TRIBUNJATENG.COM, TEGAL - Permintaan ekspor sarung goyor atau sarung alat tenun bukan mesin (ATBM) meningkat secara signifikan di tahun kedua pandemi Covid-19.
Kenaikan terjadi tiga kali lipat atau sekira 300 persen.
Dampak positifnya, produksi sarung goyor di wilayah Tegal ikut meningkat.
Kemudian, banyak karyawan yang kini menjadi produsen sarung goyor di tempat tinggalnya masing-masing.
Baca juga: Pemkab Kudus Beri Bonus Atlet PON dan Peparnas Berprestasi, Peraih Emas Dapat Rp 15 Juta
Baca juga: Medina Zein Siap Belikan Rumah Gala Pakai Uang Pribadi, Marissya Icha Singgung Utang Rp 20 Juta
Pemilik PT Asaputex Jaya Tegal, Jamaludin Al Katiri mengatakan, produksi sarung goyor meningkat secara siginifikan di wilayah Tegal.
Hal itu menyusul banyaknya permintaan ekspor dari negara-negara di Afrika.
Jamal mengatakan, angka produksi hingga meningkat tiga kali lipat atau sekira 300 persen.
Ia mencontohkan, produksi sarung ATBM dulu sebanyak 1.000 buah per bulan, kini meningkat hingga 3.000 buah.
Kemudian untuk sarung ATBM kasar, dulu 5.000 buah per bulan, kini bisa mencapai 13.000 buah.
"Permintaan meningkat kembali sejak Maret- April 2021. Termasuk ada peningkatan omzet, dari 30 Miliar menjadi 90 Miliar," kata Jamal kepada tribunjateng.com, Senin (27/12/2021).
Jamal menjelaskan, adanya peningkatan permintaan tersebut berdampak positif bagi perusahaan dan para karyawan PT Asaputex Jaya Tegal.
Banyak karyawannya yang kini bermitra menjadi UMKM dan membuka lapangan pekerjaan di tempat tinggalnya.
Ia mencatat, jumlahnya mencapai 36 UMKM.
Dari yang semula karyawan, mereka kini menjadi pengusaha dan produsen sarung goyor.
Mereka rata-rata per minggunya dapat menghasilkan 13 sampai 16 sarung goyor.