Ketua PPLM, Desio Hartonowati mendukung langkah Pemkot Yogya untuk memberikan sanksi tegas terhadap tiga pelaku usaha tersebut.
Hal ini diharapkan dapat memberikan efek jera dan mencegah kejadian serupa terulang.
"Agar pedagang jera dan jangan main-main lagi," imbuhnya.
Desio menjelaskan, seluruh pedagang di Jalan Malioboro sebelumnya memang telah memiliki kesepakatan untuk memampang harga menu makanan.
Tujuannya untuk mencegah fenomena 'nuthuk' sehingga wisatawan bisa merasa nyaman.
Namun pedagang di sirip-sirip jalan Malioboro diduga tak melakukan kesepakatan serupa.
Pasalnya, PPLM memang belum pernah berkoordinasi dengan paguyuban di kawasan tersebut.
Jika merasa ragu untuk memesan, wisatawan diminta untuk tak segan bertanya kepada para pedagang.
"Kalau mau beli silahkan tanya, kita akan melayani dengan senang hati," jelasnya.
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DI Yogyakarta berharap, viralnya video pecel lele 'nuthuk' di Malioboro tak perlu dibesar-besarkan.
Namun, perlu langkah edukasi, baik kepada pedagang dan wisatawan, supaya insiden seperti ini tidak terulang.
Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono menyampaikan, para pedagang jangan pernah sekalipun menaikkan harga di luar batas kewajaran di tengah situasi nan sulit ini.
Sebab, hal tersebut akan mencoreng muka Yogya sebagai kota pariwisata dan membuat pelancong kapok.
"Pandemi ini kan sektor pariwisata terpuruk, insiden seperti itu jelas mencoreng. Sekarang baru mulai bergeliat, tapi jangan terus aji mumpung," katanya.
Hanya saja, wisatawan juga diminta untuk memahami dan menyesuaikan komoditas yang hendak dibelinya, dengan kondisi keuangan.
Pasalnya, ia menambahkan, hampir mustahil menerapkan standarisasi harga, terkhusus makanan, di sepanjang Jalan Malioboro.