TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Jalanan di Kota Semarang tampak berbeda akhir-akhir ini.
Sejauh pantauan tribunjateng.com mulai dari jalan Dr Sutomo hingga jalan Sudirman, tak hanya pengayuh becak yang mengisi tepi jalan seperti biasanya.
Para gelandangan mulai turut menyelimuti tepi dan trotoar, mulai dari manusia pembawa gerobak hingga pemulung yang hanya berbekal karung.
• 7 Anggota Keluarga di Solo Postif Corona, Berawal Sang Ayah Kena Covid-19 di Tarawih Masjid Kampung
• Warga Ramai Menendangi Kepala 2 ABG Pembawa Golok Hingga Kritis Masuk UGD RSUD Demak
• Wanita Ini Tiba-tiba Sadar Ada di Dalam Pesawat Tujuan Surabaya, Histeris Saat Bangun Tidur
• Asap Hitam Terus Mengepul dari Rumah Kremasi, Jumlah Mayat yang Dikremasi dalam Sehari Mengejutkan
Sebuah fenomena baru terlihat.
Puluhan orang tampak duduk di sepanjang trotoar dengan karung yang tak jauh dari tempat ia berada.
Brewok (53) dan Nyami (45) adalah di antaranya.
Brewok dan Nyami yang tampak duduk di depan ruko yang tutup di jalan Mgr Soegijopranoto itu terduduk lesu sembari bersandar di depan pintu.
Setengah meter dari tempat duduknya, tampak tergeletak sebuah karung putih yang terlihat ringan namun tetap kokoh tak terseret angin.
"Saya mulai beroperasi sejak pukul 03.00.
Biasanya sampai pukul 17.00 WIB," ujar Brewok kepada tribunjateng.com sembari menunjukkan karung yang hanya berisikan sepotong kayu dan karung, Kamis (14/5/2020).
Brewok yang mengaku sebagai seorang pemulung itu menyebutkan, dirinya tak memiliki pekerjaan lain.
Diakuinya, dirinya merupakan pendatang dari daerah Purwodadi.
Ia dan istri mengaku sudah tiga tahun merantau ke Kota Semarang dan tinggal di sebuah kontrakan di jalan Kokrosono.
"Awalnya dulu saya kerja di bengkel las, tapi sudah bangkrut.
Saya kemudian ke Kota," ungkapnya.
Ia mengungkapkan, dirinya terpaksa menjadi manusia pembawa karung lantaran tak memiliki pekerjaan lain.
Disebutkan, ia sempat kembali lagi ke Kampung halaman untuk menggarap ladang jagung.
Namun menurutnya, hal itu tak cukup terlebih untuk membiayai anaknya yang masih sekolah.
Ia pun lantas mengaku menjadi warga boro
"Di kampung tidak ada pekerjaan lain, ya sudah akhirnya ke kota lagi.
Kalau pulang kampung biasanya satu atau dua bulan sekali," lanjutnya.
Ia menyebut, di tengah Covid-19 ini dirinya dan istri sangat merasakan dampak ekonomi.
Ia mengaku terpaksa mencari uang tambahan dengan menunggu para dermawan yang lewat.
"Kadang saya diberi makanan, nasi, dan uang.
Ya, bagaimana lagi, sekarang mencari pekerjaan susah, di sini harus ada kenalan," ungkapnya. (idy)
• Lagu Terbaru Hendra Kumbara Akan Dibawakan Versi Keroncong di Konser Amal Daring Peduli Jateng
• Polsek Gajahmungkur Pantau Napi Asimilasi, Iptu Yuli : Mereka Sudah Sibuk Bekerja
• Pandemi Virus Corona Tak Surutkan Antusias Masyarakat Berbelanja Busana Muslim
• Gugus Tugas Covid-19 Pati Distribusikan Ribuan Paket Sembako, Target Tuntas Sebelum Lebaran