Ia khususnya menyoroti tunjangan rumah Rp 60 juta serta tunjangan transportasi Rp 21,5 juta.
"Kalau saya jadi gubernur, tidak akan pernah saya setuju tunjangan rumah Rp 60 juta, mobil Rp 21,5 juta," kata Ahok.
Ahok bertanya kepada Ima sejak kapan gaji dan tunjangan sebesar itu berlaku. Ima lalu menjawab bahwa itu berlaku sejak 2017.
"Berarti saya (sudah) masuk penjara waktu itu," kata Ahok, yang tersandung kasus penodaan agama.
Ahok mengatakan, rencana kenaikan gaji dan tunjangan dewan memang sudah dilontarkan saat ia menjabat gubernur DKI. Namun ia selalu menolak.
"Itu yang saya selalu berantem dengan dewan waktu itu," katanya.
Ahok mengatakan, harusnya ada asas kepatutan dalam tunjangan rumah dan transportasi bagi anggota DPRD.
Kalau pun rumah dinas tak disediakan, anggota DPRD tak perlu menyewa rumah yang terlalu besar. Begitu juga untuk mobil, tak perlu menyewa yang terlalu mewah.
Sentil dan tantang politisi muda DPRD DKI
Ahok juga menyentil anak-anak muda yang saat ini duduk sebagai anggota DPRD DKI Jakarta.
Ia menilai anak-anak muda tersebut selama ini diam-diam telah menikmati tunjangan yang terlalu besar.
“Pertanyaan saya ini kan banyak anak-anak muda baru juga nih masuk ke dalam DPRD tahun 2019. Begitu mereka masuk, mereka juga menikmati tunjangan rumah dan mobil ini dong? Ada enggak dia ngomong anak-anak muda yang hebat-hebat itu? Enggak ada ngomong?” tanya Ahok kepada Ima.
Ahok menilai, harusnya anak-anak muda di kursi Dewan memprotes tunjangan yang terlalu rumah dan transportasi yang terlalu besar itu.
"Saya mau tantang anak-anak muda yang baru masuk ke Dewan seperti angkatan kamu (Ima) saya enggak peduli partai mana pun. Kok kamu selama setahun nikmatin yang enggak wajar ini diam-diam ya. Katanya hebat-hebat. Jujur-jujur,” ujar dia.
Ahok pun mengutip kata-kata mantan Presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln bahwa biasanya orang-orang bicara hebat saat belum mendapat kekuasaan. Sementara setelah berkuasa justru diam.