Saya juga mempelajari apa yang terjadi di Wuhan (Ibu Kota Provinsi Hubei, China), angka penyebaran virus covid-19 menurun saat dilakukan pembatasan (lockdown) oleh pemerintah China. Kasus Corona di Wuhan turun setelah ada kebijakan lock down, sehingga tidak ada interaksi social.
Inilah pelajaran penting, kenapa itu sejak Maret kita lakukan (pembatasan sosial di Jakarta, Red). Ya karena kita baca data di Wuhan. Mau kita potong penyebarannya.
Ketika Anda mengambil tindakan PSBB, menyangkut kepentingan banyak public. Seperti ojek online tidak bisa beroperasi. Apakah Anda tidak khawatir kena bullying atau dipersalahkan netizen?
Terhadap berbagai komentar miring selama melakukan penanganan Covid-19 ini, saya menganggap hal itu bukan sebagai bentuk masalah. Kalo soal bully itu tidak apa-apalah, itu bagian dari takdirnya Gubernur Jakarta. Paketnya itu di ejek dibully itu udah sepaket dan diterima sebagai kenyataan bukan sebagai masalah.
Bagaimana efektivitas dan manfaat PSBB yang sudah diterapkan?
Sebetulnya, Pemprov DKI Jakarta telah melakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) lebih dulu, sebelum disetujui Kementerian Kesehatan RI.
Kebijakan PSBB yang dilakukan Anies di antaranya menutup sementara tempat pariwisata yang dikelola pemerintah atau swasta, meliburkan aktivitas sekolah, mengubah metode kerja pekerja menjadi bekerja di rumah (work from home/WFH), mengurangi jam operasional angkutan publik dan sebagainya.
Kami melakukan PSBB dengan peraturan memang baru empat hari (sejak Jumat, 10/4). Tapi sesungguhnya PSBB itu sudah dilakukan mulai 14 Maret. Artinya, kami melakukan langkah ini lebih awal dan ini hanya bisa dinilai (kebijakan PSBB) di kemudian hari, nggak bisa sekarang.
Pemprov DKI Juga sudah bicara ke masyrakat sebelum pemerintah pusat memberi pengumuman resmi adanya positif Covid, pada awal Maret. Apa pertimbangannya?
Saya sudah memanggil tim intelijen dan imigrasi untuk memantau keluar masuk orang Tiongkok di Jakarta, sejak Januri lalu. Mereka yang tergabung dalam Tim Pengawasan Orang Asing (Tim Pora) itu diminta awasi pergerakan Covid-19.
Jadi sejak Januari kami monitor terus Covid-19. Saya panggil Tim Pora yang didalamnnya ada imigrasi dan intelijen. Disitu saya tanya dimana saja orang Tiongkok di Jakarta karena saya perlu datanya untuk diawasi.
Antisipasi dini itu bukan tanpa sebab. Hal itu lantaran Jakarta merupakan satu dari gerbang dunia. Dalam hal ini Jakarta bukan hanya terhubung dengan Indonesia tapi juga terhubung dengan negara-negara lainnya di dunia.
Ia meyakini Ibu Kota ini akan menjadi pintu masuk virus Covid-19 ke Indonesia.
Bahkan sejak awal Januari, DKI Jakarta sudah memiliki data pasien dalam pengawasan (PDP) dan orang dalam pengawasan (ODP). Dinas Kesehatan saat itu sudah diwajibkan mengirimkan data-data ODP dan PDP yang didapat dari laporan Tim Pora.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga sudah membuat briefing dengan seluruh rumah sakit di Jakarta untuk melaporkan pasien yang memiliki gejala Covid-19. Semua itu sudah dilakukan Jakarta bahkan sebelum nama Covid-19 lumrah dipakai. Saat itu namanya masih Pnemunia Wuhan.
Apa makna dan hikmah yang dapat kita petik dari pandemic ini?