"RS Cipto (RSCM), pas saya di kamar mayat, memberi tahu;
(jenazah para korban) untuk tragedi Klender hari ini bakal dikirim ke TPU Pondok Rangon," kata Suparman.
Setelah mendapat kabar tersebut, Suparman bersama keluarga berangkat menuju TPU dengan maksud mengiringi jenazah,
yang salah satunya diyakini sebagai jasad Zulkifli, ke tempat peristirahatan terakhir.
Sejak empat belas tahun lalu itulah, Suparman bersama ayah, ibu, dan keluarga Zulkifli selalu hadir di pemakaman ini.
Niatnya hanya satu, memanjatkan doa agar semua korban merasa tenang di akhirat.
Menurut pantauan Kompas.com, ratusan makam korban peristiwa Mei 1998 mengisi area tengah TPU Pondok Rangon.
Batu nisan di setiap makam yang ada di area itu hanya bertuliskan "Korban Tragedi 13-15 Mei 1998 Jakarta". (*)
• Resmi! Di Tengah Pandemi Corona, Presiden Jokowi Naikkan Iuran BPJS Kesehatan
• Petugas Tiket Mujinga Tewas Setelah Diludahi Orang yang Tertular Corona, Polisi Lakukan investigasi
• Postingan Karyawan Bergaji 20 Juta Mengeluh Tak Dapat Bansos Sempat Trending, Ngakunya Rakyat Kecil
• Dinkes Lakukan Rapid Test di Pasar Tradisional, 2 Orang di Pasar Peterongan Semarang Reaktif Corona
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kisah Pilu Suparman dan Nisan Tanpa Nama Korban Tragedi Mei 1998