TMMD Pekalongan
"Saya jamin tidak ada. Saya menjamin setelah adanya kasus penolakan ini tidak akan ada warga Suwakul yang akan berobat ditolak para perawat dan tenaga medis," jelasnya, ditemui di kantornya, Kabupaten Semarang, Senin (13/4/2020) siang.
Ia menegaskan, dalam sumpah profesi keperawatan, tidak diperkenankan bagi seorang perawat untuk membeda-bedakan orang.
Maka Edy meminta warga Suwakul untuk tidak was-was seperti itu.
"Sumpah kami sudah jelas, tidak boleh membeda bedakan," jelasnya.
Edy memahami bahwa dalam kasus penolakan pemakaman tersebut, tidak semua warga Suwakul menolak pemakaman.
Hanya ada segelintir oknum mengatasnamakan warga Suwakul yang kemudian menolak pemakaman tersebut.
"Kami menyadari itu. Tak semua warga Suwakul buruk. Malah sebagian besar warganya bagus."
"Hanya beberapa oknum saja yang kemarin melakukan penolakan, serta bersuara lantang, yang saat ini sudah ditangkap polisi," katanya.
Edy mengaku juga diamanahi oleh organisasi profesi PPNI untuk melakukan advokasi usai adanya kasus penolakan tersebut.
Ia mengatakan, DPW PPNI Jateng akan segera ke Suwakul untuk bertemu dengan warga termasuk ketua RW 08 Suwakul, Daniel Sugito.
"Artinya yang sudah ya sudah. Ini sebagai pembelajaran. Yang bersalah sudah diproses hukum, itu menurut saya."
"Saya juga mencoba untuk mulai membangun hubungan sosial yang baik antara keluarga korban dengan warga Suwakul," jelas Edy.
Sebelumnya terkuak tidak semua warga Suwakul menolak pemakaman jenazah perawat RSUP Dr Kariadi Semarang yang meninggal karena corona di TPU Siwarak, Suwakul, Bandarjo, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Saat ini warga Suwakul merasa was-was usai kejadian tersebut.
Salah satunya Muhammad Soleh (38), warga Dusun Suwakul, mengatakan sebenarnya tak semua warga RW 08 Suwakul menolak pemakaman jenazah perawat RSUP Kariadi meninggal karena corona di TPU tersebut, Kamis (9/4/2020) lalu.
"Hanya ada oknum mengaku perwakilan warga Suwakul menolak pemakaman itu, membuat nama Suwakul menjadi buruk," paparnya.
Ia menjelaskan dampak setelah kejadian penolakan pemakaman itu terasa oleh warga Suwakul.
Di antaranya kecaman di sosial media yang mengalir deras.
"Kecaman di sosmed baik kepada individu penolak, maupun ke seluruh warga Suwakul sangat banyak terjadi," jelasnya.
Selain kecaman di sosial media, menurutnya keresahan warga Suwakul ialah apabila suatu saat mereka sakit dan harus dibawa ke rumah sakit.
"Warga was-was apabila suatu saat nanti sakit tidak ada perawat yang mau merawat. Juga jika saat mau berobat ke manapun ditolak karena mengecek KTP ternyata warga Suwakul," kata dia.
Maka ia pun meminta maaf kepada warga Indonesia atas kejadian penolakan tersebut.
Juga ia meminta warga Indonesia khususnya perawat dan tenaga kesehatan di Indonesia tidak memukul rata bahwa semua warga Suwakul menolak pemakaman perawat di TPU nya.
"Kami meminta jangan dipukul rata ini ulah warga Suwakul, karena hanya segelintir oknum yang menolak, artinya tidak semua menolak," harapnya.
Sementara Ketua RW 08 Suwakul, Daniel Sugito mengungkapkan keluarga almarhum Nuria Kurniasih sudah meminta izin kepada dirinya yang juga menjabat sebagai ketua TPU.
"Sudah diizinkan, kami juga mengajak pengurus makam mengajak penggali liang kubur," jelasnya sebagaimana dikutip dari Kompas.com.
Dia juga mengirim pesan kepada ketua RT di RW 08 untuk menginformasikan adanya pemakaman tersebut.
Namun, tiba-tiba ada sekelompok orang menolak pemakaman tersebut.
Alasannya, banyak mobil dan orang yang menggunakan alat pelindung diri (APD).
"Saya sudah menjelaskan jenazah ini punya hak yang sama untuk dimakamkan di sini.
Apalagi ayah dan pakdenya juga dimakamkan di sini.
Tapi perwakilan masyarakat ini tiba-tiba menolak," jelasnya.
Setelah diskusi, keluarga almarhum memutuskan untuk memindah pemakaman ke Kompleks Pemakaman Bergota.
"Kami sudah berupaya agar almarhum bisa dimakamkan di sebelah ayahnya, namun tidak jadi terlaksana," ungkap Daniel.
Seperti diketahui, Nuria Kurniasih, perawat di RSUP Dr. Kariadi meninggal dunia pada Kamis (9/4/2020) karena terpapar Covid-19. Jenazahnya yang akan dimakamkan di TPU Sewakul mendapat penolakan dari warga. (Ahm/Kompas.com)
• Polisi Jerat Provokator Penolakan Pemakaman Perawat di Ungaran dengan Pasal Berlapis
• Warga Tonton Wisata Baru Karangan Bunga di TPU Suwakul Ungaran, Imbas Penolakan Jenazah Perawat