"Misal, kita minum kopi di starbucks, hotel dan angkringan. Sama-sama kopi, meski kemasannya beda. Tapi, harganya juga pasti berbeda kan itu," cetus Deddy.
"Nah, sekarang tinggal pembelinya. Oh, ini kok mahal, ya, nggak usah aja. Standarisasi harga sulit, biar saja begitu, nanti pasarnya tersaring juga," lanjutnya.
Terlebih, ia meyakini, semua penjaja makanan di kawasan Malioboro sudah memasang daftar harganya. Sehingga, wisatawan pun bisa leluasa memilih tempat, maupun hidangan, sesuai selera dan anggarannya.
"Sekarang yang penting semua pelaku pariwisata harus menjaga, jangan sampai baru mulai kedatangan tamu, eh sudah aji mumpung. Jangan," kata Deddy.
"Lalu, wisatawan juga harus mengerti lah, selektif, sesuai kemampuan. Jadi, intinya, semuanya harus diedukasi, pedagang, wisatawan," tandasnya.
Pengakuan Pedagang Pecel Lele
Kini terungkap siapa sosok penjual pecel lele yang viral tersebut.
Ternyata, pelakunya merupakan pedagang baru yang berjualan di lokasi tersebut.
Kini oknum pedagang tersebut telah diberi sanksi.
Forum Komunikasi dan Koordinasi Perwakilan (FKKP) wadah paguyuban pedagang di Jalan Perwakilan kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta merespon terkait beredarnya video keluhan netizen yang menceritakan harga pecel lele yang tak lazim.
Ketua FKKP Adi Kusuma menyebut pedagang yang nuthuk harga tersebut merupakan pedagang baru yang berjualan di lokasi itu.
"Perihal video viral yang menyangkut PKL pecel lele yang ada di perwakilan (jalan), kami menyatakan bahwa memang sudah kami temukan oknum PKL tersebut."
"Tetapi saya nyatakan oknum tersebut belum masuk dalam paguyuban kami, karena oknum tersebut ternyata adalah pemilik baru dari pemilik lama yang baru dialihkan," katanya melalui keterangan tertulis yang diterima Tribun Jogja, Kamis (27/5/2021).
Adi menjelaskan, pedagang yang memasang harga tak lazim tersebut diketahui baru berjualan sekitar 2 bulan yang lalu, lantaran pemilik lama tidak sanggup lagi melanjutkan jualan akibat pandemi Covid-19.
Saat ditanyakan mengenai kejadian itu, oknum tersebut mengaku tidak tahu adanya paguyuban dan tidak berkoordinasi dengan pihaknya setelah pengalihan manajemen tersebut.