Berita Regional

Soal Pecel Lele Harga Ngepruk di Lesehan Malioboro, Pemkot Yogyakarta Tutup 3 Tempat Usaha

Editor: m nur huda
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tak bisa leluasa merokok lagi Jalan Malioboro Yogyakarta

"Tetapi atas adanya video viral yang menyangkut oknum tersebut kami dari paguyuban sudah berkoordinasi dengan kemantren, kelurahan, serta pihak terkait untuk merespon kritik wisatawan tersebut," imbuhnya.

Pihaknya telah melakukan peninjauan langsung ke lokasi dan melakukan tindakan tegas dengan memberi sanksi serta akan dilaksanakan penyuluhan ketertiban.

Selain itu, oknum tersebut telah bersedia menerima sanksi dan segala pembinaan dari pihaknya.

"Agar tidak terulang lagi kejadian serupa, kami dalam waktu dekat akan melakukan pendataan ulang di wilayah tersebut dan kami akan adakan penyuluhan ketertiban untuk semua PKL yang ada di Perwakilan (Jalan)," pungkasnya.

Viral di Medsos

Diberitakan sebelumnya, viral di media sosial curhatan netizen soal pedagang kaki lima 'nuthuk' atau 'ngepruk' atau menaikkan harga di luar batas. Dia menyatakan kejadian itu terjadi di Malioboro.

Unggahan tersebut menyebar begitu cepat di berbagai medsos, mulai twitter, facebook, dan instagram.

Bahkan, pada Rabu (26/5/2021) siang, keyword Malioboro menjadi trending topik Twitter tanah air, sekaligus menampar jargon kota pariwisata.

Dalam konten itu, akun Tiktok bernama @aulroket secara gamblang mengeluhkan mahalnya harga pecel lele, yang dibanderol sampai Rp 37 ribu.

Dengan rincian, Rp 20 ribu untuk seporsi lele, Rp 7 ribu nasi putih, serta Rp 10 ribu untuk lalapan di sebuah warung lesehan.

"Gua nggak mau nyebut lah, pokoknya di deretan ini, kenapa kapitalis banget, hallo? Jadi, buat kalian, viewer gue orang Yogya, coba kasih tau, kenapa makan di daerah sini tuh harganya suka tak sesuai," ujarnya.

Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan, jajaran Jogoboro sudah bergerak menemui seluruh pedagang dan pimpinan komunitas di sepanjang Malioboro.

"Tidak ada, hal itu juga sudah ada kesepakatan dengan para pedagang dan komunitas beberapa minggu lalu. Kita sudah ketemu dan menyatakan semua selalu menyajikan harga yang wajar," ungkapnya.

"Sejak awal, Pemkot sudah mendeklarasikan, bahwa yang melanggar dilarang berjualan di situ, ya. Jadi, kami sejauh ini belum menemukannya," tambah Heroe.

Ia pun meyakini, meski selama libur lebaran silam kondisi Malioboro tidak seramai tahun-tahun sebelumnya, para PKL dan komunitas tidak akan melakukan hal tersebut.

Sebab, mereka sadar, jika sekali saja dijumpai perilaku 'nuthuk', maka yang tercoreng adalah Malioboro.

Ketua Paguyuban Pedagang Lesehan Kawasan Malioboro, Sukidi menjelaskan, walaupun saat ini masih dalam suasana pandemi Covid-19, para pedagang masih dapat berpikir positif.

"Dalam arti persiapan menjelang musim libur lebaran tetap terkontrol. Baik itu tentang harga maupun pelayanan," jelasnya, kepada Tribun Jogja.

Tim dari paguyuban bersama Pemkot Yogyakarta dinilai olehnya sudah melakukan survei harga di kawasan Malioboro.

"Hasil survei kami harga tertinggi di lapangan pecel lele itu Rp15-18 per porsi. Tapi tadi di medsos disebut harganya Rp20 ribu plus lalapan Rp10 ribu.

(*)

Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Kata Wakil Wali Kota Yogyakarta, Pecel Lele Kok Cuma Lele Thok!

Berita Terkini