Ini jelas bertolak belakang dengan sistem pemasyarakatan, yang mempunyai tujuan utama untuk memasyarakatakan kembali seseorang yang berbuat salah.
Sistem yang digagas Saharjo pada tahun 1963 tersebut telah mengubah konsep penghukuman yang semula sebagai bentuk balas dendam menjadi proses memasyarakatkan kembali narapidana. Lantas bagaimana jika masyarakat sendiri yang menolak mereka kembali?
Penelitian dari Khoirun Nisak (The Psychological Dynamics of Prisoners Undergoing Assimilation Program During the Covid-19 Pandemic, 2021) menunjukkan bahwa para narapidana yang mendapatkan program asimilasi di rumah mengalami kecemasan realita dan kecemasan moral.
Kecemasan realita yang dialami oleh napi yang mendapatkan asimilasi di rumah terkait dengan ketakutan terhadap bahaya penyebaran covid-19. Mereka merasa takut jika tertular covid-19. Selama di dalam lapas/rutan informasi yang didapatkan terkait covid-19 sangat terbatas.
Saat di luar mereka harus berhadapan dengan kebiasaan-kebiasaan baru yang jauh berbeda saat sebelum mereka masuk penjara.
Kecemasan moral yang dialami, merupakan bentuk ketakutan para napi saat tidak diterima di lingkungan sosialnya. Mereka menjadi rendah diri dan menutup diri dari lingkungan sekitar. Ini erat kaitanya dengan stigma negatif masyarakat terhadap seorang narapidana.
Stigma negatif dari masyarakat dan kondisi pandemi covid-19 membuat beban psikologis mantan narapidana bertambah.
Mereka mengalami hambatan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sebagai manusia. Yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman dan kebutuhan akan kasih sayang.
Abraham Maslow melalui teori kebutuhan menyebutkan bahwa ketiga kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi agar seseorang mampu mengaktualisasikan diri.
Pentingnya Social Support
Setelah keluar dari lapas/rutan, mantan narapidana membutuhkan social support dari lingkungan sekitar. Social support menurut Sarason (1990) adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menyayangi dan menghargai.
Social suport ini sangat berguna untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis seseorang. Sehingga orang tersebut mempunyai konsep diri yang positif untuk tetap menumbuhkan sikap percaya diri dan optimis.
Jika masyarakat belum bisa melepaskan stigma negatifnya, maka keluargalah yang harus memainkan peran itu. Keluarga sebagai lembaga terkecil dalam masyarakat mempunyai peranan penting dalam memberikan dukungan kepada individu di dalamnya.
Sulit cari kerja
Salah satu klien saya AL, setelah keluar dari lapas kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Sebelumnya ia bekerja sebagai buruh bangunan. Kini ia telah kehilangan pekerjaanya. Padahal sebagai kepala keluarga, dia harus menafkahi istri dan dua anaknya. Tentu ini kondisi yang tidak mudah bagi AL.
"Bapak, saya masih berusaha mencari pekerjaaan, saat ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya masih tergantung dengan orangtua. Saya tidak mau malah menjadi beban bagi orangtua," ungkapnya saat melakukan wajib lapor melalui telepon.