TRIBUNJATENG.COM, KEBUMEN - Berikut ini video Seniman Campursari Kebumen Jalan Kaki sambil Pikul Organ Temui Bupati
Aksi seorang seniman berjalan kaki memanggul alat musik organ di jalanan Kebumen viral di media sosial.
Seniman berpakaian serba hitam dengan penutup kepala blangkon itu terus berjalan menyusuri jalan nasional Kebumen sejauh 13 kilometer, Rabu (18/8/2021).
Terik matahari yang menyengat tak menghentikan langkahnya. Ia terus melangkah menapaki jalan aspal yang panas.
Ia bahkan tak memedulikan padatnya arus kendaraan yang bisa membahayakan keselamatannya.
Dengan beban organ di pundak, langkahnya menjadi semakin berat.
Tetapi tak mungkin alat itu ia tinggal. Alat itu jadi modal baginya untuk mencari nafkah.
Tapi alat itu sudah lama menganggur karena ada pembatasan aktivitas masyarakat.
Mata pencaharian ikut terganggu.
Dialah Sutim, salah seorang Seniman Campursari di Kebumen. Sutim tengah menjalankan misi menemui Bupati Kebumen.
Ia sengaja berjalan kaki mengenakan pakaian adat seperti yang digunakan dalam pentas Campursari.
memikul alat musik, Sutim mengalungkan plang berisi tulisan di lehernya.
Pesan ditulisan itu mewakili suasana batinnya, dan para pekerja seni lain yang bernasib sama.
"Seniman juga manusia, berhak hidup, butuh makan" demikian tulisan pada plang yang ia kalungkan di lehernya.
Sutim melakukan aksi itu bukan tanpa alasan. Ini menyangkut urusan perut para pekerja seni di Kabupaten Kebumen.
"Tujuan saya untuk menyampaikan aspirasi Seniman kebumen, semoga kami diperhatikan," katanya
Sutim ingin mengadukan nasib para seniman yang sudah dua tahun di masa pandemi ini tidak bisa pentas. Ini akibat adanya kebijakan pembatasan sosial, semisal PPKM darurat atau level 4 ini.
Yang menyedihkan, demi menutup kebutuhan harian karena tak pernah pentas, ia terpaksa menjual satu persatu barang berharga di rumah.
"Semoga kami diperhatikan, semoga dengan aksi saya ini para seniman di Kebumen bisa terbantu mencari nafkah untuk makan," katanya,
Sutim berharap, meski ada kebijakan pengetatan aktivitas sosial, para pekerja seni masih diberi ruang berekpresi guna menyalurkan bakat dan minatnya. Termasuk untuk mencari nafkah. Sebab itu kemampuan bertahan hidup yang bisa dilakukan seniman.
Ia memohon kebijaksanaan pemerintah agar para pekerja seni bisa berkesenian di tengah pandemi. Terlebih pandemi ini belum diketahui kapan ujungnya. Sementara kebutuhan hidup terus mengejar.
"Seandainya kami boleh pentas dengan protokol kesehatan atau bagaimana. Kalau saat ini yang punya hajat ketakutan, mau "nanggap" ketakutan, mau "nanggap" dibubarkan. Kami seniman mau makan apa kalau begini terus," ujarnya.(*)
TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE :