TRIBUNJATENG.COM - Para penggemar dan penikmat sepeda tentu familiar dengan Brompton, merek sepeda buatan tangan asal London, Inggris.
Harganya yang selangit, dan kian menjadi perhatian ketika ditemukan sebagai salah satu barang yang diselundupkan dalam kasus Garuda Indonesia, menjadikan sepeda kreasi Andrew Ritchie ini semakin terkenal di Indonesia.
Di sisi lain, tren bersepeda yang memuncak di banyak kota di Tanah Air pun mendongkrak ketertarikan banyak orang terhadap sepeda, termasuk Brompton.
• Promo Superindo Akhir Pekan 19-21 Juni 2020, Diskon hingga 50 Persen, Simak Daftar Lengkapnya
• Rapid Test Massal di Semarang, Positif Covid-19 Langsung Karantina, Indonesia Kasus Terbanyak ASEAN
• BREAKING NEWS: Pemulung Tewas Tersambar Kereta Barang di Rel Tugurejo Semarang
• Sedang Kencing, Seorang Pria di Semarang Tiba-tiba Ambruk dan Pingsan, Ternyata Begini Keadaannya
Namun, tawaran harga yang tidak murah membuat sepeda ini hanya bisa menyentuh kalangan pesepeda tertentu.
Lalu, ketertarikan orang pada model khas sepeda dengan tiga lipatan itu pun membuat produksi sepeda jiplakan Brompton laku keras.
Tentu saja, dengan harga yang jauh lebih murah.
Praktik tersebut dilakukan oleh pabrikan besar asal China dan Indonesia.
Sebutlah Element Pikes, United Trifold, dan 3sixty dari China yang merupakan produsen penjiplak desain Brompton, dan laris di pasaran.
Para penggunanya pun tak segan memakai ornamen khas Brompton hingga terlihat amat mirip, dan mungkin bisa mendapatkan kebanggaan serupa, meski harus meniru.
Namun, bagaimana dengan industri rumahan yang membuat sepeda tiruan Brompton dengan tangan (handmade), seperti cara membuat di kota asalnya, London?
Ya, ada merek asal Bandung yang memproduksi rangka sepeda lipat mirip Brompton, yang diberi nama Kreuz.
Ditemui di workshop-nya di Bandung, dua pemilik Kreuz, Yudi Yudiantara (50) dan Jujun Junaedi (37), menceritakan awal mula terciptanya sepeda Kreuz.
Tidak sengaja
Sepeda Kruez buatan tangan asal Bandung(KOMPAS.com/RENI SUSANTI)
“Asalnya kami membuat tas pannier yang di-press tanpa jahitan dengan sistem quicklock mirip buatan Jerman pada tahun 2018,” ujar Yudi, mengawali perbincangannya dengan Kompas.com, belum lama ini.